Ternyata, setelah wajahku diamati, pak Seman tersenyum dan mengangkat jempolnya, dengan berkata,
"Good!"
Lalu, beranjak ke kaki kananku. Pak Seman mengtuk2 kaki kananku dari paha sampai telapak kaki kanan dengan pertanyaan2 yang sama, dan sepertinya beliau puas dengan hasilnya.
Aku tetap diminta berbaring dan beliau duduk di sebelah kananku, sambih mengajak ngobrol. Bertana2 walau aku yakin beliau sudah tahu keadaanku. Yang pasti beliau hanya ingin mengetes bagaimana fungsi2 otakku dalam menjawab pertanyaan2.
Dan walau aku menjawab dengan bahasa alien, sepeti kata anak2ku, beliau sambil tertawa terus bertanya2.
Untukku sendiri, aku baru merasakan puna kesempatan besar untuk berinteraksi spontan tetapi intensif. Beliau bertanya, dan aku menjawab. Bukan sekedar menjawab pertanyaan2 basa-basi saja, tetapi aku merasa bisa "memakai" otakku lagi!
Selama setelah aku terserang stroke, pertanyaan2 semua orang yang menjengukku adalah sekedar basa-basi saja,
"Halo Christie, bagaimana keadaanmu?"
"Christie, tanganmu ga bisa dipakai, ya? Kakimu juga?"
"Christie, coba berberak, bisa ga?"
Pertanyaan2 seperti itu, yang sering dilontarkan kepadaku, yang aku jawab dengan mengeleng atau mengangguk kepalau saja, tanpa aku harus berpikir untuk menjawabnya.