Untukku juga, Osaka bukan kota atau tempat yang harus aku sering kunjungi di Jepang karena untuk ke Osaka dari Tokyo, akan banyak melibatkan banyak factor. Dana, karena dari Tokyo ke Osaka harus naik Sinkansen dan harganya mahal dan harus beli di Jekarta, JRPass. Butuh effort untuk kesana.
Faktor kedua, secara umum sebagai kota metropolitan, Osaka tidak jauh berbeda dengan kota metropolitan Tokyo, termasuk kebudayaan jepang yang juga ada di Tokyo maupun Osaka. Dan, factor terkahir sehingga akua gak "malas" ke Osaka adalah anakku Michelle tidak bisa menemaniku ke luar kota. Padahal niatku ke Jepang adalah untuk menjenguk anakku 3x setahun dan berusaha dekat denaggnnya setiap saat sampai aku kembali ke Jakarta.
Mengapa Tokyo? Dan, mengapa bukan Osaka?
Karena anakku Michelle kehidupannya di Tokyo dan Chiba. Dia tinggal di Funabashihoten Chiba dan ketika kuliah di Universitas Meikai Chiba serta bekerja di beberapa tempat di Chiba dan Tokyo. Sehingga, aku tidak ingin waktuku sibuk dengan diriku sendiri ke Osaka.
Nah,
Saat ini, Maret 2023 lalu ketika aku menjenguk Michelle pertama kali setelah pandemic dan Michelle wisuda, dia punhya swaktu beberapa hari setelah wisuda untuk libur sehingga aku dengan Bahagia mengajak dia ke Osaka untuk berlibir.
Sehingga, dengan hepi juga Michelle mau dan menikmati Dotonburi di Osaka, dimana ternyata dia termasuk sering ke Osaka untuk menikmati kongkow dengan teman2nya di Dotonburi .....
Cerita dan sejarah jartentang Dotonburi sendiri, cukup rumit, Sedikit aku jabarkan bahwa Dotonburi ini berada di sebuah kanal Osaka (Osaka dikenal sebagai "kota air, seperti Amsterdam), dan mulai dibangun tahun 1615. Dan saat itu sampai setelai perang dunia kedua, Dotonburi terkenal sebagai tempat yang menghadirkan kehidupan tradisional di Osaka.
Dokumentasi pribadi - Dotonburi bukan hanya di sepanjang kanal saja tetapi ada bangunan2 tertutup untuk toko2 dan restoran2nya, seperti foto ini. Tetapi, memang akhirnya tidak terlalu ramai karena orang2 lebih memilih di tempat2 terbuka .....