Misalnya,
Di daerah Jakarta Utara, kebanyakan tanah2 utara Jakarta adalah tanah reklamasi, diurug utuk menambah luas lahan Jakarta. Sehingga, ada cara2 khusus untuk membangun diatas tanah reklamasi, untuk tidak cepat "turun" karena sebagai tanah urug.
Atau daerah pesisir atau sepanjang sungai, tanahnya mungkin berpasir dan mudah abrasi untuk pesisir. Atau juga sepanjang aliran sungai yang mudah sekali terbawa banjir jika dibangun bangunan.
Lain lagi di selatan Jakaarta, apalagi di kaki gunung, dimana mungkin tanah itu cukup liat sehingga untuk mendirikan bangunan disana tidak perlu pondasi2 rapat untuk menstabilkan tanah itu.
Banyak sekali spesifikasi2 tanah yang harus dipikirkan sebelum membangu. Apalagi jika untuk membangun ditengah2 bangunan2 yang sudah ada! Bukan hanya masalah kekuatan tanahnya saja, yang bisa meruntuhkan dan membuat penurunan tanah pada tanah2 di lingkungannya, tetapi juga lebih dalam lagi.
Jika kita membangun di tengah2 bangunan2 yang sudah ada, apalagi bangunan2 sejarah dan cagar budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu, itu akan semakin membuat pergerakan tanah karena pemancangan2 yang ada. Apalagi, jika si pembangun memancang secara membabi buta!
Dan, itulah realitasnya! Itulah kenyataannya di Jakarta!
Salah seorang teman jaman kuliah, yang dia mengambil jurusan sipil, dan sekarang dia menjadi salah satu ahli konstruksi di Indonesia, pastinya dia tahu dan sangat mengerti tentang kekuatan tanah Jakarta.
Suatu saat aku menemuinya untuk berdiskusi tentang ini. Â Bagaimana krkuatan2 tanah di Jakart, khususnya di area Rumah Sakit PGI Cikini. Dimana ketika 3 tower tinggi apartemen raksasa yang dibangun dengan lokasi sangat dekat dengan rumah sakit ini.
Secara konseptual, dan secara pemikiranku sebagai seorang arsitek dan bukan seorang ahli sipil dan mengerti tentang kukatan tanah, aku berpikir bahwa karena dekatnya lokasi pembangunan apartemen dan rumah sakit ini lah yang mengakibatkan VIP Anggrek itu lah yang menjadikan dinding2 bangunannya retak2 dan adanya penurunan tanah.
Dan itu membuat VIP Anggrek sempat ditutup sekitar 1 tahun serta tidak bisa menerima pasien. Tentu saja mebuat rumah sakit secara material, cukup dirugikan, dan masyarkat sebagai end-user pun sangat dirugikan karena berkurangannya ruang2 perawatannya.