By Christie Damayanti
Ada beberapa toko roti di Jakarta, yang memberi diskon sampai 50% ketika sudah jam 9.00 malam. Salah satunya di sebuah toko roti di Jl. Hayam Wuruk di Jakarta. Dulu, ketika aku masih kelayapan sendirian sampai pagi karena pekerjaanku, aku selalu mampir di toko roti itu, untuk memborong roti, untuk cemilan sambil bekerja. Dan, seketika saja roti2 itu habis, ludes!
Mungkin, ada juga di negara2 yang lain yang aku dengar, walau belum melihat dengan mata kepala sendiri, jadi aku tidak akan membahasnya. Tetapi, berbeda dengan di Jepang, karena aku 3 bulan sekali menengok anakku yang tinggal disana. Di mana anakku juga bekerja paruh waktu di 7-Eleven (Sevel) sampai tengah malam.
7-Eleven Inc. adalah jaringan toko serba ada internasional Amerika milik Jepang, yang berkantor pusat di Dallas, Texas. Rantai ini dikenal sebagai Tote'm Stores hingga namanya diganti pada tahun 1946. Perusahaan induknya sejak 2005, Seven-Eleven Japan Co.Ltd, beroperasi, waralaba, dan lisensi 67.480 toko di 17 negara pada Desember 2018. 7-Eleven Jepang berkantor pusat di Chiyoda, Tokyo dan dipegang oleh Seven & I Holdings Co., Ltd.
Pada tahun 1946, nama rantai diubah dari "Tote'm" menjadi "7-Eleven" untuk mencerminkan jam baru perusahaan yang diperpanjang, 7:00 pagi hingga 11:00 malam, tujuh hari per minggu. Pada November 1999, nama perusahaan dari perusahaan AS diubah dari "The Southland Corporation" menjadi "7-Eleven Inc.". (Wikipedia).
Anakku Michelle, bekerja di 7-Eleven di Shin Urayasu, sedangkan adik iparku bekerja pada 7-Eleven di kantor pusatnya di Dallas.
Pulang sekolah atau kuliah jam 14.00, Michelle kerja di Hotel Disney Celebrate sampai jam 18.00, lalu lanjut jam 19.00 sampai jam 23.00 di 7-Eleven. Dia bekerja keras untuk membiayai hidup dan kuliahnya sendiri, tanpa mau menerima uang dari ku, mamanya .....
7-Eleven Shin Urayasu tempat Michelle bekerja, tidak terlalu jauh dari stasiun Shin Urayasu. Hanya berjalan sekitar 7 menit ke kiri dari stasiun, kita sudah sampai. Dan 7-Eleven itu berdampingan dengan sebuah drug-store Jepang, Matsumoto Kiyoshi.Â
Jualannya hampir sama tetapi Matsumoto Kiyoshi lebih focus tentang 'consumer goods', sedangkan 7-Eleven fokus dengan kebutuhan makanan sehari2. Sehingga, harga di 7-Eleven lebih murah, walau terpaut tidak terlalu jauh.
Â
                         Â
Michelle bekerja paruh waktu, dan sekarang ini dia sudah menjadi 'leader' atau store manager, yang membawahi teman2nya, termasuk teman2 Jepangnya! 7-Eleven Shin Urayasu ini, dimiliki sepasang warga Jepang yang sudah tua, dan tidak mempunyai anak, dan dia sangat menyayangi Michelle, untuk menjadi salah satu 'tangan kanan' nya, membantu mengurus tokonya.
 Ok lah .....
Hari2 pertama dia bekerja disana, pulangnya sampai jam 23.00. dia selalu membawa berbagai panganan ya, ringan seperti coklat, kacang, atau roti2an. Dan ketika aku bertanya,
"Kamu dapat dari mana?"
"Dikasih toko, karena makanan2 itu sudah batas kadaluarsanya", jawabnya.
Dan dia bisa makan makanan2 itu, di batas kadaluwarsa, hari itu juga. Minimal, batas kadaluarsa bisa sampai 1 atau 2 hari setelahnya. Dan pekerja2 di 7-Eleven dimanapun di Jepang, akan sangat berbahagia mendapatkan jatah itu.
"Hibah" dari 7-Eleven untuk Michelle, setelah tugas selesai, sangat lumanyan untuk 2x makan nya
Mengapa?
Karena, pekerja2 di 7-Eleven, terutama yang melayani pembeli adalah, anak2 mahasiswa yang menari pendapatan sendiri, untuk hidupnya atau untuk kuliah (seperti Michelle). Dan mereka adalah anak2 dunia, yang sedang berusaha untuk mandiri.Â
Sehingga, mendapatkan jatah seperti itu, membuat mereka tidak harus keluar uang untuk makan mereka, apalagi jika pas di hari itu, banyak makanan2 yang batas kadaluawarsa....
Setiap hari jika aku sedang menengok Michelle, aku selalu menjemputnya di 7-Eleven Shin Urayasu, dan dia selalu membawa gembolan tas plastic berisi makanan2 yang dihibahkan tanpa membayar. Sering sekali, roti2 enak bahkan bento2, onigiri, sandwich2 bahkan bakpao serta sayur2an.
Sampai rumah dari jemput Michelle, pasti kami makan bento2 nya dahulu, dan untuk makan pagi adalah roti2, onigiri atau sandwich yang bisa disimpan di kulkas.
Dokumentasi pribadi
Bento, isi daging + telur atau mie + keju + daging, buatan 7-Eleven. Enak banget !!! Harga asli sekitar 500-an Yen atau lebih
Ini berkat dari Tuhan, lho!Â
Ketika seorang mahasiswa rantau yang kuliah di Jepang, dan perhitungan 1x makan berkisar antara 500Yen sampai 1000Yen (berarti untuk 3x makan sehari antara 1500Yen sampai 3000Yen), jatah Micelle untuk makan malam sampai makan pagi nya, sudah terpenuhi .....
Walau gajinya di 2 tempatnya bekerja, setara dengan gaji seorang manager madya di Jakarta, dia tidak pernah malu, apalagi gengsi mendapat jatah makanan dari 7-Eleven, karena itu bukan suatu yang memalukan, dan Michelle bahagia dengan cara hidupnya, begitu juga aku.
Menurutku, ini sebuah sisi humanis untuk membantu pegawai2nya yang sebagian besar adalah mahasiswa2 perantauan dunia .....
Selesai tentang 7-Eleven.
Ceritaku yang lain, tentang sebuah toko roti di "perkampungan" Funabashi Hoten. Kota kecil atau lebih tepatnya kusebut sebuah "perkampungan" Funabashi Hoten, ini benar2 isinya adalah perumahan2 dari yang mungil, kecil sampai apartemen2 berlantai 2 saja. Stasiunnya Cuma 1, dengn 1 pintu masuk dan keluar.
Yang aku lihat di Google Map, hanya ada Restoran Yoshinoya yang cukup besar di perempatan jalan, selebihnya ada;ah restoran2 kecil saja. Tidak ada toko besar, selebihnya adalah minimart2 kecil saja.
"Perkampungan" Funabashi Hoten, saling bergandengan dengan "perkampungan2" yang lain, selalu berhubungan dengan jalur mobil minimal 2 lajur dengan pedestrian kecil, serta tetap selalu dihubungkan dengan jalur kereta api.
Ya, walaupun sebuah "perkampungan", pemerintah Jepang tetap sangat memperhatikan semua warganya, walau berada di "kampung2", dengan selalu menyediakan jalur kereta, minimal 1 lajur .....
Ketika suatu saat, aku dan Michelle berjalan2 di "perkampungan" Shimosa Nakayama dengan kuil Budha nya, ternyata berhubungan dengan Funabashi Hoten. Tanpa naik kereta, ternyata kami bisa berjalan kaki (atau aku diatas kursi roda ajaibku), dengan 3 atau 4 stasiun, kami bisa sampai pulang kerumah Michelle.
3 atau 4 stasiun, minimal antar 3 atau 4 km, lho! Cukup jauh, tetapi untuk anak2 muda seperti Michelle dengan teman2nya, 3 atau 4 km adalah untuk "jalan sehat" sambil bersenda gurau, sekalian menghemat tiket kereta, hihihi .....
Dan, walau memang sangat jarang kita melihat toko, karena memang kita melewati "perkampungan" dengan jalan2nya yang kecil, ada 1 toko roti kecil, mungil dengan didepannya ada 2 set meja kursi mungil.
Waktu itu, kami disana sudah gelap sekitar jam 19.00 malam. Kami berhenti disana, masuk kedalam toko roti itu. Masih buka, walau sepertinya sudah hampir tutup. Cepat2 kami memilih roti2 yang kami mau makan selama perjalanan dari Shimosa Nakayama ke Funabashi Hoten.
 Dokumentasi pribadi
Roti2 Jepang, yang enak dan lembut dengan si penjualnya
Bertiga, kami memilih belasan roti. Hihihi .... Sedikit lapar, sih. Dan ternyata, 1 roti hanya dihargai 100Yen! Bahkan ada yang harganya 50Yen! Astaga, murahnya! Ternyata setelah Michelle ngobrol dengan si penjaga, karena tokonya sudah mau tutup, mereka mengobral roti2 itu 50% sampai 75% .....
Padahal, jika si penjaga toko roti itu (atau mungkin dia adalah salah satu pemilik toko roti itu) mau curang, kami pun tidak akan komplen jika dia menawarkan roti dengan harga yang sebenarnya, bukan? Toh, kita tidak tahu bahwa harganya di diskon besar, karena tidak ada pemberitahuannya .....Â
Sebuah sisi humanis, yang mungkin terabaikan .....
Tahu, kan? Roti Jepang yang terkenal lembut dan rasanya terkadang "lucu?"
Roti Jepang yang dihangatkan lewat microwave saat itu, kami makan dengan sangat lahap. Enak sekali, dengan bebagai rasa dan isi. Karena saat itu aku menjenguk Michelle di bulan Desember. Dingin dan semakin dingin jika sudah malam ......
***
Ini cuma sebuah intermezzo tentang detail perjalananku selalu aku bolak balik menjenguk Michelle selama 2 tahun ini. Berbagai intermezzo, akan terus aku tuliskan. Karena, Jepang bukan hanya sebuah negara yang sekarang ini sedang diminati oleh warga dunia saja, tetapi Jepang mempunyai sisi2 yang unik dan sangat menarik.
Dan karena anakku tinggal disana, aku mempunyai kesempatan besar untuk menggali sisi2 humanis dari salah satu negara termahal di dunia, lewat tulisan.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H