Dengan digandeng oleh Michelle, aku menapaki jalan setapan seadanya dari permukaan batu2 alam, sehingga aku kesusahan untuk kesan. Tetapi, aku memang penasaran, apa yang ada di lingkungan sebuah kolam yang aku datangi, sebagai "kolam purba".
Kami harus berhati2 untuk mendekat kolam tersebut. Tidak banyak wisatawan yang tertarik untuk mendekat, karena memang disana tidak seperti sebuah titik wisata. Walau justru inilah titik wisata itu, kolam2 purba yang dipelihara sesuai dengan keadan aslinya, sejak kolam2 tersebut ditemukan .....
Lingkungan sekitar memang sengaja tidak digarap semuanya, seperti untuk menerima pengunjung. Karena ini memang benar2 desa, dan dengan beberpa rumah kecil milik penduduk local, pemerintah disana pun membangun jalan setapan yang nyaman dan cantik, guna untuk mereka lewat.
***
Pepohonan disana pun hijau royo2, karena memang tidak menjadi kan tempat ini dibabat untuk area lokasi wisata saja, tetapi tetap sangat melihat lingkungan sekitar.
Tidak jalan wisatawan yang berkeliling disekitarnya, karena fokusnya adalah kolam terbesar, yang memang digarap terbaik. Mereka banyak duduk disana sambil menikmati alam dan pemandangan, serta makan cemilan2 yang banyak di jual disana.
Atau sekedar berjalan2 diarea itu saja, tanpa mau berjalan lebih jauh lagi, seperti yang kami lakukan. Walau aku di atas kursi roda, dan Mr. Sugiyama dan istri jusa adalah bagian dari lansia, kami tetap semangat berjalan2, menikmati lingkungan serta menghabiskan waktu yang hanya 1 jam saja.
Dan, dari situlah aku semakin tahu, bahwa Jepang benar2 sangat memanjakan warganya, dan sangat peduli dengan negaranya. Walau ini wisata "tidak terlihat", dan aku belum perah melihat brosur2 tentang desa ini di Tokyo, tetapi pemerintah pun membangun wisata yang layak untuk menyambut dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H