Mohon tunggu...
Christopher Jaya
Christopher Jaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis ini lahir di akhir milenium, 26 April 1999. Berarti dirinya baru memanasi bangku SMA. Penulis ini tertarik menuliskan cerita, filosofi, pelajaran dan perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hina Saja LGBT

24 Februari 2016   19:20 Diperbarui: 24 Februari 2016   19:51 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baik, saya berharap para pembaca disini semuanya adalah warga-warga yang normal. Yang cowok suka sama cewek, yang cewek suka sama cowok, dan semua cinta pada kelaminnya masing-masing. Terus bagaimana reaksi kita terhadap LGBT? Patutkah mereka untuk dikucilkan, dan dianggap sebagai sampah masyarakat?

Kuncinya adalah, dari kata 'kelainan'. Itu situasi tidak normal yang harus disembuhkan. Saya berharap Indonesia bebas dari LGBT, sama bebasnya dengan pengguna rokok, atau sinetron yang tidak mendidik. Tapi selama mereka ada, yang harus kita lakukan adalah bukan dengan jelas terang-terangan menghina mereka. 

OOW, judul diatas itu berarti gimana dong? Saya bilang 'Hina saja LGBT', bukan "Hina para penganut LGBT'. Kita sebagai bagian dari masyarakat normal harus membantu mereka keluar dari masalah itu. Ada banyak jalan, seperti bila ada temen cowok anda yang homo, yah, mungkin anda bisa mengenalkan cewek lain untuk dicomblangkan? Atau mungkin mengingatkan saja kalau di Indonesia, hal itu dirasa kurang patut. Atau menunjukkan kalau 'punya pasangan beda jenis itu lebih asik lho, bisa saling melengkapi'

Di sisi lain, ada fenomena yang menjadikan hal itu sebagai bahan hinaan untuk sesama warga normal lainnya. Seperti saat si A lihat B dan C yang cowok jalan duaan, terus berkomentar, "Cieee, jalan duaan! Homo lu!". Oh, B itu anaknya C sih, jadi ada kemungkinan bokapnya si C ngebabuk tuh anak.

Dampaknya nggak bagus, karena 'labeling' bisa menjadikan orang yang di labeli menjadi apa yang dilabelkan. Biar efeknya positif, coba ganti frasa 'Homo lo!' dengan 'Normal lo!', siapa tahu bisa mengurangi calon pengidap LGBT di Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun