Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Radioku Tersayang Berhenti Mengudara

29 Desember 2022   08:08 Diperbarui: 29 Desember 2022   23:34 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu memang berbaris di depan dan hanya satu jalan yang akan saya lewati, yang pada suatu hari nanti saya akan melihatnya dengan tanpa penyesalan jika saya menapakkan kaki dengan penuh kesadaran.

Perkembangan Kelompok Ludruk di Surabaya pada tahun 2001

"Pagupon omahe doro, melu Nippon tambah sengsoro", kidungan Cak Durasim yang fenomenal di masa perjuangan tersebut pun akhirnya mengiringi semangat saya ketika saya mendapatkan kesempatan terlibat dalam manajemen di beberapa festival seni budaya di Taman Budaya Jawa Timur yang berada di Jalan Genteng Kali Surabaya.

Ludruk tentu menjadi perhatian saya. Festival ludruk dan lomba kidungan pun digelar dalam Festival Cak Durasim II pada tahun 2001 dengan melibatkan Cak Kartolo, Cak Agus Kuprit dan para tokoh ludruk lainnya. Bersama RRI dan persatuan radio swasta di Surabaya, kerja sama untuk menggaungkan Festival Seni dan Budaya pun terjalin baik dan sukses dengan sempurna.

Pada malam-malam tertentu sebelum festival digelar, saya pun berkunjung ke komunitas-komunitas ludruk untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kelompok ludruk di kota Surabaya selain sebagai bahan pertimbangan untuk memilih kelompok ludruk mana yang akan ditampilkan dalam festival di gedung Cak Durasim.

Tak bisa dipungkiri, kekuatan siaran di radio memang menjadi ujung tombak yang membuat ludruk RRI masih eksis dibandingkan komunitas ludruk lainnya pada waktu itu. Banyak kelompok ludruk di Surabaya yang telah tergilas roda zaman yang terus berputar.

Pada waktu itu, beberapa kelompok ludruk memang bersikukuh untuk tetap mengadakan pertunjukan dengan jumlah penonton yang minim dan pemasukan keuangan yang tidak seimbang. Maka saya pun sangat mengapresiasi jerih payah mereka dengan sebuah kesadaran bahwa mereka pun juga sedang menjalankan perannya di dalam kehidupan berbekal keteguhan mengikuti nuraninya dengan tanpa pamrih.

Akhirnya saya pun turut berziarah ke makam Cak Durasim bersama salah satu kelompok ludruk tersebut sebelum festival digelar selama satu bulan penuh.

Kekuatan Siaran "On Air" Ludruk RRI Surabaya

Pementasan ludruk RRI Surabaya tatkala siaran on air di studio RRI Surabaya memang selalu dinanti pendengar setianya. Ini dapat dilihat dengan banyaknya permintaan pementasan di daerah-daerah di Jawa Timur dengan penonton yang selalu membeludak.

Rekaman ludruk pada waktu itu dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis oleh pegawai negeri sipil RRI Surabaya tanpa adegan, yang kemudian akan dinantikan oleh penggemarnya saat off air atau ketika pementasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun