Beberapa kali mencoba mengolah dan mengeringkannya hingga dapat dijadikan minuman laiknya teh, itulah yang dilakukan Pak Slamet. Dan ketika terbukti aman dikonsumsi, Pak Slamet pun membuat teh dari kulit kopi tersebut untuk dikonsumsi keluarga, tetangga dan teman-temannya sebelum akhirnya dijual ke pasaran.
Zaman memang semakin maju dengan teknologi yang semakin berkembang. Melalui internet, Pak Slamet pun akhirnya tahu bahwa telah banyak juga pelaku bisnis kopi yang membuat cascara untuk mengurangi limbah kulit kopi dari proses pengolahan kopi.
Pak Slamet dan Cascara: Dari Sanggar Tari Hingga Ekspor Kopi dan Cascara
Mungkin tak banyak yang tahu bila Pak Slamet telah menjadi salah satu sosok yang mendukung keberlangsungan sebuah sanggar tari pelestari akar budaya Jawa ikhlas tanpa pamrih yang berada di desa Kenteng, kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang, dengan hasil olahan kopi dan cascaranya.
Tidak hanya tamu asing, pelajar-pelajar SMU yang mengikuti program khusus saat membuat sendratari untuk ditampilkan di sekolahnya pun juga turut mencicipi kenikmatan kopi dan juga cascara olahan Pak Slamet.
Intensitas Pak Slamet dalam mendukung sanggar tari tersebut memang tak pernah disangka-sangka bila akhirnya telah membuka jalan bagi produksi kopi dan juga cascaranya untuk dapat dinikmati oleh penggemar kopi di Swiss dan juga di Inggris.
Murid tamu asing yang datang ke sanggar memang menyukai kopi dan dan juga cascara olahan Pak Slamet. Bahkan seorang murid tamu asing dari Czech Republic (Czechia), yang pada awalnya tidak menyukai minum kopi karena masalah lambung, pada akhirnya memberanikan diri untuk mencoba kopi luwak olahan Pak Slamet dan ternyata aman bagi lambungnya.
Aroma dan cita rasa kopi luwak olahan Pak Slamet memang telah membuatnya terpikat apalagi setelah mendapatkan filosofi tentang kopi luwak dari pamong budaya sanggar tari tersebut tentang keterkaitannya dengan akar budaya Nusantara khususnya Jawa yakni ikhlas tanpa pamrih.