By Christie Damayanti
 ......
Â
Bagi yang pernah ke Osaka, apalagi yang mengaku "suka Jepang" tidak ada yang tidak tahu yang Namanya DOTONBURI. Benar, kan?
Dtonbori adalah sebuah distrik di Osaka, Jepang. Dikenal sebagai salah satu kawasan wisata dan kehidupan malam utama di Osaka, kawasan ini membentang di sepanjang kanal Dtonbori dari Jembatan Dtonboribashi hingga Jembatan Nipponbashi di distrik Namba di bangsal Ch kota. Dulunya merupakan distrik teater, kini menjadi kawasan kehidupan malam dan hiburan populer yang ditandai dengan suasana eksentrik dan papan nama besar yang menyala. Wikipedia.
Sepertinya, Osaka identic dengan Dotonburi, seperti jika kita mencari pasta gigi, kita pasti ingat Pepsoden atau sabun cuci baju adalah Rinso, atau air mineral adalah Aqua. Padahal semua itu adalah merek dagang, bukan pasta gigi, bukan sabun cuci baju atau juga bukan air mineral.
Branding itu benar2 membuat produk selalu mendapat tempat di hati konsumen sehingga sepertinya konsumen tidak akan berpaling dengan yang lain.
Begitu juga dengan Dotonburi dimana orang2 yang suka Jepang akan mengatakan atau membayangkan Dotonburi adalah Osaka. Padahal, masih banyak sekali atraksi2 cantik nan unik di Osaka, bukan hanya Dotonburi.
Di beberapa artikel setelah ini aku akan menuliskan banyak sekali cerita tentang Dotonburi yang benar2 melekat di kepala wisatana2 yang mengaku "suka Jepang". .....
***
Tapi benar adanya, untukku sendiri Osaka adalah salah satu kota terbesar di Jepang dan metropolitan, danaku adalah seorang arsitek yang memenuhi hidupku untuk mengapati perkotaan metropolitan yang berhubungan dengan arsitektural, urban dan city planning dan aksesibilitas untuk disabilitas dan prioritas,
Untukku juga, Osaka bukan kota atau tempat yang harus aku sering kunjungi di Jepang karena untuk ke Osaka dari Tokyo, akan banyak melibatkan banyak factor. Dana, karena dari Tokyo ke Osaka harus naik Sinkansen dan harganya mahal dan harus beli di Jekarta, JRPass. Butuh effort untuk kesana.
Faktor kedua, secara umum sebagai kota metropolitan, Osaka tidak jauh berbeda dengan kota metropolitan Tokyo, termasuk kebudayaan jepang yang juga ada di Tokyo maupun Osaka. Dan, factor terkahir sehingga akua gak "malas" ke Osaka adalah anakku Michelle tidak bisa menemaniku ke luar kota. Padahal niatku ke Jepang adalah untuk menjenguk anakku 3x setahun dan berusaha dekat denaggnnya setiap saat sampai aku kembali ke Jakarta.
Mengapa Tokyo? Dan, mengapa bukan Osaka?
Karena anakku Michelle kehidupannya di Tokyo dan Chiba. Dia tinggal di Funabashihoten Chiba dan ketika kuliah di Universitas Meikai Chiba serta bekerja di beberapa tempat di Chiba dan Tokyo. Sehingga, aku tidak ingin waktuku sibuk dengan diriku sendiri ke Osaka.
Nah,
Saat ini, Maret 2023 lalu ketika aku menjenguk Michelle pertama kali setelah pandemic dan Michelle wisuda, dia punhya swaktu beberapa hari setelah wisuda untuk libur sehingga aku dengan Bahagia mengajak dia ke Osaka untuk berlibir.
Sehingga, dengan hepi juga Michelle mau dan menikmati Dotonburi di Osaka, dimana ternyata dia termasuk sering ke Osaka untuk menikmati kongkow dengan teman2nya di Dotonburi .....
Cerita dan sejarah jartentang Dotonburi sendiri, cukup rumit, Sedikit aku jabarkan bahwa Dotonburi ini berada di sebuah kanal Osaka (Osaka dikenal sebagai "kota air, seperti Amsterdam), dan mulai dibangun tahun 1615. Dan saat itu sampai setelai perang dunia kedua, Dotonburi terkenal sebagai tempat yang menghadirkan kehidupan tradisional di Osaka.
Dokumentasi pribadi - Dotonburi bukan hanya di sepanjang kanal saja tetapi ada bangunan2 tertutup untuk toko2 dan restoran2nya, seperti foto ini. Tetapi, memang akhirnya tidak terlalu ramai karena orang2 lebih memilih di tempat2 terbuka .....
Selama bertahun2, menurunnya minat terhadap bentuk hiburan tradisional menyebabkan ditutupnya sebagian besar atraksi asli Dtonbori.
Proyek pembangunan kembali dimulai pada tahun 1960-an untuk meningkatkan kualitas air di kanal. Tanah di tepi utara dan selatan direklamasi untuk meninggikan dinding sungai, dan untuk mendanai sebagian proyek, separuh dari tanah reklamasi tersebut dijual kepada pemilik tanah di sebelah kanal. Separuh lainnya ditetapkan sebagai jalur parkir jalur hijau.
Dan, jadilah Dotonburi sekarang, walau perlahan dan terus mengalami pertambahan2 dan renovasi disana. Salah satunya adalah,
Pengembangan lebih lanjut dari lahan yang berbatasan dengan kanal dimulai pada tahun 2001, dan jalur sepanjang 170 meter  antara Tazaemonbashi dan Ebisubashi dibuka untuk umum pada tahun 2004. Sehingga, sekarang Dotonburi benar2 seperti bagian dari Osaka modern yang memang benar2 sangat disukai oleh wisatawan asing serta anak2 muda Jepang untuk kongkow sepanjang hari. Bisa dikatakan, Dotonburi hampir semua atraksi buka 24 jam!
Dan yang menjadi icon Dotonburi dan wisatawan akan penasaran jika tidak kesini adalah Glico Man Sign! Menurut mereka, jika belum berfoto dengan Glico Man sign, berarti kita belum ke Osaka! Astaga!
Dokumentasi pribadi - Glico Man sign yang sangat terkenal dan untuk berfoto dengan latar belakang ini, harus antri karena banyak sekali orang yang mau berfoto Bersama ini .....
Â
Aku juga sampai geleng2 kepala ketika beberapa kali aku disana, untuk foto dengan latar belakang Glico Man antrinya lama dan Panjang atau mengular! Hmmmmm .....
Selama aku ke Osaka sebelum2nya, juju raku ga mau antri apapun, jika harus antri mendingan tidak jadi. Banyak makanan yang antri dan aku tidak jadi makan disana walau kepingin, hihihi
Tetapi, karena saat itu adalah special denagn Michelle, aku bela2in antri foto dengan latar belakang Glico Man, hahahaha ......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI