Dan, kesemuanya itu akan menjadikan rumah kita yang awalnya sederhana, berkembang menjadi rumah mewah. Kesemuanya mempunyai resiko yang mengikutinya. Berbiaya mahal .....
Desain2 rumah yang besar dan semakin bombastis, bahkan ada rumah yang seperti mall saking besarnya, juga fasilitas2 yang sangat mewah, menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih egois.
Sering tidak mengindahkan aturan2 untuk membangunnya, keegoisan manusia bertumpuk, menjadikan konsep arsitektural sebuah tempat tinggal semakin egosentris tanpa kepedulian.
Jika sebuah rumah tinggal sederhana, tidak mempunyai tangga karena akan menjadikan cost nya semakin tinggi, tidak demikian dengan sebuah rumah tinggal mewah.
Tangga berundak, fasilitas2 mewah kolam renang atau tempat fitness keluarga, membuat akhirnya tidak semua orang bisa masuk kedalamnya.
Benar2 tidak bisa masuk, karena lingkungan yang tidak biasanya. Tangga tinggi untuk masuk, misalnya.
Jika mereka mempunyai orang tua yang sudah berumur, mereka tidak mampu untuk memasuki rumah mewah itu. Dan, jika orang tua itu sudah menggunakan alat bantu seperti tongkat, walker atau kursi roda, berarti mereka lebih tidak mampu lagi untuk memasuki rumah mewah tersebut .....
Sebuah rumah ber-arsitektur humanis dan berorientasi "ramah disabilitas"
Papa adalah seorang sinsinyur sipil, dan tahun 1972 beliau mendesain rumah kami sekarang ini, dengan pemikirn yang luar biasa.
Beliau almarhum sudah sadar karena sebuah rumah harus sesuai dengan fungsinya, dan bisa dimasuki oleh semua orang. Konsepnya jelas. Ruang2 besar tanpa penyekat dan tanpa tangga2 berundak, kecuali untuk naik ke lantai atas.
Permukaan rumah benar2 rata dari permukaan jalan, kecuali sekedar perbedaan peil sekitar 2 cm dari permukaan jalan utama, untuk memberikan ruang yang brebeda dengan ruang public.