Ternyata, ada perbedaan yang signifikan antara 2 tahun ini. Ketika tahun 2017, aku merasakannya suhu dan cuaca setara dengan suhu dan cuaca di Jakarta. Tokyo dan Chiba saat itu tahun 2017, adalah sama dengan di Jakarta, sehingga aku ungguh menikmatinya.
Bedanya adalah, karena Tokyo dan Chiba adalah kota yang berada di sebuah Negara yang sangat memperhatikan kenyamanan dan kebersihan, aku justru merasakan udara segar, sedikit sejuk karena angin yang berhembus sepoi2.
Dibandingkan dengan Jakarta dengan polusinya yang mungkin sudah diambang batas kesehatan, suhu dan udara Jakarta, seakan kita berada dalam sekam! Suhu 33 derajat Celcius di Jakarta, seharusnya setara dengan suhu 35 derajat Celsius di Tokyo. Tetapi, pada kenyataannya sangat berbeda!
Tokyo lebih nyaman jauh, disbanding dengan Jakarta, dimusim2 panas dengan kesetaraan suhu dan cuaca!
Ok. Itu musim panas Jepang di tahun 2017.
Bagaimana dengan musim panas Jepang di tahun 2019 ini?
Aku menjenguk Michelle di bulan Agustus 2019 lalu. Kupikir, akan sama dengan musim panas tahun 2017 sebelunya, sehingga dengan santainya aku membawa baju2 musim panas dengan beberapa asesoris untuk pelengkapnya, untuk bergaya jika berfoto, hihihi ......
Tetapi yang ada adalah kelembabannya sangat tinggi sehingga tubuhku selalu berasa lengket dengan keringat! Padalah, selama di Jepang aku hanya duduk di kursi roda ajaibku, dan jika aku melaju diatasnya, seharusnya angin yang berhembus bisa membasuh rasa lembab tubuhku.
Ternyata tidak demikian!
Aku berada di atas kursi roda ajaibku, dan melaju cepat pun, angin yang berhembus tidak mampu membasuh keringat di tubuhku. Kelembabannya sangat tingga, sehingga akhirnya sangat "malas" untuk bergerak!
Apalagi di musim panas 2019 ini, Jepang banyak dilanda hujan, hujan deras, typhoon bahkan badai. Dan, jika hujan besar pun, kelembaban nya tetapi tinggi! Sehingga, sungguh membuat aku sangat tidak nyaman, kecuali jika aku berada di dalam bangunan!