Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konsep Ruang Publik di Tengah Pencakar Langit Jalur Protokol Jakarta

28 Juni 2021   14:04 Diperbarui: 28 Juni 2021   14:40 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.newworldeconomuc.com | Foto kedua : Mungkin, konsep seperti ini bisa dibangun di beberapa titik pedestrian Jakarta, untuk memanfaatkan tempat mejadi lebih cantik .....

Walau aku yakin, bahwa peraturan2 membangun di Jakarta sudah dipenuhi oleh mereka, tetapi pada dasarnya, antara gedung2 tersebut, hanya memberikan sedikit lahan untuk mereka jadikan penyerapan, dalam bentuk taman.

Bahkan, ketika antara gedung2 pencakar langit, jaraknya sangat dekat, sehingga jika kita berada dalam 1 gedung untuk bekerja, kita bsa melihat orang lain di gedung sebelahnya. Dan, aku sudah merasakan hal seperti itu.

 

Dokumentasi pribadi | Foto pertama : Aku dengan latar belakangku, 4 bangunan pencakar langit, masing2 dipagari, dan tidak punya ruang public bersama
Dokumentasi pribadi | Foto pertama : Aku dengan latar belakangku, 4 bangunan pencakar langit, masing2 dipagari, dan tidak punya ruang public bersama
www.scmp.com | Foto kedua: Antara bangunan pencakar langit, mempunyai ruang public bersama dan di desain untuk beristirahat di jam2 makan siang.Akan banyak manfaat dibanding hanya dipagasi saja, dan ruang2 ini hanya menjadi "taman yang terbengkalai" ......
www.scmp.com | Foto kedua: Antara bangunan pencakar langit, mempunyai ruang public bersama dan di desain untuk beristirahat di jam2 makan siang.Akan banyak manfaat dibanding hanya dipagasi saja, dan ruang2 ini hanya menjadi "taman yang terbengkalai" ......
***

Baiklah .....

Aku tidak akan membahas hal tersebut. Yan ku mau bahas sebenarnya adalah, sebuah taman di area perkantoran, yang menhasilkan ruang public untuk karyawan2 perkantoran tersebut untuk sekedar beristirahat di jam2 makan.

Lebay?

Mungkin!

Tetapi, ketika bicara tentang Jakarta yang maunya selalu mengadopsi hal2 yang dianggap baik di negeri lain (tetapi mungkin tidak cukup baik di Jakarta, seperti "pelican crossing"), mengapa Jakarta tidak mengadopsi konsep yang memang baik dari negeri2 lain?

Tidak sportif, jika (contohnya) JPO dirobohkan dan dijadikan "pelican crossing", tetapi tidak mau sedikit mengembangkan tempat atau taman untuk bisa sebagai ruang public, bertemu dengan teman2 atau orang2 baru dari kantor lainnya, di jam2 istirahat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun