Adikku dan keluarganya pun, demikian. Mereka datang mendekat kepadaku, memelukku dan berceloteh seakan2 aku baik2 saja.
Walau aku pun yakin, mereka juga teramat galau dalam ketidakpastian, karna aku, kakak mereka, tetrserang stroke berat, yang berakibat kemungkinan besar benar2 aku hanya mampu berbaringn saja ......
Hari itu, sepertinya masih pagi. Bubur makan pagi ku belum kusentuh. Bukan karena aku memang tidak lapar saja, tetapi aku pun tidak berminat untuk makan.
Walau asupan tubuhku sudah diatur oleh mesin2 dengan cairan2 infus itu, rumah sakit itupun tetap menyediakan makanan untukku. Sepertnya, selain merupakan makanan tambahan untukku, mungkin juga untuk alat terapiku. Terapi untuk belajar makan dan minum .....
Tidak lama kemudian, ibu masuk lagi dengan bubur panas, dan beliau mulai menyendok sedikit untuk aku.
Aku mulai bergidig! Agak trauma karena kemarin aku kesakitan luar biasa setelah menelan air dan eskrim itu.
Aku mengernyitkan keningku, dan malas untuk mencoba. Tetapi, bapak membujukku,
"Yanti, coba makan ya. Supaya tubuhmu semakin kuat. Seteah kamu sehat, kamu pasti ingin pulang kan? Bagaimana mau pulang jika kmu belum sehat?"
Aku tersenyum ke bapak, dan beliau memelukku.
Aku merasa tenang. Aku merasa nyaman.