2. Mempertimbangkan Unsur Budaya
Bahasa adalah cermin budaya, dan banyak kata atau ungkapan dalam Bahasa Indonesia yang mungkin tidak memiliki padanan langsung dalam Bahasa Inggris. Penerjemah harus sangat peka terhadap unsur budaya yang mungkin hadir dalam puisi.
- Ungkapan Tradisional atau Kiasan: Puisi sering menggunakan kiasan budaya yang mungkin sulit diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, ungkapan "menangis darah" dalam bahasa Indonesia mungkin bisa diterjemahkan sebagai "crying tears of blood" dalam bahasa Inggris, tetapi konotasinya bisa berbeda dalam kedua bahasa. Terkadang, perlu menemukan metafora yang setara dalam bahasa target, bukan hanya terjemahan kata demi kata.
- Referensi Budaya dan Sejarah: Jika puisi merujuk pada tokoh-tokoh sejarah, tempat, atau tradisi khas Indonesia, penerjemah harus memutuskan apakah akan mempertahankannya atau mencari padanan yang lebih familiar bagi pembaca berbahasa Inggris.
3. Menjaga Keindahan dan Ritme Puisi
Salah satu tantangan terbesar dalam menerjemahkan puisi adalah menjaga keindahan bunyi dan ritme puisi. Dalam puisi, rima, aliterasi, dan irama memainkan peran penting dalam menciptakan efek estetika. Namun, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa lain, sering kali sulit mempertahankan elemen-elemen ini tanpa mengorbankan makna.
- Rima dan Irama: Jika puisi asli memiliki pola rima atau irama tertentu, penerjemah bisa mencoba untuk menciptakan pola serupa dalam bahasa Inggris. Namun, jika ini tidak memungkinkan tanpa mengorbankan makna, penerjemah harus memprioritaskan pemahaman dan emosi yang ingin disampaikan oleh penyair.
- Penggunaan Kata-kata yang Efektif: Pilihan kata sangat penting dalam puisi. Penerjemah harus mencari kata-kata yang tidak hanya memiliki makna yang tepat, tetapi juga menghasilkan efek yang diinginkan. Jika dalam Bahasa Indonesia sebuah kata memberikan perasaan lembut atau keras, penerjemah harus menemukan kata dalam bahasa Inggris yang memiliki efek serupa.
4. Menjaga Metafora dan Gaya Bahasa
Metafora adalah elemen kunci dalam banyak puisi. Tugas penerjemah adalah mempertahankan kekuatan metafora ini dalam bahasa target. Namun, metafora yang diterima dalam satu budaya mungkin tidak masuk akal atau memiliki arti yang sama dalam budaya lain. Oleh karena itu, penerjemah perlu kreatif dalam menyampaikan pesan yang sama.
- Mempertahankan atau Mengadaptasi Metafora: Jika metafora dalam puisi sangat terkait dengan budaya atau bahasa asal, penerjemah mungkin perlu beradaptasi. Misalnya, metafora "hati seluas samudra" mungkin sulit dipahami secara langsung dalam bahasa Inggris. Sebagai gantinya, penerjemah bisa mencari metafora lain yang menggambarkan luasnya hati dengan cara yang dapat diterima oleh pembaca berbahasa Inggris, seperti "a heart as vast as the ocean."
- Gaya Bahasa: Gaya bahasa dalam puisi---seperti ironi, hiperbola, atau personifikasi---juga perlu diterjemahkan dengan hati-hati. Setiap bahasa memiliki nuansa gaya yang berbeda, jadi penerjemah harus menyesuaikan gaya bahasa tersebut agar terdengar alami dalam bahasa target tanpa kehilangan esensinya.
5. Kreativitas dan Fleksibilitas dalam Penerjemahan
Penerjemahan puisi bukanlah proses yang kaku. Penerjemah puisi harus siap menjadi kreatif dan fleksibel. Ada kalanya, terjemahan literal tidak akan berhasil dan penerjemah harus menggunakan imajinasi untuk menyampaikan pesan asli dengan cara yang dapat diterima dalam bahasa target.
- Penerjemahan Bukan Hanya Kata-kata: Penerjemahan puisi sering kali lebih mendekati pengulangan proses kreatif daripada sekadar mengubah kata-kata. Penerjemah harus mencoba menangkap esensi dari perasaan, suara, dan pesan yang disampaikan oleh puisi asli, bahkan jika itu berarti mengubah beberapa kata atau frasa agar lebih sesuai dalam bahasa target.
- Fleksibilitas dalam Struktur: Struktur puisi, seperti panjang baris atau pola bait, mungkin harus diubah sedikit untuk menjaga keindahan dan makna dalam bahasa target. Namun, perubahan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati, agar tidak merusak pesan utama dari puisi tersebut.
6. Merevisi dan Meminta Umpan Balik
Setelah menerjemahkan puisi, penting untuk merevisinya beberapa kali. Terjemahan pertama mungkin masih memerlukan penyesuaian, terutama dalam hal keindahan bahasa dan menjaga emosi yang ada dalam puisi asli. Selain itu, meminta umpan balik dari orang lain, terutama yang memiliki pemahaman mendalam tentang kedua bahasa, bisa sangat membantu dalam menghasilkan terjemahan yang lebih baik.
C. Bait ke 2 Puisi "Cahaya di langit Pagaruyuang" karya Leni MarlinaÂ