By Christie Damayanti
Semua orang pasti tahu, apa itu kounitas. Dan, mungkin sebagian besar orang mempuyai atau berada dalam beberapa komunitas. Baik komunitas social. Komunitas hobi bahkan komunitas keluarga.
Menurutku sendiri, sebuah komunias adalah kumpulan orang2 yang mempunyai tujuan dan misi yang sama, untuk menghasilkan karya bersama. Dan, untuk membangun sebuah komunitas, harus mempunyai kesabaran dan kasih yang nyata.
Membangun komunitas, tidak semudah membangun rumah pribadi. Jika membangun rumah pribadi, kita hanya bertumpu untuk kebutuhan kita sendiri dengan material2 yang kita pilih sendiri, yang disesuaikan dengan bugget sendiri.
Sedangakan untuk membangun sebuah komunias, itu akan berhubungan dengan banyak manusia. Walaupun semua mempunyai tujuan dan misi yang sama, masing2 dari mereka tetap mempunyai pikiran dan sifat2 yang berbeda satu sama lain. Yang akhirnya harus ada yang menjembataninya.
Komunitas2 yang ada, pada saat2 tertentu bisa saja bubar, ketika tujuan dan misi mereka melebar, sehingga bisa saja komunitas2 itu bubar, ketika mereka hanya mementingkan egoism mereka semata.
Jadi, menurutku membangun sebuah komunitas, walau tidak sebesar perusahaan, tetapi mengurus komunitas hampir sama dengan mengurus sebuah "Negara", dengan berbagai masalah serta orang2 yang mempunyai tabiatnya masing2 .....
***
Tahun 2013,aku membangun dari awal, sebuah komunitas pasca stroke, ketika semakin banyak teman2 pasca stroke menghimpun diri setelah aku berbicara banyak hal di Program Weekend Spirit RPK 96.3 FM. Aku memang buan seorang yang mampu nyak bicara saat itu, karena serangan stroke,, yang membuat bicaraku sering terbata2.
Tetapi, misi yang kuemban dari Tuhan adalah berbicara tentang keyataan yang luar biasa, ketika aku terserang stroke berat, tahun 2010 di San Francisco.
Perlahan, dalam 6 bulan aku sebagai nara sumber utama di Program Weekend Spirit RPK 96.3 FM ini, banyak psca stroke yang ingin berkumpul untuk saling mendukung dan menginspirasi.
Bulan Februari 2013 aku pertama kami berbicara di Weekend Spirit, dan bulan Juni 2013, ada seorang bapak berumur awal 70 tahun yang terserang stroke, dan sangat terpuruk memanggilku datang ke rumah beliau.
Berbagai cerita dari beberapa teman baru pasca stroke, akhirnya aku memberanikan diriku untuk membangun "Komunitas Pasca Stroke", untuk saling berbagi, saling membantu dan saling menginspitasi.
Dalam pembenukkan komunitas ini, sambil berjalan aku mendapat banyak teman2 baru pasca stroke. Pak Didin, seorang pasca stroke lansia, yang menjadi anggota tertua, dan menjadi semangat dan mandiri setelah kami beberapa kali bertemu.
Bahkan pak Didin menjadi motivaror di gereja beliu, untuk menebarkan semangat bagi lingkngannya.
Adam mas Aji, seorang anak muda pasca stroke yang tersreang stroke pada waktu umur 19 tahun, and masih duduk di bangku kuliah. Yang akhirnya, dia sempat terpuruk beberapa saat, sebelum mulai bangkit dan mandiri.
Perlahan tapi pasti, komunitas pasca stroke yang aku bentuk ini, semakin banyak anggotanya, yang aku bentuk lewat fan-page Facebook. Sehingga, lama kelamaan komunitas yang berembang dengan cukup pesat ini, melebarkan sayapnya dengan menambahkan konsep2 disabilitas sebagai bagian dari warga komunitas pasca stroke.
Komunitas itu, menjadi lebih besar, dengan kunamakan,
"Komunitas Insan Pasca Stroke @ Disabled : Berkarya dalam Keterbatasan"
Kami berkumpul seiap periodic beberapa bulan dan biasanya mereka datang ke rumahku di Tebet. Yang kami lakukan tentu hanya bercada, bercerita, menginspirasi, serta membangun kemandirian. Ya, begitulan mulanya .....
Kemandirian ini yang akhirnya menjadi tiang pokok tujuan komunitas ini. Berkali2, walau bukan dalam pertemuan atau yang kita sebut "gathering" di rumahku, kami bisa saja bertemu dimanapun, untuk sekedar berdiskusi dan memberikan aliran semangat untuk pertumbuhan komunitas.
Teman2 non pasca stroke yang berada di komunitas itu pun, sering aku ajak siaran bersama. Ada seorang teman penulis di Kompasiana juga, mba Lilih Wilda, saat itu dia baru melahirkan tetapi anak perempuannya tidak bisa melihat karena tidak mempunyai bola mata .....
Catatan:
Sekarang, mba Lilih Wilda mnjadi ketua orang tua murid tuna netra, karena dia semakin tegar dan kuat untuk membesarkan dede Anin dan mampu memotivasi teman2nya yang juga mempunyai anak tuna netra ......
Komunitas ini semakin besar dan Tuhan memampukan kami semua untuk saling mendukung. Bukan sekedar dalam komunitas saja, tetapi juga lebih intens lagi, dengan saling berkomunitas lewat BBM (dulu) atau SMS.
Teman2 dalam komunitas ini, semakin semangat sehingga mereka semua semakiin mandiri. Dan, waktu pun terus berjalan. Kesibukan terus melanda sampai pada akhirnya komunitas ini dengan anggota2 awalnya, agak vacuum.
Aku terus membangun dengan endaoatkan banyak anggota2 baru, teman2 disabilitas. Dan, semakin berkembang sampai aku mampu menyelenggarakan 6x even "Disability Awareness", yang aku lakukan di Central Park dan di beberapa yayasan .....
Semakin kesini, komunitas dalam fan-page Facebook ini berganti rupa dengan berbagai cara. Mungkin, secara fisik dalam fan-page ini, kurang berkembang. Karena, untuk berdiskusi disini agak sulit dengan harus masuk ke Facebook dulu.
Tetapi, justru anggota2 dalam komunitas ini terus berkembang. Â Masing2 pun mempunyai komunitas2 yang berbeda. Itu berarti bahwa komunitas ini semakin berkembang .....
Aku akan tuliskan banyak hal tentang anggota2 dalam komunitas ini, dalam bab2 berikutnya......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H