Kemandirian ini yang akhirnya menjadi tiang pokok tujuan komunitas ini. Berkali2, walau bukan dalam pertemuan atau yang kita sebut "gathering" di rumahku, kami bisa saja bertemu dimanapun, untuk sekedar berdiskusi dan memberikan aliran semangat untuk pertumbuhan komunitas.
Teman2 non pasca stroke yang berada di komunitas itu pun, sering aku ajak siaran bersama. Ada seorang teman penulis di Kompasiana juga, mba Lilih Wilda, saat itu dia baru melahirkan tetapi anak perempuannya tidak bisa melihat karena tidak mempunyai bola mata .....
Catatan:
Sekarang, mba Lilih Wilda mnjadi ketua orang tua murid tuna netra, karena dia semakin tegar dan kuat untuk membesarkan dede Anin dan mampu memotivasi teman2nya yang juga mempunyai anak tuna netra ......
Komunitas ini semakin besar dan Tuhan memampukan kami semua untuk saling mendukung. Bukan sekedar dalam komunitas saja, tetapi juga lebih intens lagi, dengan saling berkomunitas lewat BBM (dulu) atau SMS.
Teman2 dalam komunitas ini, semakin semangat sehingga mereka semua semakiin mandiri. Dan, waktu pun terus berjalan. Kesibukan terus melanda sampai pada akhirnya komunitas ini dengan anggota2 awalnya, agak vacuum.
Aku terus membangun dengan endaoatkan banyak anggota2 baru, teman2 disabilitas. Dan, semakin berkembang sampai aku mampu menyelenggarakan 6x even "Disability Awareness", yang aku lakukan di Central Park dan di beberapa yayasan .....
Semakin kesini, komunitas dalam fan-page Facebook ini berganti rupa dengan berbagai cara. Mungkin, secara fisik dalam fan-page ini, kurang berkembang. Karena, untuk berdiskusi disini agak sulit dengan harus masuk ke Facebook dulu.