Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tanpa Persiapan, Dinner Romantis Itu Menyuguhkan Lembaran Baru Sisi Hidupku

8 Juni 2022   11:19 Diperbarui: 8 Juni 2022   11:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Latar belakang kami duduk sambil menikmasti masakan2 Chef Yudi, yang memang khusus untuk memasak untuk tamu2nya, yang sudah reservasi .....

Sore itu, sore yang teramat indah, kami berada di sebuah surga Buleleng, tepatnya ada di Desa Tejakula. Ditengsh2 kehidupan Dapur Bali Mula, dengan pelukan seseorang yang sangat peduli aku dalam keterbatasanku, aku sungguh2 berada di "surga" .....

Suasana Dapur Bali Mula, benar2 menghanyurkan. Dengan berbagai bangunan kayu untuk ruang2 makan yang ditata sedemiian dengan meja dan kursi kayu, seakan aku masuk di alam tradisional yang mampu menyihir hati dan pikiranku.

Dokumentasi googlemap
Dokumentasi googlemap

Dokumentasi googlemap
Dokumentasi googlemap

Suasana asri hijau Bali, mengelilingi Dapur Bali Mula. Untuk masuk kesana pun, kami harus 1x memutar balik karena jalan masuknya tidak terlihat. Lalu, kami masih kearah Desa Tejakula, dan diujungnya adalah pintu masuk Dapir Bali Mula.

Bangunan2 Dapur Bali Mula, terbentuk seperti sebuah kompleks keluarga, dimana Chef Yudi, hidup bersama keuarganya di lingkungan tersebut. Dinagian depannya untuk restoran, berundak2 keatas dengan bangunan2 terbuka seperti gazebo untuk makan tamu2 yang datang.

Sangat menghanyutkan bagi orang2 yang peka atas sebuah "rasa" yang hakiki sebagai manusia, khususnya aku .....

***

Mungkin, masing2 orang berbeda. Tetapi, untukku suasana disana dengan gemerisik air di kolan serta angin sepoi membuat daun2 mengayun tenang, serta pelukan seorang sahabat yang membawaku ke rumah kayu terbesar dimana ada sebuah meja kayu utuh dengan panjang sekitar 3 meter, membuat pikiranku melayang2 tidak tentu arah ......

Dok detik.com
Dok detik.com

Meja panjang sekitar 3 meter, terbuat dari batang kayu asli dan utuh, yang diiris dengan ketebalan sekitar 20 cm, (sepertinya) untuk meja makan utama disana, dan meja inilah tempat kami menyantap makan malam kami .....

 

Aku jatuh cinta dengan semuanya! Termasuk, dengan sahabatku sendiri!

Aku dipersilahkan duduk di salah satu kirsi dengan latar belakang aesoris2 dapur tradisional, dan aku bisa memandang ke drpan dengan berbagai aktifitas nya, dan bisa melihat orang2 yang mungkin akan datang, dari pintu masuk.

Pandanganku berputar2, mengamati yang nanti akan kutanyakan beberapa diantaranya. Dari rumah kayu terbesar yang aku berada saat itu, ternyata rumah2 kayu disini cukup banyak. Bahkan, sds yang harus kita datangi dengan menaiki tangga. Rumah2 kayu yang memang dibangun untuk tempat makan, seperti saung itu ada beberapa diatas.

Sebenarnya, aku ingin kesana, tetapi karena aku memang kelaparan dan aku enggan meninggalkan suasana romantic sore ini di sisi sahabatku, aku hanya bisa tetap melihat2 dari pandangan mata saja dan merekam kejadian disana untuk segera aku tuliskan dalam artikel2ku .....

Karena memang Dapur Bali Mula ini merupakan sebuah restoran tradisional Bali yang unik, yang tidak menyediakan menu masakanya, yang hanya menyediakan tamu2nya masakan yang dimasak sendiri oleh Chef Yudi, tanpa tamu tahu, "hari ini beliau masak apa?"

Akhirnya, ya kami hanya menunggu apa yang terjadi dan suguhan apa yang akan dikeluarkan untuk kami, yang memang sudah kelaparan, karena kami berdua masing2 belum makan sejak pagi hari, hahahaha ......

Dalam menunggu, kami pun mengobrol dan aku sempat ke toilet dimana tempatnya sangat susah untuk aku datangi karena memang konsepnya adalah tradisional, sehingga aku harus berpegangan tangan erat2 dengan sahabatku, jika aku tidak mau terpeleset dan jatuh!

Tetapi, justru berpegangagn tangan kami, dimana aku benar2 ketakutan terpeleset, memberikan sensasi tersendiri. Dengan tiupan angin sepoi serta bau tanah basah yang sepertinya memang habis hujan, serta kepeduliannya sebagai seorang sahabat, sangat berbeda ketika apa yang dia lakukan untukku saat2 di Jakarta.

Setelah kami balik ke meja kami, masakan2 sudah datang, ditata khas Dapur Bali Mula. Bau masakanya tercium dengan jelas, dan tatapan mataku tertuju pada makanan yang terlihat sangat unik, karena aku tidak membayangkan seperti apa saja masakan2 khas Bali ini ......

Aku duduk disebelah sahabatku. Sama2 tersenyum karena kami memang sama2 lapar berat!

Aku mengambil tempat nasi dan mennyendokkan nasi cukup banak ke piring sahabataku, karena dia membutuhkan tenaga baru untuk nanti kembali pulang ke Kuta sekitar 3,5 jam lagi. Dan, yang aku tahu sejak lama, dia makannya terlalu sedikit dibanding tubuhnya yang kekar dan besar, dan dibandingkan dengan tubuhku yang kecil.

Aku pun mengambil nasi untukku sendiri, berdoa atas apa yang Tuhan sudah sediakan untuk kami, lalu kami mulai makan .....

Sambil ngobrol santai dengan sahabatku, kami makan dengan lahp, bahkan aku lupa untuk berfoto bersama sahabatku dan dengan makanan2 itu, huhuhu .... Aku menyesal .....

Sesekali, Chef Yudi datang ke tempat kami makan dan bertanya,"Makanannya, enak ga?"

Dan, beliau mempersilahkan kami untuk menghabiskan makanannya, sebelum beliau mengundang kami untuk mencicipi arak2 diatas 40%, buatannya! Dan, aku baru tersadar, guci2 di latar belakang kam duduk adalah berisi arak2 buatan Chef Yudi .....

***

Suasana disana pun berubah semakin romatis, ketika matahari sudah tenggelam dan alam semakin gelap. Lampu2 disekeliling kami berubah lebih berkualitas dengan gelapnya malam. Sinar lampu yang semuanya adalah kuning romantic, memberikan dampak hatiku semakin mellow disana.

Dok kumparan.com
Dok kumparan.com

Begitu malam tiba dan langit hitam, lampu2 yang memancarkan sinar kuning, mulai bercahaya, dan "memaksa" hatiku untuk lebih focus dengan keromantisan2 yang satu demi satu diperlihatkan alam disana .....

 

Rencana kami makan siang disana karena telat mendapatkan mobil sewaan dan beberapa kali berputar arah karena kebablasan, akhirnya makan siang kami berubah menjadi makan malam yng romantic.

Tanpa lilin dan tanpa lagi2 romatis, tanpa baju cantik dan tanpa rencana yng tersusun dengan apik, kami menikmati makan malam yang sungguh romatis dengan temaramnya lampu2 bersinar kuning yang hangat .....

Hatiku diliputi suasana romantic dan kebahagiaan. Sebuah dilemma, dimana sahabatku ini sebenarnya benar2 seorang sahabat yang selalu membantuku dalam kepeduliannya untuk terus memberikan semangat besar untuk keterbatasanku.

Tetapi, disisi lainnya aku benar2 jatuh cinta kepada sahabatku ini, walau mungkin hanya sekedar "saat ini saja", karena suasana Bali yang sungguh begitu hidup dan menghidupi hatiku untuk berbuat seromantis mungkin, walau aku sudah berumur. Romatis tidak dilihat dari jumpah uur, kan? Hahahaha ......

Cukup lama kami makan bersama, selain kami lapar dn seakan kami akan menghabiskan semuanya, kami pun sambil makan sambil ngobrol berdua saja. Membahas tentang makanana2 yang luar biasa enaknya, dan membahas apa rencana kami setelah ini.

Satu persatu, makanan2 itu kami habiskan, bahkan terkahir2, kami mengundi, siapa yang menghabiskan, dan berbagi 2 makanan yang tingal sedikit yang harus kami habiskan. Suasana semakin ceria, ketika masing2 dari kami benar2 sudah kekenyangan dan menyisakan beberapa potong ikan. Duh ......

Segera nya, waiters menyuguhkan desset unik dengan cara yang juga unik. Makanan2 yang dpersiapkan untuk kami ini, akan segera aku tuliskan karena memang sangat unik, di artikel selanjutnya.

Suasana malam dengan bunyi2an hutan malam, suara cengkerik syahdu bersaut2an, memberikan rasa damai di hatiku, ditambah keberadaan sahabatku yang membuat aku semakin mellow malam itu .....

Setelah menyelesaikan makanan penutup, kami kekengnan bahkan merasa bedah, hahaha. Dan, mulailah Chef Yudi mendatangi meja kami untuk mengobrol. Beberapa tamu2 sudah datang, sudah reservasi. Ada yang rombongan denan membawa beberapa teman bule mereka, ada sepasang uami istri, yang semuanya sudah tahu begaimana sistim Dapur Bali Mula ini bergerak, bertumbuh, berkembang dan terus bertahan .....

Sebuah sisi romantismeku, di sebuah Restoran untuk makan malam bersama sahabatku. Memberikan inspirasi bagiku, sehingga bisa melakukan hal2 yang membahagiakan, minimal untukku sendiri dan pastinya bagi lingkaran kehidupanku ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun