Miss Randy pun sangat telaten mengajariku.
Membetulkan lafalku, yang tentu tidak mudah. Karena otak kiriku memang sudah cacat, dan seperti yang aku tuliskan pada chapter2 sebelumnya, bahwa otak kiri lebih menekankan tentang logika dan akademika.
Dengan cacat otak kiriku, tidak heran jika aku benar2 susah untuk bisa pulih secara akademika, salah satunya belajar.
Tetapi, sejak dahulu pun, sebagai seseorang yang perfeksionist, aku benar2 tidak pernah menyerah. Tidak pernah!
Mulai ketika anakku yang kecil, Michelle yang divonis tidak bisa berbicaa diusia 4 bulan, aku tidak menyerah dengan akhirnya aku keluar dari pelerjaanku dan aku menterapinya dengan caraku, didampingi oleh dokter2nya.
Selama 4 tahun, air mata dan biaya yang tidak sedikit, aku benar2 berusaha dan mendampingi Michelle untuk bisa mendengra, dan akhirnya, waktu Tuhan datang. Michelee sembuh secara mengejurkan setelah 4 tahun dari vonisnya .....
Begitu juga, ketika setelah Michelle sembuh aku divonis adanya tumor yang menjadi kanker ganas di rahimku. Dimana 2 bulan sebelumnya, 2 orang sahabatku meninggal karena kanker rahimnya.
Aku tidak menyerah, ketika dokter meminta aku untuk mengangkat rahimku, yang akhirnya aku tetap hidup dan Tuhan menyembuhkanku sampai sekarang.
Aku juga tidak pernah menyerah ketika dokter pun hampir memvonis aku tidak bisa berjalan dengan sempurna, ketika kaki kiriku patah, ketika aku jatuh dari tangga proyrk, dan kaki kiriku terpuntir sedemikian, setelah aku terpelanting dan kepalaku hampir mengenai paku yang tertancap di balok kayu!
SAmpai aku bekerja sambil duduk diatas kursi roda selama 6 bulan, lalu 6 bulan kemudia aku bsa berjalan dibantu oleh kruk dari ketiakku, sampai akhirnya aku sembuh kembali.