Saat ini, kita sering mendengar istilah Fear of Missing Out (FOMO) yang menggambarkan kecemasan akan kehilangan kesempatan atau ketinggalan sesuatu yang sedang tren. Meskipun istilah ini awalnya berkaitan dengan media sosial dan kehidupan sehari-hari, dampaknya juga sangat besar dalam dunia investasi. Bagi milenial, yang tumbuh dalam era digital dan media sosial, FOMO menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan investasi mereka. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas bagaimana FOMO memengaruhi keputusan investasi di kalangan milenial, dengan studi kasus yang relevan dan tips praktis untuk mengatasi efek negatif dari fenomena ini.
Apa Itu FOMO dan Bagaimana Ia Bekerja?
FOMO adalah perasaan cemas atau khawatir bahwa seseorang akan melewatkan peluang berharga yang sedang terjadi. Dalam konteks investasi, FOMO muncul ketika investor merasa tertekan untuk terlibat dalam investasi tertentu hanya karena mereka melihat orang lain mendapatkan keuntungan besar. Fenomena ini sering dipicu oleh berita viral, tren terbaru, atau bahkan rekomendasi dari influencer di media sosial.
Contoh: Bayangkan kamu melihat banyak orang di media sosial memposting tentang keuntungan besar dari investasi dalam cryptocurrency baru. Kamu merasa cemas karena tidak ikut berinvestasi dan takut ketinggalan peluang besar. Ketika kamu akhirnya memutuskan untuk berinvestasi, kamu mungkin hanya mengikuti tren tanpa melakukan riset yang cukup, yang berpotensi menyebabkan kerugian besar.
Dampak FOMO pada Keputusan Investasi Milenial
Milenial, yang banyak terhubung dengan teknologi digital dan media sosial, sangat rentan terhadap pengaruh FOMO. Faktor-faktor berikut menjelaskan bagaimana FOMO dapat memengaruhi keputusan investasi mereka:
1. Media Sosial sebagai Sumber Informasi Instan
  Media sosial seperti Twitter, Instagram, dan TikTok memudahkan orang untuk berbagi informasi tentang investasi dengan cepat. Kabar baik atau lonjakan harga aset yang diposting oleh teman atau influencer dapat menciptakan rasa urgensi yang kuat. Investor milenial sering kali terpengaruh oleh hype ini dan terburu-buru untuk ikut berinvestasi tanpa melakukan analisis mendalam.
  Contoh: Selama lonjakan harga Bitcoin pada awal 2021, banyak orang di media sosial membagikan pengalaman mereka dengan keuntungan besar dari investasi kripto. Melihat hal ini, beberapa milenial memutuskan untuk membeli Bitcoin dengan harapan mendapatkan keuntungan yang sama, hanya untuk mengalami volatilitas harga yang ekstrem dan kerugian besar.
2. Pengaruh Influencer dan Trader Populer
  Influencer dan trader populer di media sosial sering kali mempromosikan investasi tertentu, yang dapat menyebabkan FOMO pada pengikut mereka. Mereka mungkin memposting tentang potensi keuntungan atau memberi rekomendasi tanpa mempertimbangkan risiko yang terlibat. Ini bisa membuat investor milenial merasa tertekan untuk mengikuti saran mereka tanpa memahami sepenuhnya risiko dan detail investasi tersebut.
  Contoh: Kasus GameStop pada awal 2021 adalah contoh klasik. Pengguna Reddit's WallStreetBets memposting tentang potensi kenaikan harga saham GameStop. Banyak milenial yang mengikuti saran ini dan membeli saham GameStop secara massal, hanya untuk menghadapi penurunan harga yang tajam setelah gelembung tersebut pecah.
3. Gaya Hidup Konsumtif dan Keinginan untuk Menunjukkan Status
  Banyak milenial merasa tertekan untuk mengikuti tren terbaru, baik dalam mode, teknologi, atau investasi. Mereka mungkin berinvestasi dalam aset yang sedang tren bukan karena alasan finansial yang rasional, tetapi untuk menunjukkan bahwa mereka mengikuti tren terkini. Ini bisa membuat mereka membuat keputusan investasi yang impulsif dan tidak terencana.
  Contoh: Misalnya, seseorang mungkin membeli saham dalam perusahaan teknologi baru yang sedang viral hanya untuk menunjukkan bahwa mereka "kekinian". Jika investasi ini tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang, bisa mengakibatkan kerugian finansial.
Studi Kasus: Investasi Kripto dan Saham Meme
Untuk memahami lebih dalam bagaimana FOMO mempengaruhi keputusan investasi, mari kita lihat dua studi kasus nyata yang menunjukkan dampak FOMO pada milenial:
1. Investasi Kripto: Kenaikan dan Penurunan Drastis
Cryptocurrency telah menjadi salah satu investasi yang paling menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Banyak milenial yang terpesona oleh cerita tentang keuntungan besar dari Bitcoin dan Ethereum. Ketika harga kripto naik tajam, FOMO mendorong banyak investor baru untuk masuk ke pasar tanpa memahami volatilitas yang terkait.
Contoh: Pada akhir 2020 dan awal 2021, Bitcoin mengalami lonjakan harga yang signifikan, mendorong banyak milenial untuk berinvestasi. Beberapa dari mereka membeli Bitcoin dengan harga tinggi setelah mendengar tentang keuntungan besar dari orang lain. Namun, harga Bitcoin yang sangat fluktuatif menyebabkan banyak investor mengalami kerugian besar saat harga jatuh secara drastis.
2. Saham Meme: GameStop dan Fenomena Hype
Saham GameStop menjadi fenomena di awal 2021 ketika harga sahamnya melonjak tajam setelah mendapat perhatian dari forum Reddit. Banyak milenial terjebak dalam hype ini dan membeli saham GameStop hanya untuk menghadapi penurunan harga yang tajam setelah bubble pecah. Ini menunjukkan bagaimana FOMO bisa mengarah pada keputusan investasi yang didorong oleh hype, bukan analisis yang rasional.
Contoh: Investor yang membeli saham GameStop pada puncak harga tanpa melakukan riset yang mendalam sering kali menghadapi kerugian ketika harga saham turun setelah hype mereda. Hal ini menunjukkan bagaimana FOMO dapat menyebabkan keputusan investasi yang buruk dan mengakibatkan kerugian finansial.
Cara Mengatasi FOMO dalam Investasi
Untuk menghindari dampak negatif FOMO dalam keputusan investasi, milenial perlu menerapkan beberapa strategi berikut:
1. Edukasi dan Riset Mendalam
  Sebelum membuat keputusan investasi, penting untuk melakukan riset yang menyeluruh. Memahami produk investasi, risiko, dan potensi keuntungan dapat membantu menghindari keputusan impulsif yang didorong oleh FOMO. Jangan hanya mengikuti tren atau rekomendasi tanpa memahami dasar-dasarnya.
  Contoh: Jika tertarik berinvestasi dalam saham perusahaan teknologi baru, pastikan untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan, analisis pasar, dan berita terbaru sebelum memutuskan untuk berinvestasi.
2. Diversifikasi Portofolio
  Menjaga portofolio investasi yang terdiversifikasi membantu mengurangi risiko dan melindungi dari kerugian besar. Jangan hanya fokus pada satu jenis aset atau sektor. Diversifikasi dapat membantu menjaga keseimbangan dan melindungi dari dampak negatif yang disebabkan oleh keputusan investasi yang buruk.
  Contoh: Alih-alih hanya berinvestasi dalam satu saham atau cryptocurrency, pertimbangkan untuk mendiversifikasi portofolio dengan berbagai jenis aset seperti saham, obligasi, dan real estate.
3. Rencana Investasi Jangka Panjang
  Memiliki rencana investasi jangka panjang dan mengikuti strategi yang telah ditetapkan dapat membantu menghindari keputusan impulsif. Fokus pada tujuan jangka panjang daripada terpengaruh oleh fluktuasi pasar atau tren sesaat.
  Contoh: Jika tujuan investasi kamu adalah untuk pensiun, buatlah rencana investasi yang mempertimbangkan pertumbuhan jangka panjang dan risiko yang dapat diterima. Hindari melakukan perubahan besar dalam portofolio hanya karena tren jangka pendek.
4. Mindfulness dan Kontrol Emosi
  Mengelola emosi dan kesadaran diri tentang dampak FOMO sangat penting. Ketika kamu merasa tertekan untuk berinvestasi hanya karena orang lain melakukannya, coba berlatih mindfulness dan ambil waktu untuk merenung sebelum membuat keputusan investasi.
  Contoh: Jika kamu merasa cemas karena ketinggalan peluang investasi, coba untuk menghentikan sementara aktivitas investasi dan fokus pada riset yang lebih mendalam. Diskusikan keputusan investasi dengan penasihat keuangan atau teman yang bisa memberikan perspektif objektif.
FOMO adalah fenomena psikologis yang kuat yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita, termasuk investasi. Bagi milenial, yang sering terhubung dengan media sosial dan tren digital, FOMO dapat mempengaruhi keputusan investasi secara signifikan. Dengan memahami bagaimana FOMO memengaruhi keputusan investasi dan menerapkan strategi yang tepat, milenial dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijaksana dan mengurangi risiko kerugian finansial. Mengedukasi diri sendiri, melakukan riset, diversifikasi, dan menjaga kontrol emosi adalah kunci untuk mengatasi dampak negatif FOMO dan mencapai kesuksesan jangka panjang dalam investasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H