By Christie Damayanti
Aku di SAmarkand, menyeberangi jalan besar. Zebra-cros yang besar di kota2 di Uzbekistan dengan warna yang masih jelas. Lebar zebra-cross ini sekitar 2 meter dan bisa dibayangkan, pesedtriannya selebar zebra-cross nya .....
Konsep penyandang disabilitas secara umum di seluruh dunia, adalah sama.
Penyandang disabilitas adalah seseorang dengan gangguan fisik, mental, sensorik (sensual), atau mental yang menetap, yang memerlukan perawatan dan perlindungan sosial, penciptaan kondisi untuk partisipasi penuh dan efektif atas dasar kesetaraan dengan orang lain dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial masyarakat dan negara.
Undang-Undang Republik Uzbekistan tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas 2020, "Tujuan Undang-Undang ini adalah untuk mengatur hubungan di bidang penjaminan hak-hak penyandang disabilitas."
Konsep ini memang sama dengan konsep2 dari negara2 lainnya, termasuk Indonesia. Dan bagi disabilitas termasuk aku sebagai penyandang disabilitas daksa pemakai kursi roda karena lumpuh tubuh kanan karena serangan stroke berat tahun 2010 di San Francisco Amerika Serikat, aku selalu mencari tahu dan berusaha membuktikan jika aku ke sebuah negara, bagaimana kah aksesibilitas dan kehidupan warga disabilitas di negara tersebut, termasuk di Uzbekistan.
Bagi Uzbekistan yang aku baca dari berbagai referensi bahwa, prinsip2 untuk menjamin hak-hak penyandang disabilitas;
Penghormatan terhadap martabat penyandang disabilitas, kemandirian mereka, dan kebebasan memilih kehidupan mereka sendiri. Lalu juga, kesetaraan kesempatan dalam menjalankan hak2 mereka sebagai warga negara, penghormatan terhadap kehidupan bernegara termasuk hak anak2 disabilitas yang harus berkembang dengan Pendidikan yagn layak unjtuk mempertahankan individualitas mereka.
Negara pun bertanggung jawab dengan aksesibilitas dan tidak menerima diskriminasi tentang fasilitas2 dan pelayanan, serta keterlibatan disabilitas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara .....
Dalam kenyataannya ketika 2x aku berada di Uzbekistan denagn kursi roda ku, aku merasakan kepedulian mereka lewat warga mereka yang berada di sekitaranku sebagai wisatawan. Dengan Zoyir sebagai tour-guide yang benar2 membantu aku secara fisik dan emosional.
Karena, ketika seorang tour-guide tidak punya passion untuk membantu, walaupun tugas tour-guide adalah salah satunya membantu klien2nya, tetap saja dia tidak akan full untuk membantu jika dia tidak punya kepedulian.
Dan, krtika warga Uzbekistan yang tidak punya kepedulian sama sekali, mereka pun tidak akan mau membantu walau sedikit apapun.
Seewaktu aku berada didana, jelas sekali Zoyir mempunya luar biasa kepedulian untuk membantuku dan warga di area sekitaran aku sebagai wisatawan itu, mreka rela sekali Bersama mengangkat kursi rodaku yang beratnya 30 kg untuk naik turun karena tidak ada alat bantu ramp .....
Konstitusi Uzbekistan beserta UU yang diadopsi berdasarkan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas menyatakan bahwa, "Undang-undang tersebut mewajibkan lembaga publik dan perusahaan swasta, yang mempekerjakan setidaknya 20 orang, untuk menyediakan setidaknya 3 persen lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas."
Hmmmmmm .....
Ini lebih besar dari pada kesempatan bekerja bagi disabilitas di Indonesia. Bahwa pada kenyataannya, penyandang disabilitas di Indonesia masih sangat sulit mendapatkan pekerjaan karena UU dan peraturan Indonesia yang mewajibkan 1% untuk perusaan swasta dan 25 untuk BUMN tetap masih sulit menerima nya.
Ketika aku bertanya pada beberapa teman yang berada di level tinggi tentang ini, mereka menjawab denagn ragu2 bahwa mereka msih ter-stigma untuk memberikan "label" bahwa disabilitas itu susah karena emosionalnya serta tidak bisa bantyak mebantu dengan kondisi fisiknya!
Undang-Undang Republik Uzbekistan tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas 2020 adalah "Aksesibilitas fasilitas dan layanan harus dipastikan dengan menciptakan kondisi bagi penyandang disabilitas untuk memiliki akses -- atas dasar yang sama dengan warga negara lainnya -- ke bangunan, fasilitas, transportasi, informasi, dan sarana komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi-komunikasi, serta fasilitas dan layanan lain yang disediakan untuk publik.
Sebagai negara baru yang Merdeka 31 Agustus 1991 lalu, Uzbekistan sudah membangun luar biasa dalam pemenuhan aksesibilitas dan fasilitas utuk disabilitas. Walau, ketika presiden pertama mereka masih tertutup dan Uzbekistan baru bisa membangun dengan terbuka setelah presiden mereka pertama meninggal dan digantikan oleh presiden kedua yang moderat dan terbuka, mulai tahun 2016.
Jadi, bisa dikatakan Uzbekistan baru membangun mulai tahun 2016 dan itu berarti baru 8 tahun sampai tahun ini, tahun 2024. Tetapi, aksesibilitas dan fasilitas perkotaannya sudah luar biasa dengan membangun pedestrian2 yang luas dan permukaan yang rata.
Pedestrian besar dan luas merupakan "surga" bagi disabilitas, terutama pengguna kursi roda, seperti aku. Walau belum mempunyai jalur pemandu bagi disabilitas netra. Dengan waktu 8 tahun membangun, tentu saja masih butuh waktu untuk sebuah kota ramah disabilitas yang penuh. Tetapi, Tashkent sebagai ibukota negara, aku sangat yakin akan menjadi sebuah "kota inklusi" yang luar biasa .....
Perencanaan dan pengembangan kota dan permukiman lainnya, pembentukan kawasan perumahan dan rekreasi, pengembangan solusi desain untuk konstruksi baru, rekonstruksi bangunan, struktur dan kompleksnya, serta pengembangan dan produksi sarana transportasi umum, informasi dan sarana komunikasi, Â tanpa mengakomodasi fasilitas ini untuk akses tanpa hambatan bagi penyandang disabilitas tidak boleh diizinkan.
Tetapi, seperti yang kita tahu untuk penyadang disabilitas di seluruh dunia, sebagian besar pribadi atau instansi atau apapun Namanya, mereka lebih melihat disabilitas sebagai sebuah "obyek" untuk dikasihani.
Begitu juga, ketika UNICEF melakukan laporan analisis situasi di Uzbekistan yang mengungkapkan bahwa sikap terhadap penyandang disabilitas adalah "berfokus pada amal". Denagn focus dan amal, seringkali negara lupa bahwa justru disabilitas ktu harus diberikan fasilitas2 yang layak untuk bisa mendiri.
Dari laporan UNICEF tersebut, mereka yang disurvei menjelaskan pandangan mereka tentang penyandang disabilitas,
"Orang-orang mengasosiasikan disabilitas terutama dengan pemberian bantuan non-pribadi, rasa iba, kebutuhan akan belas kasihan, keinginan untuk membantu. Ketika ditanya tentang sentimen mereka terhadap orang-orang penyandang disabilitas, hampir setengah dari orang-orang tanpa disabilitas yang disurvei merasa iba terhadap mereka dan 23 persen ingin membantu mereka."
Jika kita focus dengan kasihan dan amal, akan membuat disabilitas menjadi manja dan hanya menengadahkan tangannya untuk meminta bantuan. Bahwa disabilitas pada kenyataannya sangat berpotendi dan juga merupakan asset bangsa, seolah terlupakan dan akhirnya disabilitas tetap berada di urutan kesekian dalam pemerataan sebuah negara .....
***
Kepedulian warga Uzbekistan sudah aku uji sebagai wisatawan ketika 2x aku berada disana. Ketika aku berada di lingkungan sekitaranku sebagai wisatawan, baik di area wisata sendiri atau di area permukiman warga local, aku sudah membuktikan, betapa mreka sangat pefuli dengan kesulitan2 ku diatas kursi roda.
Dan, mereka membantuku ketika aku memang membutuhkan bantuan karena ketika aku di Bukahar di kotatua dan aku jauh dengan teman2 grup ku saat itu. Waktu aku harus turun dari permukaan yang berbeda ketinggiannya sekitar 20 cm, kursi rodaku harus diangkat dan turun.
Aku berdiri, mencoba turun sendiri, dan aku berpikir untuk menurunkan kursi rodaku sendiri perlahan. Tetapi, ketika aku baru saja mau mencoba, tiba2 ada 2 orang laki2, mungkin ayah dan anak. Si ayah menyapaku dengan ramah walau tidak bisa berbahasa Inggris, dan dia memberi isyarat bahwa si ayah dan anak itu akan menurunkan kursi rodaku .....
Aku tersenyum dan langsung jatuh cinta dengan warga disana, karena setelah iyu, warga di seputaranku saling menyapa kepadaku dengan Bahasa mereka sendiri dan aku hanya tersenyum2 bahagia membalas sapaan2 mereka .....
Suasana yang cukup membahagiakan untukku, ketika mereka bertanya banyak saking men-translate ke bahasa masing2, dan kami saling mengerti tentang sebuah KEPEDULIAN ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H