Mohon tunggu...
Christina Lomon Lyons
Christina Lomon Lyons Mohon Tunggu... Lainnya - Dayakdreams.com, mahasiswi Magister Administrasi Bisnis URINDO

Saya pernah menjadi reporter di Tabloid Wanita Indonesia mulai Januari 1991, dan menjadi Pemred tabloid WI pada 2012. Saat pandemi Covid 19, saya mulai kuliah lagi , walau usia sudah kepala lima, sebentar lagi masuk kategori lansia. Saya memiliki website Dayakdreams.com dan weddingdreams.id.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Investasi Hijau di Nusantara Jangan Kalah dengan Hutan Nasional Indiana

24 Juli 2022   21:59 Diperbarui: 24 Juli 2022   23:05 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendayung di miniatur perahu dengan latar belakang  lukisan sungai Kalimantan (Foto: Dokpri)

Investasi Hijau membuatku membandingkan hutan dan sungai di Amerika dengan di Indonesia, khususnya Kalimantan. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B Pandjaitan,  menegaskan Indonesia  akan fokus  menarik investasi asing untuk sektor ekonomi hijau. Jika  akan berinvestasi di Indonesia, investor asing wajib   memenuhi persyaratan yakni  ramah lingkungan, bersedia mendidik tenaga kerja lokal, melakukan alih teknologi, serta memberi nilai tambah  dalam pengelolaan sumber daya mineral untuk Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) juga mengatakan ekonomi hijau ini sangat menguntungkan negara. Tingkat pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) rata-rata 6 persen per tahun, di atas proyeksi bisnis biasa seperti saat ini akan dihasilkan dari jalur pembangunan rendah karbon menuju nol emisi karbon pada 2045.  Program ini akan menempatkan negara sebagai tujuan utama investasi hijau, diprediksi akan menciptakan 15,3 juta lapangan kerja baru.

Teringat kampung halamanku di Sanggau, Kalimantan Barat. Ibu kota sebuah kabupaten yang sebagian kecamatannya berbatasan langsung dengan Sarawak, Malaysia Timur ini, dilintasi beberapa sungai di antaranya sungai Sekayam, sungai Bonti dan sungai Liku. Sungai Liku yang memang berliku ini menjadi salah satu ajang berenang anak-anak kampung yang tinggal di sekitar gereja Katolik Hati Kudus Yesus, Sanggau.

Air sungainya  berwarna kemerahan, karena  banyak akar pohon yang menjalar dan berjuntaian. Kami sering bermain Tarzan-tarzanan, seraya berteriak auoooo...lalu terjun ke sungai kecil itu. Hingga salah satu dari kami, Anton namanya, hilang ditelan buaya. Sejak itu, aku dan abangku, tidak boleh lagi berenang di sungai Liku. Kami pun  pindah ke sungai Engkakal yang dangkal dekat rumah orang tua kami di bukit Meirasah.

Selain mandi di sungai atau kali, kata orang Jakarta, kami sering pergi ke hutan di belakang rumah. Orang Dayak, sangat menghormati hutan, tanah, dan air sebagai sumber kehidupan. Orang tua kami juga mengajari anak-anaknya untuk berladang atau bercocok tanam dan mencari sayur di hutan untuk kebutuhan keluarga, jika libur sekolah. Ada juga yang mencari sayur di hutan kemudian dijual di pasar. Jenis sayuran hutan itu macam-macam, seperti rebung (bambu muda)buah dan bunga kecombrang, Juna' atau lengkio, kangkung hutan, ubi dan  daun ubi (singkong), buah petinggi, timun dan lainnya.

 

Kebun Karet di Kec. Kembayan, Kab. Sanggau (Foto: Dokpri)
Kebun Karet di Kec. Kembayan, Kab. Sanggau (Foto: Dokpri)

Pembalak Hutan, Tambang  dan Sawit Si Buah Emas 

Sampai era pohon Kelapa Sawit datang masuk ke hutan Kalimantan Barat, juga industri penebangan kayu dan pembalakan liar atau ilegal loging, hingga penambangan emas yang dampaknya merusak lingkungan termasuk sungai.  

Setelah dibuka jalur darat, lintas Malindo, dari Tanjung, Sosok Tayan Hulu  menuju Kembayan, sungai Sekayam nyaris tak mendapat perhatian istimewa lagi. Bahkan tercatat sejak tahun 2010, air sungai Sekayam sudah tercemar limbah zat kimia dari perkebunan kelapa sawit, juga limbah pertambangan.  Telah beroperasi 40 perusahaan kelapa sawit (5 perusahaan di kecamatan Kembayan, kabupaten Sanggau) dan 81 perusahaan pertambangan (3 perusahaan dengan izin eksplorasi 76.568 Ha di kecamatan Kembayan).

Perkebunan kelapa sawit mulai muncul di Kalimantan Barat (Kalbar)sejak 1980-an, melalui PT Perkebunan Nasional (PTPN XIII) milik pemerintah. Dan Kalbar merupakan provinsi dengan lahan perkebunan kelapa sawit terluas ketiga di tanah air. Ironisnya Kalbar masih menjadi provinsi  paling miskin dibanding wilayah lain di Kalimantan.

Selain itu, industri penebangan kayu juga turut berperan dalam penggundulan hutan di Kalimantan. Selain pabrik-pabrik kayu yang bertebaran di Kalimantan, juga ulah pelaku ilegal loging atau pembalak hutan. Tak heran jika sudah jarang orang membangun rumah dari kayu dan papan di Kalimantan. Pasalnya keberadaan kayu sudah sangat langka, dan jika ada pun harganya mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun