Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah tentang Pak Slamet dan Cascara Olahannya

24 Januari 2023   16:16 Diperbarui: 25 Januari 2023   13:21 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanggar Tari Pelestari Akar Budaya Jawa Ikhlas Tanpa Pamrih (Dokpri)

Beberapa kali mencoba mengolah dan mengeringkannya hingga dapat dijadikan minuman laiknya teh, itulah yang dilakukan Pak Slamet. Dan ketika terbukti aman dikonsumsi, Pak Slamet pun membuat teh dari kulit kopi tersebut untuk dikonsumsi keluarga, tetangga dan teman-temannya sebelum akhirnya dijual ke pasaran.

@memayu.coffee
@memayu.coffee
Pada saat Pak Slamet membawakan teh kulit kopi yang menyegarkan siang itu, ternyata Pak Slamet baru mengetahui bahwa teh kulit kopi tersebut memiliki nama yang sudah populer yakni cascara. Itu pun setelah melakukan penelusuran tentang teh kulit kopi dari internet.

Zaman memang semakin maju dengan teknologi yang semakin berkembang. Melalui internet, Pak Slamet pun akhirnya tahu bahwa telah banyak juga pelaku bisnis kopi yang membuat cascara untuk mengurangi limbah kulit kopi dari proses pengolahan kopi.

Pak Slamet dan Cascara: Dari Sanggar Tari Hingga Ekspor Kopi dan Cascara

Mungkin tak banyak yang tahu bila Pak Slamet telah menjadi salah satu sosok yang mendukung keberlangsungan sebuah sanggar tari pelestari akar budaya Jawa ikhlas tanpa pamrih yang berada di desa Kenteng, kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang, dengan hasil olahan kopi dan cascaranya.

Murid tamu dari Swiss (Dokpri)
Murid tamu dari Swiss (Dokpri)
Sejak tahun 2012 ketika sanggar tari tersebut berdiri, kopi olahan Pak Slamet telah menjadi minuman utama untuk disajikan kepada wisatawan mancanegara dan juga murid tamu asing yang datang ke sanggar tari tersebut.

Tidak hanya tamu asing, pelajar-pelajar SMU yang mengikuti program khusus saat membuat sendratari untuk ditampilkan di sekolahnya pun juga turut mencicipi kenikmatan kopi dan juga cascara olahan Pak Slamet.

Kopi luwak minuman khas Nusantara (Dokpri)
Kopi luwak minuman khas Nusantara (Dokpri)
Tradisi minum kopi luwak yang pernah menjadi salah satu kegiatan rutin di sanggar tari tersebut juga tak lepas dari kebaikan sosok Pak Slamet dalam menyuplai kopi luwak yang merupakan minuman khas Nusantara.

Intensitas Pak Slamet dalam mendukung sanggar tari tersebut memang tak pernah disangka-sangka bila akhirnya telah membuka jalan bagi produksi kopi dan juga cascaranya untuk dapat dinikmati oleh penggemar kopi di Swiss dan juga di Inggris.

Murid tamu asing yang datang ke sanggar memang menyukai kopi dan dan juga cascara olahan Pak Slamet. Bahkan seorang murid tamu asing dari Czech Republic (Czechia), yang pada awalnya tidak menyukai minum kopi karena masalah lambung, pada akhirnya memberanikan diri untuk mencoba kopi luwak olahan Pak Slamet dan ternyata aman bagi lambungnya.

Aroma dan cita rasa kopi luwak olahan Pak Slamet memang telah membuatnya terpikat apalagi setelah mendapatkan filosofi tentang kopi luwak dari pamong budaya sanggar tari tersebut tentang keterkaitannya dengan akar budaya Nusantara khususnya Jawa yakni ikhlas tanpa pamrih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun