Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Bangunan [Besar] diantara Bangunan Lama, Sadarkah Kita?

28 November 2020   14:04 Diperbarui: 28 November 2020   15:01 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Bangunan baru yang sangat dekat (bahkan mepet) dengan bangunan lama ......

Dalam artikelku sebelumnya tentang kenyaman dan kemanan yang menggganggu Rumah Sakit PGI Cikini ini, membuat aku berpikir banyak.

Mungkin, aku tidak bisa berbuat apa2 karena siapakah, aku? Hanya seorang warga Negara biasa, yang tidak punya pengaruh apa2 untuk membantu apa yang aku yakini adalah benar, untuk sesma.

Tetapi, aku bisa berjuang dengan caraku sendiri, untuk mendapatkan apa yang aku perjuangkan untuk masyarakat. Bahwa, konsep sebuah rumah sakit ini, dimana aku pun merasakan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit historical, rumah sakit taman dengan pelayanan kasih, serta untukku rumah sakit ini adalah "rumah kedua" ku ......

Aku Cuma seorang end-user rumah sakit ini, dan aku juha seorang arsitek, dimana aku bisa memberikan pandangan2 secara arsitektural dan secara humanis serta secara konseptual perkotaan. Bahwa, hubungan antara fasilitas2 publik perkotaan itu bukan hanya antara fungsi2nya saja, tetapi lebih jauh lagi.

Ada konsep tentang sejarahnya, tentang konstruksinya atau kekuatan tanah untuk saling menunjang. Atau juga konsep lingkungan serta konsep masa depannya .....

Sekarang, mari kita bicara tentang sebuah media tempat bangunan2 itu berdiri.

Tanah. Ya, tanah.

Bangunan2 itu berdiri diatas lahan tanah. Kita tahu, bahwa jenis2 tanah itu bermacam2. Ada tanah liat, ada tanah lempung, bahkan ada tanah berpasir. Aku busa seorang ahli pertanahan dan aku juga bukan seorang ahli konstruksi sipil, yang cukup banyak mempelajari  masalah kekuatan tanah.

Aku hanya berpikir, bahwa pada kenyataannya masalah kekuatan tanah itu merupakan salah satu yang harus dipelajari dan harus dipikirkan secara cukup mendalam. Karena, jika kita hanya berpikir bahwa "tanah adalah sama saja", tentu bangunan yang dibangun di atas tanah yang tidak baik, akan meruntuhkan bangunan itu sendiri, pada akhirnya.

Sekali lagi, aku bukan seorang yang mengerti tentang kekuatan tanah untuk konstruksi. Tetapi, kita bisa mencari tahu bahwasanya kekuatan tanah itu sangat penting untuk membangun.

Realitasnya, kekuatan tanah di Jakarta tidak sama di masing2 daerah.

Misalnya,

Di daerah Jakarta Utara, kebanyakan tanah2 utara Jakarta adalah tanah reklamasi, diurug utuk menambah luas lahan Jakarta. Sehingga, ada cara2 khusus untuk membangun diatas tanah reklamasi, untuk tidak cepat "turun" karena sebagai tanah urug.

Atau daerah pesisir atau sepanjang sungai, tanahnya mungkin berpasir dan mudah abrasi untuk pesisir. Atau juga sepanjang aliran sungai yang mudah sekali terbawa banjir jika dibangun bangunan.

Lain lagi di selatan Jakaarta, apalagi di kaki gunung, dimana mungkin tanah itu cukup liat sehingga untuk mendirikan bangunan disana tidak perlu pondasi2 rapat untuk menstabilkan tanah itu.

Banyak sekali spesifikasi2 tanah yang harus dipikirkan sebelum membangu. Apalagi jika untuk membangun ditengah2 bangunan2 yang sudah ada! Bukan hanya masalah kekuatan tanahnya saja, yang bisa meruntuhkan dan membuat penurunan tanah pada tanah2 di lingkungannya, tetapi juga lebih dalam lagi.

Jika kita membangun di tengah2 bangunan2 yang sudah ada, apalagi bangunan2 sejarah dan cagar budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, itu akan semakin membuat pergerakan tanah karena pemancangan2 yang ada. Apalagi, jika si pembangun memancang secara membabi buta!

Dan, itulah realitasnya! Itulah kenyataannya di Jakarta!

Salah seorang teman jaman kuliah, yang dia mengambil jurusan sipil, dan sekarang dia menjadi salah satu ahli konstruksi di Indonesia, pastinya dia tahu dan sangat mengerti tentang kekuatan tanah Jakarta.

Suatu saat aku menemuinya untuk berdiskusi tentang ini.  Bagaimana krkuatan2 tanah di Jakart, khususnya di area Rumah Sakit PGI Cikini. Dimana ketika 3 tower tinggi apartemen raksasa yang dibangun dengan lokasi sangat dekat dengan rumah sakit ini.

Secara konseptual, dan secara pemikiranku sebagai seorang arsitek dan bukan seorang ahli sipil dan mengerti tentang kukatan tanah, aku berpikir bahwa karena dekatnya lokasi pembangunan apartemen dan rumah sakit ini lah yang mengakibatkan VIP Anggrek itu lah yang menjadikan dinding2 bangunannya retak2 dan adanya penurunan tanah.

Dan itu membuat VIP Anggrek sempat ditutup sekitar 1 tahun serta tidak bisa menerima pasien. Tentu saja mebuat rumah sakit secara material, cukup dirugikan, dan masyarkat sebagai end-user pun sangat dirugikan karena berkurangannya ruang2 perawatannya.

Itu adalah dasar pemikiranku. Krena jarak bebas lah yang membuat retak2 dan penurunan tanah di area VIP Anggrek, karena pembangunan apartemen besar disebelahnya.

Tetapi, ternyata tidak demikian!

Menurut temanku, ternyata bukan karena dekatnya lokasi pembangunan tetapi setiap pembangunan2 bangunan baru diantara bangunan2 lama, apalagi jika bangunan itu tinggi dan mempunyai basement.

Konsepnya adalah demikian:

Dokumentasi pribadi | Corat coret temanku untuk menjelaskan tentang konsep bagaimana konstruksi (pondasi) membyat bangunan2 disekitarnya "tertarik" dan tanahnya bergeser.
Dokumentasi pribadi | Corat coret temanku untuk menjelaskan tentang konsep bagaimana konstruksi (pondasi) membyat bangunan2 disekitarnya "tertarik" dan tanahnya bergeser.
Gambar diatas adalah "cerita" temanku. Ketika pemanangn terjadi, apalagi membangun basement, tentu harus ada batang panjang untuk menahan tanah. Dimana, anjang batang itu dihitung sedemikian untuk menahan basement, untuk tidak ambruk.

Jika bangunan itu berdiri bebas, artinya tidak ada bangunan2 lama disekelilingnya, tentu tidak menjadi masalah. Tetapi, jika ada bangunan2 lama disekitarnya, tentu akan menajdi masalah!

Batang panjang yang melintng didalam tanah itu akan mengganggu bangunan2 di atasnya. Akan ada rekasi, tentu saja. Bangunan2 disekeilingnya akan bergeser, miring2, tanahnya bergerak yang membuat bangunan2 itu retak2 dindingnya!

Dan, itu terjadi di semua area pembangunan diantara bangunan2 lama. Apalagi jika jarak bebasnya sangat dekat!!!

Itu yang terjadi pada VIP Anggrek Rumah Sakit PGI Cikini dengan maalah retak2 bangunan dan penurunan tanahnya ......

Apalagi, rumah sakit ini merupakan cagar budaya yang bangunan2 disekitarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menjadikan area rumah sakit itu lebih rentan dibanding dengan bangunan2 modern! Karena bangunan2 lama, tentu saja material serta kekuatan konstruksinya serta pemikiran2nya masih jauh dari sempurna ......

Catatan :

Masalah penurunan tanah dan pergerakan tanah mengakibatkan retak2 bangunan lama, bukan hanya terjadi disini saja, melainkan banyak terjadi dimana2. Dan, itu sangat membahayakan bangunan2 lama. Yang tidak sadar tentang kemungkinan2 bangunan2 lama yang akan rubuh ......

***

Ya, walau aku tetap tidak mengerti tentang ini secara detail, tetapi konseptualnya aku sangat mengerti. Bahwa, apapin dan dimanapun bangunan2 yang akan dibangun, tetap bermasalah jika dibangun di antara bangunan2 lama.

Karena jika secara kasat mata yang kita lihat, bangunan2 itu baik2 saja dengan jarak bebas yang dekat, atau bangunan2 lamanya pun baik2 saja, tidak demikian terliat "di dalam" nya. Kita tidak akan bisa melihat apa yang ada di dalam tanah. Apalagi, kita tidak bisa melihat pergerakan2 apa yang terjadi di dalam tanah!

Pergerakan tanah sangat mungkin terjadi secara alami dalam pergerakan bumi. Apalagi, jika manusia menempatkan diri sebagai "yangnmaha tahu", dan merasa semuanya baik2 saja dengan kecanggihan pengalamanan dan kecanggihan peralatan2 yang diciptakannya sendiri.

Bahwa pada realitasnya adalah, manusia adalah media yang membuat bumi ini berubah. Bisa menjadi lebih baik, atau juga bisa lebih buruk.

Kita yang bisa tahu, bagaimana "passion" kita dalam membangun dunia .....

Sebelumnya :

Ketika 'Rumah Raden Saleh', Merupakan Awal dari Semuanya .....

Bagaimana Rumah Raden Saleh "Bekerja" untuk Melayani Masyarakat Sejak Abad Ke-17

Kemegahan Rumah Raden Saleh, Siapa yang Tidak 'Ternganga?'

Bangunan-Bangunan Hindia Belanda Seputar Rumah Raden Saleh, Cikini

Seberapa Besar Kepedulian Rumah Sakit ini Tentang Sejarahnya?

Ditengah Pepohonan Hijau, Segar dan Nyaman, Pasien ada Cepat Pulih .....

Benarkah "Jarak Bebas" antara Apartemen Puluhan Lantai dengan Rumah Sakit ini?

Arsitekrur Jaman Hindia Belanda, Berlatar Belakang Bangunan Modern Raksasa yang "Mengganggu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun