Listrik belum masuk desa saya ketika itu. Tak ada polusi cahaya saat saya menengadahkan wajah melihat bintang-bintang di langit malam. Begitu indah dengan kedipan-kedipannya, sampai sebuah bintang paling terang seolah memanggil nama saya, Minuk… Minuk… Minuk… Ah, saya pun mencoba segera menyadari dan memastikan bahwa itu hanya suara dalam pikiran saya.
Saya kemudian melihat kecemasan pada wajah ibu saya di bawah benderang cahaya rembulan. Begitu jelas. Dan dalam sekejap saya pun kemudian menjadi riang gembira, berceloteh tentang rasi bintang meskipun saya tidak tahu sama sekali apa itu rasi bintang.
Waktu itu, yang penting saya bisa mengalihkan rasa khawatir ibu saya. Membuatnya tertawa adalah tujuannya. Dan benar saja, akhirnya ibu saya pun tersenyum seraya memeluk saya ke dalam dekapannya, di bawah benderang sebuah bintang paling terang malam itu. Oh, rasanya begitu indah.
Malam-malam kemudian berlalu tanpa menyisakan satu pun cerita tentang mimisan. Tak ada lagi malam seindah itu. Listrik telah masuk desa. Polusi cahaya mulai menghalangi kejernihan cahaya bintang yang saya lihat waktu itu.
Nostalgia muncul sebelum pesta dimulai. Saya yakin pasti ada maksudnya. Baiklah, berangkat dari realita dan nostalgia saya akan mencari tahu bintang yang bersinar paling terang malam itu. Apakah bintang nyata? Ataukah bintang semu.
……
Langit telah berubah warna menjadi jingga dan pesta bintang akan segera dimulai. Berbekal intuisi, saya akan mencoba menemukan bintang yang telah menyapa saya ketika saya masih kecil itu. Yang memanggil nama saya melalui suara dalam pikiran saya. Minuk… Minuk… Minuk…
Bintang itu sangat terang, hanya saja saya tidak bisa membedakan apakah itu bintang nyata atau bintang semu. Maka, saya akan mengajak putra kecil saya untuk menyambut bintang-bintang yang hadir pada pesta malam ini, generasi Alpha yang tertarik menekuni dunia astronomi.
“Semakin besar bintang semakin terang cahayanya. Akan tetapi, tentu saja semakin banyak reaksi yang terjadi, akan semakin pendek pula usia bintang. Dan saat mulai kehabisan energi (bahan bakar), ia pun memasuki fase raksasa, mengembang dan menjadi merah sebelum kehidupannya berakhir.” jelas putra saya kepada saya.
“Wah, berarti sama dengan perjalanan kehidupan manusia ketika menjadi bintang kehidupan. Ia memiliki batasan waktu yang cepat atau lambat akan memasuki fase untuk berakhir bersinar. Apakah itu bintang besar atau pun bintang kecil.” timpal saya.
“Benar, Bu. Jika bintang itu besar, di akhir hidupnya ia akan menjadi Nova atau Supernova. Kemudian membentuk bintang Neutron atau Lubang Hitam, tergantung materi atau gravitasinya yang lebih kuat. Bila materi yang lebih kuat ia akan menjadi bintang Neutron dan sebaliknya apabila gravitasinya yang lebih kuat ia akan menjadi Lubang Hitam. Ledakan Supernova juga memancarkan debu kosmik yang kemudian menjadi nebula, cikal bakal lahirnya bintang baru.” jelasnya lagi.