By Christie Damayanti
Sepanjang pedestrian di jalur protocol Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin yang ku lalui dengan kursi roda ajaibku beberapa waktu lalu, memang mngasyikkan untuk disurvey dan di riset kecil2an.
Pedestriannya lebar, luas serta permukaannya rata, sepanjang kita hanya melewati di jalur utama. Karena, bergitu aku berbelok sedikit saja, fasilitas nyaman serta ramah, berbalik 180 derajat!
Oklah ...
Aku sudah menuliskan itu di beberapa waktu lalu, dalam beberapa artikel2ku. Bagi pejalan kaki sebagai warga kota yang bekerja, mungkin berjalan kaki adalah untuk menuju tempat bekerja.
Misalnya, mereka yang tinggal di pinggian kota Jakaarta, dan bekerja di area protocol Jalan Thamrin atau Jalan Sudirman. Berangkat pagi, naik kereta commuter di 1 titik, disambung dengan naik MRT atau Bus TransJakarta.
Setelah itu, mereka berjalan kaki menuju gedung tempat mereka bekerja. Mereka akan berjalan tergesa2 sampai kantor atau pulangnya, mereka pun akan berjalan tergesa2 untuk mencapai titik penjemputan di halte TransJakarta atau Stasiun MRT, dan selanjutnya menuju rumahnya, di pinggiran kota Jakarta.
Tetapi, jika jam makan siang, mungkin mereka akan berjalan agak santai menuju tempat mereka makan, yang biasanya berjarak tidak terlalu jauh dengan gedung perkantoran mereka.
Mereka akan mencari suasana baru, setelah sejak jam 8.00 pagi sampai jam 12.00 siang, sibuk dengagn pekerjaaan mereka. Sehingga, suasana suntuk yang melanda mereka, akan menjadi lebih begairah di jam2 makan, sambil berjalan santai mencari tempat makan.
Di Jakarta sendiri, belum terbentuk konsep "jam makan bagi pegawai kantoran, di taman sekitar kantor", karena Jakarta memang sudah padat dengan gedung2 pencakar langit dan tidak mau menyediakan fasilitas2 taman, yang juga berfungsi untuk penyerapan kota.
Kebutuhan ruang kerja di Jakaarta, menjadikan gedung2 perkantoran lebih memilih untuk mendesain ruang perkantoran mereka, fully dengan permukaan beton2. Padahal, masing2 gedung bertanggung jawab dan berkewajiban untuk memberikan lahan sebagian mereka untuk lahan penyerapan.
Walau aku yakin, bahwa peraturan2 membangun di Jakarta sudah dipenuhi oleh mereka, tetapi pada dasarnya, antara gedung2 tersebut, hanya memberikan sedikit lahan untuk mereka jadikan penyerapan, dalam bentuk taman.
Bahkan, ketika antara gedung2 pencakar langit, jaraknya sangat dekat, sehingga jika kita berada dalam 1 gedung untuk bekerja, kita bsa melihat orang lain di gedung sebelahnya. Dan, aku sudah merasakan hal seperti itu.
Â
Baiklah .....
Aku tidak akan membahas hal tersebut. Yan ku mau bahas sebenarnya adalah, sebuah taman di area perkantoran, yang menhasilkan ruang public untuk karyawan2 perkantoran tersebut untuk sekedar beristirahat di jam2 makan.
Lebay?
Mungkin!
Tetapi, ketika bicara tentang Jakarta yang maunya selalu mengadopsi hal2 yang dianggap baik di negeri lain (tetapi mungkin tidak cukup baik di Jakarta, seperti "pelican crossing"), mengapa Jakarta tidak mengadopsi konsep yang memang baik dari negeri2 lain?
Tidak sportif, jika (contohnya) JPO dirobohkan dan dijadikan "pelican crossing", tetapi tidak mau sedikit mengembangkan tempat atau taman untuk bisa sebagai ruang public, bertemu dengan teman2 atau orang2 baru dari kantor lainnya, di jam2 istirahat.
Â
Ya, mungkin benar.
Mereka bersyukur bahwa mereka bisa bekerja di perkantoran di jalan protol. Tetapi, berapa banyak karyawan yang benar2 bahagia dan menikmati kenyaman tempat mereka bekerja?
Tingkat stress para karyawan itu akan lebih membubug, ketika mereka tidak punya tempat beristirahat yang nyaman, tanpa harus melihat pekerjaan kantor di jam2 istiraha.
Aku, sebagai karyawan senior yang bekeja di sebuah perusahaan besar Indonesia, pun merasakan hal tersebut. Dan, tidak heran jika karyawan2 senior seumur aku, pun mersakan hal yang sama.
Aku sudah bekerja sekitar 30 tahun sebagai arsitek senior, dan aku merasakan kejenuhan jika selalu berada di ruang kantor terus menerus, apalagi di jam2 istirahat.
Di banyak Negara, di area perkantoran pasti ada beberapa ruang ublik seperti taman untuk beristirahat. Mereka banyak membawa makanan dari ruang atau membeli sandwich di lapak dekat dari kantor, dan mereka makan di taman .....
Ruang public ini, selain berfungsi sebagai tempat ber istirahat bagi karyawan dalam 1 area, juga berfungsi sebagai lahan penyerapan dan taman untuk estetika kota. Mereka beristirahat dan makan disana, bukan di restoran atau di mall.
Memang, tetap ada karyawan yang makan di restoran2 atau di mall, tetapi sebagian besar mereka makan siang di taman2 yang ada di sekeliling perkantoran mereka.
Desain perkotaan itu memang harus komprehensif.
Jika warga kota butuh tempat tinggal, hrus punya fasilitas kehidupan seperti pasar, toko, sekolah, kesehatan dan lainnya. Jika warga kota butuh pekerjaan, harus ada fasilitas2 untuk beristirahat, makan, minumam dan ruang2 kerja serta meeting.
Desain2 komprehensif itulah, yang belum dilakuka di Indonesia, khususnya di Jakarta. Ketika zooning bisnis seperti jalur protocol Jalan Sudirman -- Thamrin ini, yang 99% adalah area perkantoran, apakah Jakarta memikirkan tempat2 untuk mereka beristirahat?
Tidak!
Jakarta hanya berpikir bahwa karyawan2 di jalur protocol dengan gedung2 perkantoran mewah, adalah karyawan2 yang mampu beristirahat di restoran atau di mall mewah seperti Plaza Indonesia atau Grand Indonesia,
Dan Jakarta belum memikirkan tempat2 yang Nyman untuk beristirahat sebagai ruang public umum seperti taman2 di beberapa titik jalur protocol ini.
Pada akhirnya, karyawan2 menengah kebawah di jalur protocol  ini akan beristirahat hanya di ruang kantor mereka sendiri, yang semakin lama akan semakin mereka merasa stress.
Atau, mereka akan berjalan2 di luar kantor mencari warung2 kecil di gang2 kecil di area perkantoran mereka, yang sering kali justru membuat mereka susah untuk beristirahat, karena ketidak-nyamanan aera tersebut.
Solusinya bagaimana"
Bangunlah tempat yang nyaman untuk beristirahat, salah satunya taman yang juga berfungsi sebagai lahan enyerapan.
Bukan hanya pemerintah saja yang harus membangun ini, tetapi sipemilik bangunan pun bisa melakukanya. Misalnya, lahan terbuka di area GSB, bisa dimanfaatkan menjadi taman untuk beristirahat.
Jangan hanya menjadi taman yang hanya untuk hiasan saja. Taman untuk beristirahat dan nyaman itu pun, bisa koq di desain dengan cantik, dengan pemeliharaan yang baik.
Pemerintah pun bisa membangun lahan penyerapan di beberapa titik di pedestrian sepanjang jalur protocol Jalan Sudirman -- Thamrin.
Contoh yang sudah dilakukan pemilik gedung, seperti Gedung Sampoerna (Manulife), di ujung hook jalan Casablanca dan jalan Sudirman. Tempat ngopi yang cantik, bisa untuk beristirahat jam makan suiang.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H