Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Rumah Raden Saleh Merupakan Awal dari Semuanya

9 November 2020   10:45 Diperbarui: 9 November 2020   10:50 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber : Wikipedia

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku tahu bahwa rumah Raden Saleh itu, sekarang menjadi bagia dari Rumah Sakit PGI Cikini, ketka pertama kali bapak ku mengajak aku jalan2 kesana untuk menjenguk ibuku saat itu sedang dirawat disana, operasi lututnya, sekitar pertengahan tahun 1975. Saat itu, aku masih TK.

Rumah Raden Saleh saat itu, sungguh megah. Terlihat dari kejauhan, di area taman besarnya, dengagn pohon2 Beringin yang sudah tua, serta banguanan2 RS PGI Cikini, yang saat itu semuanya masih merupakan bagian2 dari rumah Raden Saleh.

Fungsi2 rumah2 tambahan sekitar rumah Raden Saleh itu sendiri, pasti merupakan rumah2 karyawana2 serta fungsi2 servis, karena Raden Saleh sendiri merupakan salah satu bangsawan di eranya.

Aku terkagum2, ketika bapak bercerita tentang rumah Raden Sahen itu, secara sederhana, bagi anak umur TK. Dan, semakin kagum lagi, ketika beberapa tahun kemudian, aku duduk di bangku SMP, bapak membawaku untuk memasuki rumah tua tersebut ......

Saat itu, sebagai seorang anak SMP yang mengikuti bapak yang saat itu sering kesana, masuk rumah Raden Saleh sepertimasuk ke sebuah istana tua!

***

Langkahku terbata, ketika pertama kali aku memasuki "istana" tua itu. Bapak menggandengku, setapak demi setapak bapak bercerita sederhana, mengulang2 cerita bapak sebelumnya, tentang rumah rua ini. Istana tua, aku menyebutnya.

Kami naik ke plaza utama istana ini, sampai ke atas, aku melihat keramik tua, jiga berwarna tua kehitaman. Ditengah2nya adalah tiang bendera.

Berjalan memasuki bagian dalamnya, kami harus turun beberapa anak tangga lagi, dan naik lagi, untuk masuk ke gerbang utamanya. Dengan dinding2 bercat putih, serta kusen2 pintu dan jendella besar dan tinggi, bukan sebesar kusen pintu dan jendela rumah2 biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun