Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Rumah Raden Saleh Merupakan Awal dari Semuanya

9 November 2020   10:45 Diperbarui: 9 November 2020   10:50 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : bataviadigital.perpusnas.go.id. Istana tua cantik, rumah bangsawa Raden Saleh, di Cikini Jakaarta

By Christie Damayanti

Raden Saleh Sjarif Boestaman (1811 -- 1880) adalah pelukis Indonesia ber-etnis Jawa-Arab yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda). 

Lukisannya merupakan perpaduan aliran Romantisme, yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis.

Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa.

"Disini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula", ujarnya di sebuah surat.

Saleh membangun sebuah rumah di sekitar Cikini  yang didasarkan Istana Calenberg, dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman.

Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, Taman Ismail Marzuki dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.

Sumber : www.wikiwand.com
Sumber : www.wikiwand.com
Sumber : www.wikiwand.com
Sumber : www.wikiwand.com
Istana cantik rumah Raden Saleh (tahun 1860-an) yang mewah di eranya, dengan taman luas, benar2 membuat aku terkagum2, sebagai seorang anak TK, sekitar tahun 1975 .....

Rumah Sakit PGI Cikini (RS Cikini) adalah rumah sakit swasta yang tidak bertujuan untuk meraih keuntungan finansial (not-for-profit), berlokasi di Jalan Raden Saleh Nomor 40, Cikini, Jakarta Pusat, seluas 5,6Ha di tempat bersejarah yang sebelumnya merupakan rumah pelukis kenamaan Raden Saleh

Sumber : www.pgi.or.id. Rumah Raden Saleh, bagian dari RS PGI Cikini
Sumber : www.pgi.or.id. Rumah Raden Saleh, bagian dari RS PGI Cikini
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Kraton Yogyakara bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia menyewa sebuah rumah dekat Kebun Raya Bogor,  yang berpemandangan Gunung Salak.

Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.

Sumber : Wikipedia

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku tahu bahwa rumah Raden Saleh itu, sekarang menjadi bagia dari Rumah Sakit PGI Cikini, ketka pertama kali bapak ku mengajak aku jalan2 kesana untuk menjenguk ibuku saat itu sedang dirawat disana, operasi lututnya, sekitar pertengahan tahun 1975. Saat itu, aku masih TK.

Rumah Raden Saleh saat itu, sungguh megah. Terlihat dari kejauhan, di area taman besarnya, dengagn pohon2 Beringin yang sudah tua, serta banguanan2 RS PGI Cikini, yang saat itu semuanya masih merupakan bagian2 dari rumah Raden Saleh.

Fungsi2 rumah2 tambahan sekitar rumah Raden Saleh itu sendiri, pasti merupakan rumah2 karyawana2 serta fungsi2 servis, karena Raden Saleh sendiri merupakan salah satu bangsawan di eranya.

Aku terkagum2, ketika bapak bercerita tentang rumah Raden Sahen itu, secara sederhana, bagi anak umur TK. Dan, semakin kagum lagi, ketika beberapa tahun kemudian, aku duduk di bangku SMP, bapak membawaku untuk memasuki rumah tua tersebut ......

Saat itu, sebagai seorang anak SMP yang mengikuti bapak yang saat itu sering kesana, masuk rumah Raden Saleh sepertimasuk ke sebuah istana tua!

***

Langkahku terbata, ketika pertama kali aku memasuki "istana" tua itu. Bapak menggandengku, setapak demi setapak bapak bercerita sederhana, mengulang2 cerita bapak sebelumnya, tentang rumah rua ini. Istana tua, aku menyebutnya.

Kami naik ke plaza utama istana ini, sampai ke atas, aku melihat keramik tua, jiga berwarna tua kehitaman. Ditengah2nya adalah tiang bendera.

Berjalan memasuki bagian dalamnya, kami harus turun beberapa anak tangga lagi, dan naik lagi, untuk masuk ke gerbang utamanya. Dengan dinding2 bercat putih, serta kusen2 pintu dan jendella besar dan tinggi, bukan sebesar kusen pintu dan jendela rumah2 biasa.

"Namanya juga, istana tua", begitu pikirku waktu itu.

Kusen pintu dan jenelanya, terbuat dari kayu bercat, entah kayu apa namanya, dan ketebalannya pun bukan ketebalan kusen pintu dan jendela biasa.

Tetapi saat itu, sebagai anak yang baru duduk di SMP aku belum tahu, fungsi dan konsep apa yang membuat istana tua itu menjadi tempat yang menarik sekali untukku!

Bapak bercerita, bahwa karena ini rumah bangsawan pada saat itu tahun 1880-an, material2 utamanya adalah materisal2 kelas 1. Kayu jati, dinding bata setebal "1 bata" (sekotar 20 cm), tinggi pintu dan jendela diatas 3 meter, serta berbagai material2 top pada jamannya.

Tetapi, ketika itu aku hanya melihat material2 tua, walau lama kelamaan aku semakin tertarik untuk mencari tahu dan mempelajarinya.

Dan, ini adalah salah satu titik tolak hidupku, untuk menjadi seorang arsitek, seperti yang bapak inginkan ......

Bapak terus mengajakku ke banyak bangunan2 di Jakarta, yang semakin membat aku excited. Termasuk RS PGI Cikini, dimana merupakan bagian dari rumah bangsawan Raden Saleh. Bapak pun terus bercerita tentang rumah sakit ini, berjalan2 di area taman besar dengan pepohonan tua yang mempesonaku.

Bapak pun terus bercerita, tentang bangunan2 tua sekeliling rumah Raden Saleh, terutama Bangsal G tempat aku dilahirkan tahun 1969, Bangsal H dan Bangsal L.

Bangunan2 itu, asih asli sampai sekarang, dan menjadi bagian dari ruang perawatan di RS PGI Cikini.

Materialnya pun sebagian bersar masih asli, bahkan di Bangsal L, keramik lantainya masih asli dengan keramik bergambar cantik, mewah di eranya.

Aku semakin tertarik dengan cerita bapak. Rumah Raden Saleh, mejadi salah satu kebanggaanku, bahwa ini merupakan bagian dari rumah sakit, yang dikelola oleh Persatuan Gereja2 Indonesia (PGI), dimana

Aku dan kedua adikku dilahirkan disini, dan menjadi rumah sakit tempat kami berobat, sampai saatnya Tuhan meminta bapak menjadi bagian dari rumah sakit ini, dan aku diminta untuk melayani lewat desain dan renovasi2 untuk memberikan nilai2 tambah sebagai cagar budaya Jakarta ......

Ini adlah awal darikebahagiaan dan permasalahan2 yang ada, tentang rumah atau istana tua Raden Saleh, serta pelayanan2 sebagai rumah sakit, yang berbiri lebih dari 100 tahun lalu ......

Sumber : www.mutualart.com
Sumber : www.mutualart.com
Bagaimana kah istana tua cantik ini, tetap eksis sebagai bagian dari sejarah Jakarta dan dunia, serta merupakan catatan seni dunia, dan tidak tergoyahkan?

Dari TK dan semakin dewasa sejak aku diperkenalkan dengan "istana tua" (begitu aku menyebutnya dulu), aku semakin sadar tentang sebuah inspiraai dan catatatn sjarah besar dunia, yang membuat Jakarta merupakan salah satu kota dunia, yang mempunyai peninggalan2 cgar budaya, salah satunya adalah rumah Raden Saleh ini .....

Bersambung .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun