Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mampukah Jakarta Mengikuti Kepedulian Singapore untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas?"

4 Agustus 2022   14:11 Diperbarui: 4 Agustus 2022   14:17 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Dokumentasi pribadi

SkyTerrace@Dawson, apartemen pemerintah dengan fasilitas2 yang "ramah disabilitas"

Bicara tentang disabilitas, pasti setiap Negara mempunyai kepedulian dengan mereka, karena pada saatnya, semua oang akan menjadi seorang disabilitas karena usia. Disabilitas bukan sekedar seseorang yang cacat, tetap juga orang2 lansia disebut disabilitas karena mereka sudah tidak mampu melakukan hal2 yang dahulu mereka bisa lakukan.

Bulan Juli 2022 lalu, aku ke Singapore untuk benar2 mempelajari konsep2 Singapore tentang disabilitas serta berbagai fasilitas yang dibangun negera tersebut bagi disabilitas. Aku survey untuk mendapatkan yang terbaik, yang mungkin bisa diadaptasikan untuk disabiliras Indonesia.

Apa yang dianggap sebagai disabilitas di Singapore?

Definisi disabilitas sangat bervariasi antar negara. Menurut Enabling Masterplan Singapore, penyandang disabilitas  adalah mereka yang prospeknya untuk mengamankan, mempertahankan tempat dan maju dalam lembaga pendidikan dan pelatihan, pekerjaan dan rekreasi sebagai anggota masyarakat yang setara secara substansial berkurang sebagai akibat dari cacat fisik, sensorik dan intelektual sebagai serta autisme.

Sebagai lembaga terdepan dan fokus untuk disabilitas di Singapore, SG Enable meningkatkan kesadaran tentang masalah disabilitas dan memfasilitasi aksesibilitas dan layanan disabilitas. Ini menyatukan mitra untuk berbagi pengetahuan, berkolaborasi dan berinovasi, berjuang menuju tujuan bersama untuk membangun Singapore yang inklusif dan memungkinkan kehidupan. Didirikan oleh Kementerian Sosial dan Pembangunan Keluarga pada tahun 2013.

Kementerian Pendidikan juga mengawasi dukungan bagi siswa dengan kesulitan belajar atau kebutuhan pendidikan khusus, sedangkan Kementerian Kesehatan mengawasi dukungan terkait kesehatan mental.

Menurut statistik pemerintah Singapore, di antara penduduk penyandang disabilitas dalam usia kerja 15 hingga 64 tahun pada tahun 2020 dan 2021, rata-rata 30,1% bekerja, 3,8% tidak memiliki pekerjaan dan aktif mencari pekerjaan, dan 66,2% sisanya bekerja. di luar angkatan kerja, dengan sebagian besar dari mereka menyebutkan kesehatan yang buruk atau kecacatan sebagai alasan utama.

Sumber : SG Enable -- Disability in Singapore

Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (UNCRPD) adalah konvensi yang komprehensif untuk melindungi dan memastikan kesejahteraan penuh dan setara atas semua hak asasi manusia dan kebebasan dasar untuk semua penyandang disabilitas dan untuk menghormati martabat yang meleat pada mereka.

Dan, Singapore menyetujui Konvensi ini, pada 18 Juli 2013 lalu.

Singapore sekarang dengan disabilitas

Building and Construction Authority of Singapore (BCA) telah meninjau dan memperkuat Kode Aksesibilitas di Lingkungan Buatan 2013, dan sekarang sudah tahun 2019, dimana kode ini hanya berlaku setelah tahun 2013. Sehingga, tidak ada UU Singapore yang memastikan bangunan2 tua disana dapat diakses disabilitas.

Contoh,

Ketika aku ke National Museum Singapore dan National Gallery Singapore, dimana bangunan2 tua peninggalan jaman Inggris dan Portugis, aku merasakan sendiri bagaimana di beberapa titik dalam banguan tersebut, butuh banyuan untuk aku bisa memasukinya.

Masuk ke dalam ruang2 pameran itu, melewat pintu swing yang tinggi dan besar, shingga untuk aku sebagai pengguna kursi roda ajaibku ini, memang butuh bantuan, kecuali jika aku berdiri dan membuka pintu sendiri. Itupun, cukup berat karena dimensinya yang standard jaman itu.

Pemerintah Singapore juga memberikan dukungan dana kepada perusahaan untuk membuat tempat kerja dan bangunan mereka lebih mudah diakses oleh penyandang disabilitas. Mereka memberikan subsidi dan merenovasi untuk aksesibilitas di Singapore untuk disabilitas bisa bekerja.

Lalu, Singapore memiliki 4 bahasa nasional, adalah Cina, Tamil, Inggris dan Melayu. Dan mereka banyak yang tidak yakin, bagaimana mereka berinteraksi dengan penyandang disabilitas, karena etika dalam situasi seperti itu memang tidak jelas. Semuanya memang harus punya passion, untuk bisa saling mengerti.

Diperkirakan lebih dari 110.000 warga Singapore memiliki beberapa bentuk kecacatan, sekitar 3% dari warganya tinggal di sana. Untuk individu di atas 50 tahun, sekitar 13,3% dianggap cacat.

Singapore tidak/belum memiliki UU anti-diskriminasi khusus dan LSM percaya bahwa perusahaan akan terus memiliki praktik dan sikap diskriminatif terhadap penyandang disabilitas sampai mereka mengadopsi UU tersebut.

Sumber : www.disabilityin.org

Singapore mempunyai beberapa program untuk membantu disabilitas Singapore, salah satunya adalah SG Enable -- Disability Employment tetapi Hanya Warga Negara Singapura dan Penduduk Permanen. Disabilitas yang didukung oleh SG Enable untuk layanan dewasa adalah: gangguan spektrum autisme, disabilitas intelektual, disabilitas fisik, gangguan pendengaran, dan gangguan penglihatan.

Enabling Employers Network (EEN) adalah aliansi pemberi kerja penyandang disabilitas yang berpikiran sama yang memperjuangkan dan memajukan peluang kerja bagi penyandang disabilitas. Anggota EEN secara kolektif mempekerjakan sekitar 200 penyandang disabilitas. Program ini adalah hibah yang di dukung pemerintah untuk bekerja.

Asosiasi Penyandang Disabilitas (DPA) adalah organisasi nonprofit lintas disabilitas, resmi terdaftar di Singapura pada 28 April 1986.

***

Walaupun Singapore juga masih dalam taraf membangun yang terus lebih baik untuk masalah2 disabilitas, tetapi negeri itu cepat sekali menumbuhkan kepeduliannya.

Walaupun Singapore masih ada beberapa yang belum menjadi 100% negeri yang ramah disabilitas, tetapi negeri itu pun terus menambahkan caranya untuk lebih baik. Dan dalam referensi2 yang aku baca, Singapore menetapkan di tahun 2030 akan terus maju dalam kesetaraan. Dan aku sudah merasakan, bagaimana Singapore sangat mampu aku merasa aman dan nyaman untuk berkegiatan disana, sendirian ....

Konsep tentang kehidupan disabilitas di Singapore, memang terlihat jauh lebih baik dengan negaga kita, Indonesia. Untuk Indonesia, kita ambil contoh adalah Jakarta sebagai ibukota dan sebuah kota yang mengalami perkembangan yang jauh siknifikan dibandingkan kota2 lain di Indonesia, termasuk Bali.

Secara sepintas, Jakarta terlihat sebagai kota masa depan yang memanjakan penduduknya dengagn berbagai fasilitas, kemudahan dan kelengkapan untuk kshidupan sehari2. Tetapi, untukku sebagai end-user warga kota dan disabilitas pemakai kursi roda, aku melihatnya Jakarta adalah kota yang sama sekali tidak ramah disabiliras, KECUALI hanya di daerah protocol saja. Itupun, Cuma sebagian saja .....

Ruang public perkotaan di Jakaarta memang terlihat modrn dan memiliki teknologi canggih, pada kenyataannya aku tidak melihatnya demikian ......

Secara umum, jika aku ditanya,

"Christie, maukah kamu dibantu sekali untuk hidup di Jakarta?"

Pasti, aku tidak mau! Karena pada dasarnya, kami sebagai disabilitas harus bisa mandiri, karena tidak aka nada dan siapaun itu sebagai manusia, bisa membantuku sampai aku pulang ke Rumah Bapa. Karena, manusia tidak sempurna, sehingga aku dan sebagian disabilitas berkata, bahwa kami ingin MANDIRI.

Dimana, Jakarta benar2 belum bisa kami mandiri, dengan berbagai contoh yang "apa adanya", dalam jenis2 fasilitas disabilitas di Jakarta.

Keberadaan disabiliras Singapore, jauh lebih beruntung dibandingkan dengan keberadaan disabilitas di Indonesia, dalam hal semuanya. Beruntung, aku memiliki pekerjaan dan apa yang aku butuhkan, bisa terjadi. Sehingga, ketika aku berpikir dan melihat "kebawah", aku sadar bahwa aku benar2 berusaha untuk berjuang demi disabilitas Indonesia .....

Mampukah aku membawa konsep2 fasilitas disabilitas Singapore, dan kumodifikasi untuk membangun "Indonesia Inklusi" dengan modifikasi2 tertentu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun