"Sedare Dolorem Oppus Divinum Est"
"Meringankan Penderitaan adalah Karya Illahi"
Sejak rumah sakit ini berdiri, yang dahulu disebut Rumah Sakit Ratu Emma, oleh seorang misionaris Belanda Adriana Josina de Graaf, memang terlihat bahwa rumah sakit ini memang melayani masyarakat pribumi, tanpa membeda2kan.
De Graaf benar2 melayani dengan penuh kasih, sampai berkembanglah rumah sakit ini hingga sekarang. Dimana akhirnya dikelola oleh Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia. Artinya, konsep pelayanan rumah sakit ini berdasarkan iman Krisiani, sebuah KASIH dari Tuhan Yesus ......
Jelas, ya .....
Tetapi, ketika rumah sakit ini, yang dikelola oleh Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia ini, dianggap "kalah bersaing" Â dengan rumah-sakit2 modern sekarang ini, akhirnya merupakan permasalahan2 yang lebih melihat "siapa yang dilayani!"
Rumah sakit modern, jelas dengan kemodernannya, pastinya membutuhkan modal materi yang sangat besar. Karena, kata "modern" pasti identik dengan "mahal!"
Artinya, jika rumah sakit modern yang mahal ini, pasti konsumennya adalah orang2 kaya. Minimal, masyarakat yang mampu!
Padahal, pelayanan sebuah rumah sakit bukan bertumpu dengan kemodernan saja, dengan peralatan yang super canggih, tetapi juga bertumpu kepada pelayanan dokter, suster dan berbagai petugas2 rumah sakit.
Untukku sendiri,
Ketika aku harus ke rumah sakit bukan Cikini karena seuatu, aku merasakan pelayanan yang kurang "manusiawi", sebagai dokter dan suster. Dokter, banyak yang hanya berbicara sekedarnya, dan susah untuk meluangkan waktu menjawab pertanyaan2ku tentang masalahku.