By Christie Damayanti
Tokyo Dome City di Bunkyo, berada di ketinggian 1 lantai dari permukaan tanah Bunkyo, sebagai 'pedestrian bertingkat' Tokyo
***
Aku memang tidak bermain di Tokyo Dome City, tetapi aku lebih memilih berjalan2 di area itu, sebelum aku berkeliling di seputaran daerah tersebut.
Sebagai arsitek, aku sangat tertarik dengan konsep2 yang ditawarkan dimanapun aku berada. Seperti di area Tokyo Dome City ini. Adalah sebuah area super-blok yang memiliki semua kebutuhan hidup warga Jepang, untuk bertempat tinggal, bekerja, berbelanja, bermain atau melakukan semua aktifitasnya sebagai manusia.
Konsep itu selalu ada di hampir semua negara dengan pemikiran praktis dan realitis. Bahwa, ketika kita tinggal di suatu daerah, kita tetap harus bekerja, berbelanja, rekraasi bahkan aktifitas sosial. Â Salah satunya, Tokyo Dome City menawarkan hal tersebut. Dan area ini memang lebih mengutamakan aktifitas rekreasi dan wisata, dengan fasilitas2 nya.
Fokus nya adalah wisata rekreasi. Dengan pasar anak2 muda Tokyo, diharapkan mereka dapat mengajak teman2nya dari seluruh dunia untuk berkreasi disana. Karena, tidak semua anak2 muda yang datang ke Tokyo, tertarik dengan konsep Tokyo dalam mendatangkan turis manca Negara.
Ketika turis2 itu datang ke Tokyo, mereka lebih memilih melihat spot2 wisata khas Jepang. Seperti kuil2, banguanan berarsitektur Jepang atau kreasi dan karya Jepang yang melanda dunia, seperti manga, animee atau budaya Jepang .
Tetapi, ketika turis anak2 muda datang ke Tokyo, belum tentu mereka mau menikmati suguhan yang dikonsepkan oleh pemerintah Jepang, sehingga pemerintah Jepang atau swasta Jepang pun berpikir, apa lagi yang dapat di konsepkan untuk turis2 muda dunia.
Anak2 muda memang sangat reaktif dan atraktif, serta mereka selalu ingin mencoba yang baru. Mereka suka untuk memacu adrenalin mereka untuk memopa darah muda mereka. Semangat mereka sangat kental dengan nuansa bersenang2 yang bergerak cepat.
Dunia pun sangat tahu itu,sehingga di beberapa Negara dunia, mempunyai area rekreasi untuk anak2 muda itu. Berbentuk sebuah area yang fully memacu adrenalin mereka, memacu semangat mereka dan membat mereka ngin terus bergerak!
Roller coaster raksasa, itu yang sangat disukai mereka. Dengan permainan2 ekstrim memacu adrenalin seperti inilah, yang bisa membuat mereka semangat dan tidak merengek dengan kata "bosan" .....
Konsep inilah yang dilakukan oleh Tokyo Dome City. Bergerak dengan awal untuk menjadi "rumah" dari tim baseball nasional Jepang, dengan membangun dome raksasa, arena pertandingan baseball tertutup terbesar di dunia, di develop bersama dengan dunia anak2 muda lainnya. Secara, baseball adalah salah satu permainan anak2 muda, termasuk di Jepang.
Besama dome raksasa, dibangun juga area rekreasi roller coaster raksasa, bianglala raksasa2, serta area bermain air dengan kereta yang meluncur, dan permainan2 sejenisnya. Sehingga, bagi anak2 muda yang memang suka dengan permainan2 seperti ini, mungkin mereka tidak akan bergeming di area itu, sampai mereka puas .....
Kartun manga dan animee khas Jepang pun mendominasi icon2nya. Toko2 yang menjual barang tersebut bertebaran disana, dan membuat anak2 uda dunia penggemar karakter tersebut, menjadi "gila". Barang2 itu mahal, karena asli dari penciptanya, dan mereka pun berebut untuk membelinya .....
***
Dari  permukaan tanah Bunkyo, dari keluar Stasiun Suidobashi, aku berjalan sekitar 15 menit sebelum aku melihat bianglala raksasa Tokyo Dome City. Pertama aku bingung, ketika tidak terlihat pintu masuk utama untuk masuk. Tetapi ada beberapa pintu masuk, yang kupikir itu adalah 'side entance'.
Pun, aku bingung, kemama untuk naik ke atas, karena seperti yang aku sudah katakana di artikel2ku sebelumnya, Jepang menerapkan konsep "pedestrian bertingkat". Dengan keadaan tanah dan dataran yang sempit di Tokyo.
Theme Park Tokyo Dome City, berada di lantai 1 dari permukaan dan dataran Bunkyo, dimana banyak akses lift di sekitarnya. Untuk peakai kursi roda atau manula2 yang susah untuk naik tangga. Sangat ramah disabilitas.
Di lantai atas itu, kita tidak merasa berada di atas dataran Bunkyo, karena di desain seperti berada di permukaan tanah, termasuk taman dan pepohonan besar. Dome raksasanya pun berada di lantai atas. Apa artinya?
Kekuatan struktur dan pondari Tokyo Dome City, sesuai dengan konsep 'negara teknologi'. Artinya, sangat kuat. Strategi desain yang cantik, ketika justru di permukaa dataran Bunkyo, lebih diutamakan sebagai bagian dari service, termasuk parker mobil.
Di lantai 1 ini, sebagai "pedestrian bertingkat" dari Tokyo Dome City, menjadi pusat keramaiannya.
Mungkin, bagi yang belum pernah kesini, agak susah membayangkannya, bagaimana Tokyo Dome city mengangkat konsep "pedestrian bertigkat", sebagai suatu usaha besar untuk mengahsilkan ruang public spot wisata, di ibukota Tokyo, yang relative "sempit".
Tokyo mematok harga tanah yang cukup tinggi untuk membangun, dan juga karena kota ini sangat padat dengan warga local. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin, ketika kita beruaha berpikir jauh. Konsep arsitektural yang kita bisa pelajari, tidak ada yang mustahil.
Dengan konsep cantik ini, Tokyo bisa membangun public space lengkap, walau hanya berada di aas permukaan tanah yang terbatas. Tokyo Dome City pun, terus membangun dengan 'hati', untuk tetap mengupayakan yang terbaik baik kaum disabilitas, walau harus naik dan turun, untuk menikmaktinya disana.
Dan Tokyo Dome City, membuktikannya .....
Sebelumnya :
Jika Bosan dengan "Jepang Banget", Datanglah ke Tokyo Dome City di Bunkyo
"Pedestrian Bertingkat", Masa Depan Kota Metropolitan [Kasus di Tokyo]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H