Di tengah-tengah pekarangan itu yang luasnya mungkin sekitar 40 meter x 40 meter, terdapat ruang tertutup dengan beberapa pintu dan ternyata itu adalah kamar mandi dan toilet mereka. Aku benar-benar takjub konsep rumah mereka. Apakah itu hanya 1 rumah saja yang berkonsep demikian, ataukah semua rumah tua di Gijduvan berkonsep demikian?
Di area tengah yang berfungsi untuk kamar mandi dan toilet mereka, terdapat sebuah pohon besar yang pastinya sudah tua, dialasi oleh lantai kayu berpanggung yang aku susah untuk melangkah, sehingga 2 kali aku ke toilet dan 2 kali juga aku butuh bantuan untuk naik ke atas panggung kayu itu.
Lantai halaman itu adalah tanah tidak rata, pepohonan banyak bergerombol dan tidak ada satupun penghuni rumah atau anak-anak yang berseliweran disana.
Kami dibawa masuk ke masing-masing ruang pembuatan keramik, yang sudah aku ceritakan di artikel sebelum ini.Â
Baca: Pembuatan "Gijuduvan Ceramic" Tanpa Peralatan Modern Bahkan Masih Dibantu Keledai
Aku sempat berjalan-jalan sendiri berkeliling pekarangan ruah tersebut dengan kursi roda ku. Aku melihat banyak material dan barang peralatan yang pastinya berhubungan denagn pembuatan keramik-keramik mereka.
Pekarangan itu cukup rapi dengan material dan peralatan itu berada di beberapa pojok pekarangan yang disusun rapi. Ada beberapa mainan anak-anak tetapi tidak ada atau tidak terlihat anak-anak yang bermain. Apakah hari itu mereka sekolah?
Dinding ruangan-ruangan yang ada, terlihat sekali materialnya. Tanah liat yang dicampur dengan Jerami, yang merupakan "made in" khusus dari Uzbekistan. Jerami-jerami itu mencuat di beberapa titik di dinding-dinding itu, karena memang bangunan itu sudah tua, walau aku tidak tahu, sejak tahun berapa rumah itu ada. Yang jelas Gijduvan Ceramik sudah ada sejak abad lalu!