Yang ketiga adalah kendi, tempat air minum dari tanah liat ini merupakan simbol dari urusan dapur atau rumah tangga yang juga diemban oleh sosok perempuan Jawa. Menurut asal usul katanya, kendhi berasal dari istilah kendhalining budhi yang berarti kendali atas hati dan pikiran.
Sesuai dengan pesan luhur tersebut, perempuan Jawa juga diharapkan dapat mengendalikan hati dan pikirannya di dalam mengurus rumah tangganya, dengan senantiasa melibatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa di dalam setiap aktivitasnya.
Selain mengemban tugas di atas, perempuan Jawa pun masih harus memutar kendi ke delapan arah mata angin yang dapat diartikan bahwa perempuan Jawa itu juga memiliki tugas mendukung dan mendampingi suaminya di dalam suka dan duka, agar roda kehidupan keluarganya dapat terus berjalan.
Maka, perempuan Jawa sepatutnya memang memperoleh pendidikan yang tepat untuk mendapatkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual agar dapat menunaikan tugas utamanya yang mulia tersebut, bahkan dapat menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga dengan penuh kebahagiaan.
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan manusia dalam berpikir di mana ia memiliki kemampuan menganalisa, perencanaan, memecahkan masalah dan kemudahan dalam menangkap pelajaran yang diterima.
Sedangkan kecerdasan emosional adalah kecerdasan bagaimana manusia dapat menerima, menilai, mengontrol dan mengelola emosi dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.
Dan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang erat kaitannya dengan spiritual yakni bersifat kejiwaan (rohani atau batin) di mana kecerdasan ini merupakan landasan bagi kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional agar hidup menjadi lebih bermakna.
Menurut laman Wikipedia Indonesia, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan, untuk menerapkan nilai-nilai positif.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya.
Untuk mendapatkan ketiga kecerdasan di atas dengan takaran yang kurang lebih sama, maka dibutuhkan pendidikan yang tepat secara alamiah dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Alam ke mana akan membawanya, apakah ke pendidikan formal, informal, ataupun non formal, karena masing-masing individu, sejatinya memiliki karakter dan potensi yang berbeda.