Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuanganku untuk Pulau yang Berbukit-Bukit dan Banyak Undak-Undakan

8 Juli 2023   18:10 Diperbarui: 8 Juli 2023   18:15 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Undak2an yang tidak standard, membuat kepalae ku berputar ...... (Dokumentasi pribadi)

By Christie Damayanti

Pulau Flores memang tidak sebesar pulau Jawa, bahkan bisa dibilang Pulau Flores itu "kecil". Tetapi, memiliki contour yang bergunung2 dan berbukit2. Secara pulau ini mempunyai beberapa gunung yang berada di beberapa pegunungan.

Flores memiliki beberapa gunung api aktif dan tidur, termasuk La Ende, Egon, Ilimuda, Lereboleng, Lewotobi dan Ile Ape (Lembata) serta Ine Rie (Ngada).

Sumber : www.id.wikipedia.org

Dengan keberadaan pegunungan, perbukitan, gunung2 dan bukit2 di Pulau Flores, terbayang kan, betapa contour tanahnya berbukit2, lembah dan jalannya berliku2 untuk naik ataupun turun ke tujuan kita.

Berarti juga, keberadaan contour tanah membuat hamper semua bangunan disana adalah berundak2an, atau bertangga2. Ada yang hanhya sekedar  1 atau 2 anak tangga, ada juga sampai puluhan anak tangga.

Artinya lagi, akua gak susah untuk berkegiatan dimana pun, karena aku harus dibantu atau ditemani oleh tim kami untuk naik atau turun tangga ddengan lumpuh tubuh kanan ku. Karena, tidak gampang kaki kananku yang lumpuh untuk diajak melangkah dengan susah ayah, karena memang lumpuh ....

Suatu hari di sebuah hotel terakhir sebelum kami sampai ke Maumere .....

Kami menginap di Kampung Moni, yang luar biasa curam denagn tebing2 tinggi. Jika sebelumnya kami meman g ditempatkan di beberapa hotel di beberapa kota, semuanya benar2 bertangga. Tetapi khusus di Kampung Moni, ya ampuuuunnnn .....

Tidak ada sama sekali hotel atau losmen atau apapun itu, yang dari tepi jalan hanya 1 atau 2 anak tangga saja. Yang ada adalah lebih dari 20 anak tangga, dan ketinggian anak2 tangga itu lebih daro 30 cm!

Masalah dengan tubh lumpuh ku ini, membuat aku terus deg2an. Ketika mulai dituntun berjalan untuk chek-in, kaki kananku sudah bergetar Benar2 susah untuk diajak berberak, apalagi untuk berjalan!

Dengan bergetar, dan dengan digandeng dengan erat oleh mas Yopy, aku memaksa kaki kananku untuk membawaku naik undak2an sampai ke kamarku, yang terletak terdepan dari kamar2 tim kami.

Di beberapa anak tangga terakhir, sungguh kaki kananku tidak mampu melangkah lagi, sehingga saat itu aku minta berhenti dahulu untuk menenangkan tubuhku yagn tiba2 oleng. Keberadaan ku dengan keterbatasanku ini, pastinya akan mengganggu tim kami yang lainnya.

Tetapi seperti biasa, mas Yopy dan anggota tim kami tetap membri semangat kepadaku, sehingga perlahan aku berhasil menapaki undak2an terakhir, sesaat sebelum masuk ke kamar tidurku .....

Dan, selama ini, selama semalam kami mmenginap di Hotel Moni, aku memikirkan,"Bagaimana aku harus turun lagi, ya?"

***

Esok paginya, 

Tim kami, kecuali aku, berangkat naik gunung Kelimutu dengan Danau Kelimutu yang sangat terkenanl dengan sunrise dan sunset nya. Juga Danau Kelimutu, denagn berbagai lapisan warna warni, tergantung dengan posisi sinar matahari .....

 Mereka naik gunung jam 4 pagi untuk melihat sunrise dan rencana Kembali pulang ke hotel sekitar jam 9 pagi.

Sekitar sebelum jam 9, mereka sudah datang. Mereka mandi dan siap untuk makan pagi. Termasuk aku, dan setelah selesai sarapan, tibalah "drama" turun tangga .....

Aku benar2 tidak mampu untuk menuruni tangga2 curam denagn ketinggian undakan lebih dari 30n cm. Dari coffee shop tempat kami sarapan, aku berusaha menenangkan diriku dahulu sebelum aku melangkah.

Tetapi, sepertinya, aku benar2 tidak mampu!

Mungkin tim kami melihat aku benar2 bekerja keras sekali untuk mulai melangkah, sambal berpegangan erat denagn tangan mas Yopy. Dan, kaki kananku aku benar2 tidak mampu mrlangkah .....

Ada beberapa petugas hotel, menyarankan kursi rodaku yang berat 25 kgt itu dibawa naik ke atas dan aku duduk diatasnya, lalu aku di tandu oleh beberapa orang. Artinya, jika kursi rodaku beratnya sekitar 25 kg dan aku berat badanku sekitar 50 kg, berarti mereka harus menanduku seberat 75 kg! Waduh!

Mas Yopy kebetaran, karena beliau sudah merasakan betapa beratnya kursi roda ajaibku, Sehingga, ketika pak Dicky menyarankan aku digendong turun oleh mas Yopy, aku yang "nderedeg" citu ketakutan!

Bayangkan!

Aku digendong mas Topy turun sekitar 20 trap tangga terjal! Waduh! Aku benar2 ciut ketakutan!!!

Tetapi, mau bagaimana? Kaki kananku tidak mau bergerak untuk melangkah turun! Apakah aku hanya bisa menungg keberanianku untuk melangkah? Atau aku harus tinggal disana? Ya tidak mungkin, kan?

Akhirnya,

Dengan rasa takut luar biasa, mas Yopy menggendongku turun, denagn cepat. Aku memejamkan mataku erat2, dan mencengkeram leher mas Yopy, juga erat2. SAmpai beliau berkata, "Jangan takit. Percaya,  y amba. Nanti cepat sampai koq" ....

Mungkin, hituangnya hanya detik, atau mungkin 1 atau 2 menit saja, aku sudah selamat turun ke tanah dari gendongan mas Yopy ....

Puji Tuhan semesta alam .....

Hatiku yang deg2an, mulai melambat dara takutnya. Aku sebentar menenangkan diriku untuk siap naik ke bus kami, yang memang  harus digendong lagi oleh mas Yopy. Dan, ketika sudah duduk di bus, rasa takut itu lenyap sudah .....

Fiiiuuuhhhh .....

***

Begitulah!

Selama perjalanan kami dalam expedisi Nagekeo ini, aku benar2 merasakan perjuanganku dalam asti yang sebenar2nya. Secara fisik, aku harus berusaha keras untuk tubuhku mampu bergerak dan melangkah. Dan, secara hati pun, aku harus bekerja keras untuk bisa tegar dan menghalau rasa takut dan kawatir yagn seringkali mencengkeramku.

Bukan takut sembarang takur, tetapi begaimana aku bisa melakukan hal2 yang orang lain bisa lakukan tetapi mereka non-disabilitas? Mereka normal, sedangkan aku sangat terbatas!

Sekuat2nya aku untuk menepiskan rasa2 ketakutan dan kekawatiran karena aku terbatas, ya memang  aku sangat terbatas! Dengan tubuh kanan ku yagn lumpuh, secara manusiawi tentu aku tidak akan bisa sama dengan yang normal, bukan?

Doaku meamgn bukan untuk aku bisa menyaingi mereka, tetapi aku selalu berdoa untuk Tuhan berikan kekuatas dan yang terbaik untukku. Dan, yang terbaik adalah bantuan2 dari sahabat2ku, dari tim kami .....

What a wonderful expedition ..... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun