Tetapi, justru berpegangagn tangan kami, dimana aku benar2 ketakutan terpeleset, memberikan sensasi tersendiri. Dengan tiupan angin sepoi serta bau tanah basah yang sepertinya memang habis hujan, serta kepeduliannya sebagai seorang sahabat, sangat berbeda ketika apa yang dia lakukan untukku saat2 di Jakarta.
Setelah kami balik ke meja kami, masakan2 sudah datang, ditata khas Dapur Bali Mula. Bau masakanya tercium dengan jelas, dan tatapan mataku tertuju pada makanan yang terlihat sangat unik, karena aku tidak membayangkan seperti apa saja masakan2 khas Bali ini ......
Aku duduk disebelah sahabatku. Sama2 tersenyum karena kami memang sama2 lapar berat!
Aku mengambil tempat nasi dan mennyendokkan nasi cukup banak ke piring sahabataku, karena dia membutuhkan tenaga baru untuk nanti kembali pulang ke Kuta sekitar 3,5 jam lagi. Dan, yang aku tahu sejak lama, dia makannya terlalu sedikit dibanding tubuhnya yang kekar dan besar, dan dibandingkan dengan tubuhku yang kecil.
Aku pun mengambil nasi untukku sendiri, berdoa atas apa yang Tuhan sudah sediakan untuk kami, lalu kami mulai makan .....
Sambil ngobrol santai dengan sahabatku, kami makan dengan lahp, bahkan aku lupa untuk berfoto bersama sahabatku dan dengan makanan2 itu, huhuhu .... Aku menyesal .....
Sesekali, Chef Yudi datang ke tempat kami makan dan bertanya,"Makanannya, enak ga?"
Dan, beliau mempersilahkan kami untuk menghabiskan makanannya, sebelum beliau mengundang kami untuk mencicipi arak2 diatas 40%, buatannya! Dan, aku baru tersadar, guci2 di latar belakang kam duduk adalah berisi arak2 buatan Chef Yudi .....
***
Suasana disana pun berubah semakin romatis, ketika matahari sudah tenggelam dan alam semakin gelap. Lampu2 disekeliling kami berubah lebih berkualitas dengan gelapnya malam. Sinar lampu yang semuanya adalah kuning romantic, memberikan dampak hatiku semakin mellow disana.