Ada sebuah konsep, demikian :
Bahwa, "ramah disabilitas" itu, bukan hanya di 1 titik saja yang sering terjadi di Jakarta, tetapi semua aera yang berlanjut yang tidak terhalang untuk menghubungkan semua elemen dan ruang. Tidak boleh ada tangga, tidak boleh ada pintu2 kecil dan pintu putar, tidak boleh ada escalator dan sebagainya.
Bahwa disebut "ramah disabilitas" adalah tanpa habatan dalam menyusuri sepanjang perjalanan bagi disabilitas dan prioritas. Mungkinkah? YA! Sangat dimungkinkan, sepanjang kita tahu bagaimana kita bisa dan mau melakukannya!
Aksesibilitas pada sebuah pedestrian yang menyusuri bagian dalam transportasi sebuah kota, itu harus bisa diakses oleh semua orang tanpa terkecuali! Bahwa, ukuran dan dimensi pedestrian, minimal adalah 1,5 meter sampai 1,8 meter. Konsepnya adalah,
Kursi roda selebar 80 cm + jika ada care-givernya, untuk mendorong kursi roda.
Space untuk sirkulasi dan maneuver kursi roda selebar 20 cm.
Space untuk orang yang berhadapan berjalan antara 50 cm sampai 60 cm.
Ini benar2 mepet, sehingga ditambahkan sekitar 30 cm lagi untuk lrbih aman dan nyaman. Total menjadi 180 cm atau 1,8 meter.Â
Dan itu yang diterapkan oleh Singapore. Dengan pedestriannya yang panjang menyusuri perkotaan tanpa jeda, aku bisa menjalankannya dengan kursi rodaku berkeliling kota tanpa jeda dan tanpa bantuanPedestrian Singapore, permukaannya mulus tanpa ada yang rusak apalagi rusak berat! Semuanya mulus ... lus ... lus ...
Setiap pedestrian, pasti selalu ada perbedaan ketinggian antara jalan aspal untuk kendaraan bermotor, dengan pedestrian itu sendiri. Walaupun ketinggiannya tidak tinggi sekitar 5 cm saja, harus dibangun ramp dengan standard seperti foto diatas, dari pertauran Singapore.