Embun pagi merenung di dedaunan,
Menari-nari dengan gemulai senyum,
Dalam raganya terdapat cerita,
Tentang kehidupan yang tak lekang oleh waktu.
Dalam setiap tetesnya terperangkap,
Cahaya fajar yang berbisik lembut,
Mengajakku merenung tentang arti,
Hidup yang singgah sejenak di dunia.
Dalam keheningan pagi yang meremang,
Aku berjalan melangkah perlahan,
Menyusuri lorong waktu yang tak terhingga,
Di antara alam dan sang pemimpi.
Embun pagi menepuk pelan pipiku,
Menyadarkanku tentang kehampaan,
Banyak yang kulakukan untuk menggapai,
Namun apa yang benar-benar kudapatkan?
Dalam keremangan pagi yang syahdu,
Kusadari hidup adalah perjalanan,
Bukan sekadar tentang tujuan akhir,
Tapi kenikmatan setiap langkah yang dijalani.
Embun pagi mengingatkanku,
Bahwa ada waktu untuk bersantai,
Menikmati indahnya dunia di sekitarku,
Dan menyelami kedalaman hatiku.
Dalam sunyi pagi yang berbisik,
Kuselami embun yang merenung,
Sebuah kehidupan yang berharga,
Sejatinya diukir oleh kasih dan kebaikan.
Embun pagi yang merenung,
Mengajakku melangkah dengan penuh harap,
Hingga akhirnya saat kurebahkan diri,
Di bawah senja yang bermandikan cinta.
Hidup bagaikan embun pagi,
Sementara waktu terus berlalu,
Mari nikmati setiap detiknya,
Sebelum lenyap begitu saja dalam angan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H