"Tahu dong, Gina gitu lho. Aku juga tahu kalau kamu nggak suka minum kopi pahit, lebih suka minum teh panas. Kamu juga suka warna hijau dari pada biru. Apa lagi ya?" Jari telunjuk Gina menyentuh dagu, mengetuk-ketuk. Pandangnnya mengarah ke langit-langit tenda." Ah, kamu suka makan udang. Bener kan?"
"Benar sekali." Sekali lagi Alip tersenyum lebar.Â
"Gin, ada yang mau aku omongin?" Ada ragu terselip dari suara Alip.Â
"Ini mienya. Semoga suka," ujar Iwan Gendut ketika menyajikan pop mie beserta teh manis panas untuk keduanya.Â
Gina segera menarik pop mienya mendekat dengan mata berbinar. "Wah, asik. Kalau makan ini jadi semangat. Tambah tenaga buat teriak-teriak waktu Kesit nyanyi."Â
"Asal jangan sakit perut aja," ujar Alip.Â
Gina menggeleng kuat-kuat. "Nggak bakal. Kamu kan tahu kalau aku suka pedas. Level pedas kita sama. Aku yakin ga bakal kenapa-kenapa."Â
Mereka berdua menikmati makanan kesukaan dalam diam. Alip terlihat bersemangat menghabiskan pop mie padahal hatinya berkecambuk. Dia menata hati untuk mengutarakan isi hatinya.Â
Segelas minuman panas bersodorkan pada Gina yang megap-megap kepedasan. Keringat muncul di dahi Gina namun cewek itu tidak terlihat keberatan. Alip mengambil tisu, mengelap keringat itu.Â
"Eh, tadi kamu mau bilang apa?"Â
Pertanyaan dari Gina membuat tangan Alip basah oleh keringat. Ini adalah waktunya bagi cowok itu untuk bicara.Â