By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi - Jus buah yang aku beli dan tidak bisa membukanya, dengan diameter tutup 5 cm
Selama di Penang, memang Sebagian warga local disana tidak terlalu peduli denan keberadaanku Ketika aku membutuhkan bantuan. Tetapi, jika aku bisa melakukan sendiri, aku pun tidak peduli dengan mereka.
Jika di Jepang, mulutku pasti tersungging senyum manis untuk mereka, karena mereka sangat manis dan selalu mempersilahkan aku untuk lebih dahulu di depan mereka.
Bahkan, jika aku di stasiun MRT atau di terminal bus, petugas2 nya selalu membantuku untuk membawakan ramp mobile atau pun setelah keluar dari kereta, mereka selalu berjalan di depanku untuk "menyingkirkan" orang2 yang lalu Lalang di drpanku, untuk aku bisa berjalan melenggang .....
Tidak di Singapore, apalagi di Penang!
Singapore, sebagian orang masih peduli untuk mempersilahkan aku dahulu dari mereka, kecuali justru orang2 tua mereka yang (kata mas Kardy) merasa "harus dihormati), tetapi Sebagian lagi mereka masih cuek bebek dengan keberadaanku, dan sering mengabaikan aku sebagai disabilitas. Ya, tidak apa2 sih ....
Bahkan, beberapa petugas public "berani" mengomeli aku, Ketika aku dianggap terlalu lambat menekan tombol khusus untuk turun bus atau mengomeli karena kursi roda ajaibku terlalu berat sehingga mereka kewalahan, padahal kulihat tubuhnya tinggi kekar .....
Nah,
Ini cerita yang sangat membuat aku meradang yang perlahan menjadi lebih kepada"kasihan", betapa mereka harus belajar untuk bisa membantu dan menghormati sesama .....
***
Suatu hari di Penang,
Di ruang public Kawasan mall, aku antri untuk membli jus buah di sebuah minimart. Jus buah ysng dikemas dengan botol plastic denagn tutup botol cukupbesar sekitar 5 cm, denagn kapasitas 500 ml. Panas2 di Penang, harus diademkan denagn sebotol jus buah, kan?
Minimart itu cukup banyak yang beli dan antri. Setelah aku keluar dari antrian aku celingak celinguk untuk mencari kira2 siapa yang bisa kuminta bantuan untuk membuka tutup botol jus buah yang baru aku beli. Karena penutup botol itu cukup besar, sekitar 5 cm sehingga agak susah untuk aku buka denagn gigi .....
Ingat, kan?
Tubuhku lumpuh seoaruh sebelah kanan, sehingga selama 13 tahun ini karena terserang stroke berat di San Francisco Amerika Serikat, aku hanya hidup dengan separuh tubuh serbelah kiri saja. Sehingga, bahkan untuk membuka tutup sebuah botol dan Sebagian besar pekerjaan yang aku lalukan, separuh dengan tangan kiriku dan separuh lagi dengan gigiku, hihihi .....
Unik?Â
Iyalah, bahkan mungkin membuat Sebagian orang melihatku menjadi "illfeel" .....
Kembali ke ceritaku,
Ketika aku sedikit berkeliling untuk mencari beberapa orang yang ada disana, untuk minta tolong membukakan tutup botol jus yang baru kubeli, astagaaaaaaaaa .......
Tidak ada yang bersedia membantuku!!!
Begitu aku mendekat kepada seseorang atau gerombolan orang, sebelum aku berkata minta tolong, mereka menggelengkan kepala mereka dan membubarkan diri mereka dan menjauh! Bahkan, belum sampai aku mendatangi seseorang, dia menatapku dan pergi menjauh dariku!
What?????
Segitunyakah, menjijikan aku sebagai disabilitas berada di atas kursi roda?
Sebegitunyakah, mereka melihat disabilitas seperti momok yang menakutkan????
Ya, sudah! Mereka sama sekali tidak mau membantuku, ya tidak apa2 walau aku harus "kerja keras" untuk membuka tutp botol itu, dan aku menyingkir menepi, mematikan kursi roda ajaibku dan mulai berpikir dan mencoba menggigip penutup botolku .....
Aku sungguh jengkel sekali! Aku kepanasan, ingin cepat minum jus dalam botol tetapi terganjal untuk harus membuka tutupnya yang sangat sulit untukku. Tetapi, mau diapakan lagi, kan?
Jadi,
Aku memulai untuk mencoba membukan tutup botol itu dengan gigiku. Sangat sulit karena Ketika aku membuka mulutku, gigiku tidak bisautuh untuk memasukkan penutup botol itu. Kubuka mulutku lebar2, terus dan terus dan itu membuat rahangku tegang dan mengeras.
Mulutku yang lebar terbuka, kucoba untuk menggigit tutup botol itu, kugigit keras2, lepas lagi, lepas lagi, karena memang tutup botol itu terlalu besar untuk mulutku. Ya, tutup botol itu terlalu besar dari lebar bulatan gigiku, hahahaha ......
Tetapi aku berfikir,
"Masa' sih, aku tidak bisa minum jus dari botol imi? Aku beli cukup mahal 8,5 RM (dikali 3200 Rp saat itu) dan aku benar2 kehausan, masa' jus ini tidak bisa kuminum?"
Jadi, aku mencoba terus menerus dan gagal lagi gagal lagi, sampai rahangku agak kaku dan aku berhenti sejenak. Bermenit2 aku mulai lagi, gagal lagi. Berhenti lagi, sampai akhirnya, terbukalahtutup botol itu! Berhasil!!!
Tutup botol iotu terbuka, dan isinya agak muncrat karena aku bergerak dengan keras, jus tumpah sedikir, membasahi celana pendekku. Tidak apa2, yang penting sudah terbuka. Dan, cepat aku minum jus buah itu, sampai habis. Hanya beberapa detik saja, tetapi untuk membukanya lebih dari 20 menit, hahahahaha ......
Rahang dan gigiku agak sakit dan aku menggerak2kan rahangku sampai sakitnya berkurang.Dan, tutup botol itu penyok2 karena gigitanku yang semakin keras, geregetan untuk bisa membukanya.
Setelah itu,
Aku terus berpikir
"Gila, ya! Sama sekali tidak ada yang mau membantuku! Nysta banget, mereka sama sekali tidak ounya hati dan rasa!" Huhuhuhu ......
Berkali2 aku meminta bantuan dari mereka, dan berkali2 juga aku ditolak mentah2 bahkan sebelum aku minta bantuan! Dan, aku semakin terbiasa dengan tabiat mereka, selama 9 hari aku berada di lingkungn warga Penang. Aku semakin kebal dengan perlakuan mereka terhadapku atau terhadap disabled .....
Aku sih tidak peduli tentang tabiat mereka, tetapi aku menandai mereka bahwa orang2 seperti itu akan sangat bermasalah dengan cara mereka sebagai manusia untuk saling peduli, saling menghormati, saling membantu apalagi saling mengasihi .....
Memang, di Penang tidak semua orang seperti itu. Yang bekerja di hotel, tentu akan membantu karena bisnis mereka adalah hospitality, melayani. Driver taxi online, Sebagian mau membantu dan Sebagian lagi terang2an  tidak mau membantu.
So?
Jika demikisn, apakah aku jera dan tidak mau kesana lagi? Tentu saja, tidak! Jika masalah tentang "tidak mau membantu", aku tidak akan jera, karena aku adalah seorang yang mandiri sekali, walau memang tetapo membutuhkan bantuan, karena kerebatasanku. Apalagi, di Penang ada sahabatku, keluarga Leong Khong Ming. Dan, mereka justru adalah keluargaku disana .....
Tapi, jika alas an yang berbeda, misalnya tentang kota yang tidak ramah disabilitas sama sekali, tentu saja aku akan berpikir ulang jika aku berencana lagi terbang ke Penang ......
Lalu,Â
Urusan rahang dan gigiku?
Urusan mereka yang tidak mau membantuku?
Biarkajn saja, itu urusan mereka dengan Tuhan! Jika yang sederhana saja untuk membantuku membuka tutup botol jus buahku saja mereka tidak mau membantu, bagaimana jika Tuhan memberikan tugas yang lebih berat untuk mereka mengerjakannya?
Biarkan saja, biarkan mereka berpekara dengan Tuhan saja .....
Aku?
Aku tidak akan fokus dengan masalah2ku,
Aku hanya akan focus dengan solusi, apa dan bagaimana solusi itu, aku akanj terus berpikir keras, sampai solusi itu aku dapatkan ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H