"Namanya juga, istana tua", begitu pikirku waktu itu.
Kusen pintu dan jenelanya, terbuat dari kayu bercat, entah kayu apa namanya, dan ketebalannya pun bukan ketebalan kusen pintu dan jendela biasa.
Tetapi saat itu, sebagai anak yang baru duduk di SMP aku belum tahu, fungsi dan konsep apa yang membuat istana tua itu menjadi tempat yang menarik sekali untukku!
Bapak bercerita, bahwa karena ini rumah bangsawan pada saat itu tahun 1880-an, material2 utamanya adalah materisal2 kelas 1. Kayu jati, dinding bata setebal "1 bata" (sekotar 20 cm), tinggi pintu dan jendela diatas 3 meter, serta berbagai material2 top pada jamannya.
Tetapi, ketika itu aku hanya melihat material2 tua, walau lama kelamaan aku semakin tertarik untuk mencari tahu dan mempelajarinya.
Dan, ini adalah salah satu titik tolak hidupku, untuk menjadi seorang arsitek, seperti yang bapak inginkan ......
Bapak terus mengajakku ke banyak bangunan2 di Jakarta, yang semakin membat aku excited. Termasuk RS PGI Cikini, dimana merupakan bagian dari rumah bangsawan Raden Saleh. Bapak pun terus bercerita tentang rumah sakit ini, berjalan2 di area taman besar dengan pepohonan tua yang mempesonaku.
Bapak pun terus bercerita, tentang bangunan2 tua sekeliling rumah Raden Saleh, terutama Bangsal G tempat aku dilahirkan tahun 1969, Bangsal H dan Bangsal L.
Bangunan2 itu, asih asli sampai sekarang, dan menjadi bagian dari ruang perawatan di RS PGI Cikini.
Materialnya pun sebagian bersar masih asli, bahkan di Bangsal L, keramik lantainya masih asli dengan keramik bergambar cantik, mewah di eranya.
Aku semakin tertarik dengan cerita bapak. Rumah Raden Saleh, mejadi salah satu kebanggaanku, bahwa ini merupakan bagian dari rumah sakit, yang dikelola oleh Persatuan Gereja2 Indonesia (PGI), dimana