Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lolos dari Badai Krosa, Aku Menumpang Shinkansen yang Berbeda

27 Maret 2020   18:47 Diperbarui: 27 Maret 2020   19:00 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi | Shinkansen yang akan mmbawaku ke Tokyo, sudah siap sambil menunggu badai reda. Hujan sudah sedikit berkurang, angin pun semakin berkurang

Sebelumnya:

Terjebak Badai Krosa, Tuhan Yesus Datang Menolongku sebagai Seorang "Hiyoko"

Ceritaku di tengah-tengah Badai Krosa, belum selesai sewaktu di Nara. Selama aku digiring oleh Hiyoko dari Stasiun Nara ke stasiun lokal untuk naik kereta lokal, menuju Stasiun Kyoto, dan menumpang kereta Shinkansen ke Tokyo, Hiyoko terus menenangkanku.

Dia terus bercerita tenang hal-hal yang lucu, berbahasa Melayu. Aku benar-benar heran dan sungguh-sungguh heran! Baru ini, seorang petugas stasiun Jepang berbahasa Inggris dan berbahasa Melayu, untuk menyapaku. Coba, ini benar-benar mukjizat!

Karena, jika yang datang kepadaku adalah petugas stasiun yang berbahasa Jepang, bagaimana dia bisa menenangkanku walau dia tetap bisa menolongku untuk mengantaku ke stasiun lokal?

Dan, Hiyoko pun membayariku semuanya. Kereta lokal dari stasiun local Nara ke Stasiun Kyoto, juga membayariku naik bus umum melewati 2 terminal ke stasiun lkal, tanpa aku memintanya. Ketika aku mau menggantinya, dia menahan tanganku untuk memberikan uangku untuknya.

Luar biasa, Hiyoko!

Luar biasa, Tuhan Yesusku!

Benar-benar pertolongan NYA tidak dapat terbantahkan!

Aku banyak merenungkan hal ini, selama perjalananku dari stasiun lokal Nara ke Stasiun Kyoto, sekitar 45 menit. Cukup lama untuk merenung dan berterima kasih pada Tuhan. Dan, cukup lama untuk aku berpikir, jika sampai Stasiun Kyoto, kereta Shinkansen Tokaido, tidak beroperasi juga karena Badai Krosa.

Ah, aku tidak mau memikirkan tentang Shinkansen. Lihat saja nanti, harus bagaimana. Jika mmang Shinkansen juga tidak beroperasi karena badai, ah... Entah lah .....

45 menit segera berlalu. Aku turun dengan dijemput petugas stasiun Stasiun Kyoto dengan ramp mobile, dan langsung membawaku ke Stasiun Shinkansen Kyoto. Tetapi karena jamnya sudah lewat (harusnya, aku naik Shinkansen jam 16.00 tetapi karena terlambat aku samai stasiun Kyoto jam 18.00), petugas itu mengantarku ke sebuah tempat dan aku diminta menunggu dulu, bagaimana kereta ku yang membawaku ke Tokyo.

Aku sudah pasrah, jika memang aku tidak bisa pulang ke Tokyo.

Aku pun langsung berpikir cepat, bagaimana aku bisa Tinggal di Kyoto untuk menginap. Stasiun Kyoto sangat besar, dan aku yakin, jika di sekitarnya aka nada beberapa hotel untuk aku menginap.

Aku sudh tidak peduli lagi, karena ketakutan-ketakutanku jika aku menginap sendiri sebab keterbatasan-keterbatasanku. Aku tidak peduli. Aku Cuma peduli, aku terbebas dari Badai Krosa .....

Selama perjalanan dari Nara ke Kyoto, aku melihat dengan jelas, betapa hujan deras dan angin menderu-deru, membuat kereta yang kutumpangi bergetar dan bergoyang hebat! Aku sangat mengerti, mngapa kereta commuter JR Rapid Nara tidak mau beroperasi.

Karena, risiko-risiko ini. Kupikir, jika memang kereta yang kutumpangi terguling karena anginnya sungguh sangat besar dan terus menggoyangkan kereta ini, aku pasrh dan berserah saja pada Tuhan .....

Pengalaman yang mengerikan, ketika kita digocangkn dan digoyang-goyangkan didalam badah kereta, yang berjalan di sebuah rel yang ringkih, dan kita tidak mampu berbuat apa-apa. Itu sebuah pengalaman yang sangat-sangat mengerikan!

Bagaikan kereta yang aku tumpangi, digoncangkan oleh seekor Godzilla, yang akan memakan kami semua orang yang berada di dalam kereta itu! Huhuhu .....

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Pengalaman mengerikan itu sudah selesai. Sekarang, aku berada di Stasiun Kyoto, menunggu petugas stasiun untuk mencari tahu, bagaimana selanjutnya nasibku. Apakah aku harus menginap di Kyoto dan besoknya baru pulang ke Tokyo, karena Shinkansen tidak beroperasi karena badai?

Atau, akankah ada kereta lain untuk mengangkutku ke Tokyo, seperti yang terjadi di Nara?

Dn, akan adakah Tuhan Yesus lagi, untuk membawaku terbang dalam kepakan sayap-Nya, dari Kyoto ke Tokyo, walau tidak menumpang kereta apapun?

Ah, entahlah ....

Aku hanya diminta menunggu dulu, dn biarkan Tuhan Yeusu bekerja ......

Tidak berapa lama, petugas stasiun yang memintaku untuk menunggu, datang ke depanku, dan berkata2 dalam bahasa Jepang dengan translater. Dengan susah payah, komunikasi kami terbentuk.

Tiket Shinkansenku jam 16.00 memang tidak berlaku lagi, tetapi (ini yang luar biasa), tiketku diganti oleh tiket Shinkansen yang lain, dengan tempat dan posisi untuk kursi roda ajaibku, yang lebih besar dan lebih baik!

Shinkansenku memang sudah tidak berlaku lagi. Karena setelah jam 16.00 itu, semua Shinkansen tidak beroperasi lagi, karena Badai Krosa!

Tetapi, Puji Tuhan!

Ada kereta Shinkansen yang lain, yang akan membawaku dan wisatawan-wisatawan yang ada, ke Tokyo dengan jalur yang berbeda, untuk menghindari Badai Krosa yang sedang mengamuk ......

Aku tetap diminta tunggu dulu, sampai badai sedikit mereda dan aku akan diantar masuk ke kereta Shinkansen. Dan, aku cukup tenang bahwa ada Shinkansen lain yang bisa mengantarku ke Tokyo. Aku juga sangat berterima kasih, ketika Tuhan Yesus juga datang lagi, untuk membawa Shinkansen untukku dan wisatawan-wisatawan yang lain, dan membawa kami ke Tokyo ......

Terima kasih, Tuhanku .....

Aku harus menunggu sampai badai sedikit mereda. Mungkin sekitar 1 jam kami menunggu, dan aku dijemput oleh petugas yang tadi, mengantarku dengan kursi roda ajaibku, membawa ramp mobile, dan mengiringiku untuk masuk ke kereta Shinkansen.

Aku di posisi yang sangat berbeda. Shinkansen ini, aku lupa untuk memfoto. Posisiku di depan dengan tempat yang sangat nyaman dan luas. 2 jam 20 menit, kulewati dengan nyaman sambil tertidur. Aku cape sekali .....

Aku cape karena memang fisikku yang memang sangat terbatas, juga cape karena hatiku yang ketakutan mulai ketika kereta JR Rapid Nara tidak beroperas, chaos sampai Hiyoko menenangkanku.

Seharusnya, aku sampai ke Tokyo jam 19.00 kurang, dan berlanjut naik commuter ke Chiba untuk menjemput Michelle anakku pulang bekerja di Shin Urayasu, sekitar jam 20.00. Dan, perkitaanku, aku akan sempat beristirahat sambil makan malam.

Tetapi karena badai Krosa ini, aku berangkat dari Stasiun Kyoto sekitar jam 19.30 menunggu badai sedikit reda, dan sampai Stasiun Tokyo sekitar jam 22.00, lalu transfer ke Chiba sekitar jam 23.30 langsung jemput Michelle ke Shin Urayasu.

Pas, Michelle selesai bekerja, aku datang. Tidak sempat makan, dan kami langsung pulang.

Dan kami makan di rumah, karena boos Sevel tempat Michelle bekerja, membawakan berbagai macam makanan yang bisa kami makan bersama di rumah.

Ah, leganya...

Aku bercerita banyak dengan Michelle, makan bersama, dan kami tidur dengan damai, setelah kami berdoa dan mengucap syukur yang luar biasa!

Bahwa, aku lolos dari Badai Krosa ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun