"Mba, kamu itu cerewet sekali. Maunya kamu semua. Kamu menganggap semua salah. Kadang, kamu tidak mau mendengarkan kata2 orang lain, apalagi waktu bapak ibi atau boss mu memaksa istirahat, kamu tidak pernah mau. Kamu memang hebat. Kamu perfeksionis. Dan memang sudah ada hasilnya"
"Tetapi, mba, sekarang kamu dipaksa untuk diam oleh Tuhan. Kamu hanya bisa melihat, mendengar saja and berdoa saja".Â
"Kamu harus bisa berdiam diri dahulu. Supaya kamu bisa mencerna, betapa Tuhan mau kamu dengar2an dari sekelilingmu yang mencintai kamu ....."
Aku selalu tersenyum jika mereka berkata seperti itu. Mungkin juga mereka pikir aku tidak mengerti kata2 mereka, karena jawabannya hanya senyum saja. Jadi, mereka mengulang2 ....
Miss Randy memberikan selembar kertas dan memberikan sebuah pinsil
Dia meminta aku menuliskan namaku sendiri.
Aku tercenung ....
"Namaku? Hmmmm, Chrisie. Trus, bagaimana aku menuliskannya? Hmmmm, hmmmmm ...... aku bingung ....."
Aku menggenggam pinsil itu, bukan mencoba menulis. Tangan kiriku menggenggam, dan berusaha ujung pinsil itu berada di atas kertas! Kucoret2 untuk menuliskan namaku. Bagimana bisa? Susah sekali.
Aku menggenggam pensil itu, seperti anak2 batita yang mencoba2 seperti ibunya. Aku benar2 seperti seorang anak batita! Ya, aku hanya seorang perempuan yang seperti anak batita!