Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sisi Humanis Jepang lewat "Bento" dan Secuil Roti

29 April 2019   10:45 Diperbarui: 30 April 2019   04:51 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walau gajinya di 2 tempatnya bekerja, setara dengan gaji seorang manager madya di Jakarta, dia tidak pernah malu, apalagi gengsi mendapat jatah makanan dari 7-Eleven, karena itu bukan suatu yang memalukan, dan Michelle bahagia dengan cara hidupnya, begitu juga aku.

Menurutku, ini sebuah sisi humanis untuk membantu pegawai2nya yang sebagian besar adalah mahasiswa2 perantauan dunia .....

Selesai tentang 7-Eleven.

Ceritaku yang lain, tentang sebuah toko roti di "perkampungan" Funabashi Hoten. Kota kecil atau lebih tepatnya kusebut sebuah "perkampungan" Funabashi Hoten, ini benar2 isinya adalah perumahan2 dari yang mungil, kecil sampai apartemen2 berlantai 2 saja. Stasiunnya Cuma 1, dengn 1 pintu masuk dan keluar.

Yang aku lihat di Google Map, hanya ada Restoran Yoshinoya yang cukup besar di perempatan jalan, selebihnya ada;ah restoran2 kecil saja. Tidak ada toko besar, selebihnya adalah minimart2 kecil saja.

"Perkampungan" Funabashi Hoten, saling bergandengan dengan "perkampungan2" yang lain, selalu berhubungan dengan jalur mobil minimal 2 lajur dengan pedestrian kecil, serta tetap selalu dihubungkan dengan jalur kereta api.

Ya, walaupun sebuah "perkampungan", pemerintah Jepang tetap sangat memperhatikan semua warganya, walau berada di "kampung2", dengan selalu menyediakan jalur kereta, minimal 1 lajur .....

Ketika suatu saat, aku dan Michelle berjalan2 di "perkampungan" Shimosa Nakayama dengan kuil Budha nya, ternyata berhubungan dengan Funabashi Hoten. Tanpa naik kereta, ternyata kami bisa berjalan kaki (atau aku diatas kursi roda ajaibku), dengan 3 atau 4 stasiun, kami bisa sampai pulang kerumah Michelle.

3 atau 4 stasiun, minimal antar 3 atau 4 km, lho! Cukup jauh, tetapi untuk anak2 muda seperti Michelle dengan teman2nya, 3 atau 4 km adalah untuk "jalan sehat" sambil bersenda gurau, sekalian menghemat tiket kereta, hihihi .....

Dan, walau memang sangat jarang kita melihat toko, karena memang kita melewati "perkampungan" dengan jalan2nya yang kecil, ada 1 toko roti kecil, mungil dengan didepannya ada 2 set meja kursi mungil.

Waktu itu, kami disana sudah gelap sekitar jam 19.00 malam. Kami berhenti disana, masuk kedalam toko roti itu. Masih buka, walau sepertinya sudah hampir tutup. Cepat2 kami memilih roti2 yang kami mau makan selama perjalanan dari Shimosa Nakayama ke Funabashi Hoten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun