Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Sampai Kapan Perbaikan Kota Jakarta Ini?", Pro Kontra dalam Bahasan

13 November 2017   10:52 Diperbarui: 13 November 2017   11:38 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi FT Arsitektur Untar

By Christie Damayanti

Sekitar 200 orang yang mengikuti 'ngobrol santai' tentang Jakarta, ssetelah peluncuran Buku "The Series : Jakarta Puzzle"

"Sampai kapan, perbaikan kota Jakarta ini?"

Kujawab,

"Kita bicara tentang 'generasi yang hilang'. Karena pada kenyataannya, Indonesia khususnya Jakarta, sangat membutuhkan masyarakat yang terbuka untuk sadar bahwa Jakarta ini harus diperbaiki. Kalianlah generasi2 penerus yang bisa membantu perbaikan Jakarta, ya. Harus selesai.Bla bla bla."

***

Salah satu pertanyaan yang menarik dari seorang mahasiswa ini, yang terus berdengung di pikiranku, yaitu dia mempertanyakan tentang waktu. "Sampai kapan perbaikan kota Jakarta". Hmmmm ..... berarti dia sudah berpikir, bahwa Jakarta benar2 sudah amburadul dan harus diperbaiki. Tetapi, sampai kapan?

Ok. Jawabanku jelan yaitu bicara tentang sebuah generasi yang hilang. Ini yang ada di salah satu titik reformasi Jakarta dari sekian banyak titik reformasi yang aku tuliskan. Yaitu Reformasi Jakarta? Mulailah dengan "Reformasi Mental Warga"

Dokumentasi FT Arsitektur Untar
Dokumentasi FT Arsitektur Untar
Mahasiswa yang bertanya tentang, "Sampai Kapan, Perbaikan Kota Jakarta?"

 Dari depan mataku saja, minimal ada 1 generasi yang hilang di Indonesia. Ketika prtama kali aku diajak orang tuaku ke Bangkok Thailand, aku berpikir bahwa "lebih enak di Jakarta", karena Bangkok sangat semrawut, fully macet dan bertumpuk2. Jakarta masih sangat lebih baik dari pada Bangkok. 

Tetapi tahun 2000an, ketika Bangkok sudah menyerupai Singapore dengan fasilitas2 perkotaannya bertumbuh sangat luar biasa! Dan Jakarta masih begini-bgini saja! Minimal, 1 generasi Indonesia yang hilang, ketika Jakarta bukannya melesat seperti Bangkok, bahkan konsep2 metropolitan Jakarta pun agak terhambat dengan warga kota yang masih saling menghujat, dibanding untuk memikirkan masalah2 perkotaan.

Ada juga seorang dosen yang bertanya dan kontra dengan beberapa pernyataan2ku. Seperti tentang pertambahan ratusan bahkan mungkin ribuan mobil di Jakarta, tetapi panjang dan lebar jalan sepersekian persen saja pertambahannya.

Kujawab, mungkin kuliah pagi itu hanya sekedar menyinggung tentang itu, tetapi jika membaca full tentang pemikiranku, mungkin akan banyak diskusi2 selanjutnya.

Tentang perbandingan pertambahakn kendaraan bermotor dengan pertambahan lebar dan panjang jalan ini, sudah sering aku tuliskan beberakali di beberapa artikel2ku tentang Jakarta. Jika pertambahan kendaraan bermotor tidak ditutup, atau sedikit dikecilkan, tidak mungkin Jakarta akan berhenti macet!

Karena bisa dibayangkan, jika dalam 1 tahun ribuan kendaraan bermotor masuk ke Jakarta, sedangkan dalam 1 tahun, sebenarnya berapa luas jalanan Jakarta yang bertambah, tidak mungkin bisa berkolaborasi! Memang membangun jalan itu hanya butuh 'sim salabim?'

Ini ada diantaranya dalam tulisanku Antara Kebutuhan dan Keinginan, Antara Kenyataaan dan Mimpi [Kaum Hedonis] atau yang ini Bagaimana dengan  Penambahan Panjang Jalan untuk 'Konsep Gebrakan Transportasi di Jakarta?'. Bisa juga lebih expert, untuk membicarakan selanjutnya Jalan Layang Casablanca [Akan] Hanya Memindahkan Kemacetan ..... dan 'Fly-Over Pangeran Antasari'? Keren ga' sih?

Beberapa mahasiswa pun bertanya, tentang muka air tanah, atau tentang sungai2, yang kukatakan sejak jaman Belanda, sungai Ciliwung atau 13 sungai2yang mengaliri Jakarta itu belum pernah dikeruk, atau tentang "tenggelamnya Jakarta", karena sungai2 Jakarta yang rusak, mangrove yang amburadul, serta penyerapan yang minim, membuat Jakarka benar2 tenggelam.

Dokumentasi FT Arsitekrut Untar
Dokumentasi FT Arsitekrut Untar
Mahasiswa yang bertanya tentang penurunan tanah Jakarta

 Aku juga banyak menjelaskan tentang turunnya permukaan tanah Jakarta akibat beban yang terlalu berat! Tentang Adakah yang Peduli, Jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?,atau tentang Geger Kalijodo? Adalah untuk Penyelamatan Muka Tanah Jakarta, bahkan tentang Antara Bangunan Tanpa Ijin dengan Banjir yang Meluas di Jakarta.

Pada akhirnya, Bp Agung dari Smart City Jakarta, yang ternyata mengikuti kuliah pagi ku tentang Jakarta sejak awal, sudah sempat membaca beberapa artielku di kedua 2 buku ini. Sehingga, beliau sempat kontra juga tentang pernyataanku tentang "Keangkuhan Taman Monas", yang dipagari.

Hihihi.

Aku tidak menyalahkan pemprov DKI, ketika Taman Monas dipagari. Aku sangat mengerti itu. Bp Agung pun berkata, mengapa Pemprov memagari Taman Monas, karena banyak PKL yng masuk, dan berdagang disana, lalu masyarakat kota membuang sampah sembarang dan sebagainya dan sebagainya.

Dokumentasi FT Arsitektur Untar
Dokumentasi FT Arsitektur Untar
Bp Agung, dari Smart City Jakarta, yang kontra dengan pernyataanku tentang Taman Monas.

 Aku hanya menjawab,

"Memang buka salah Pemprov, pak. Saya hanya bisa katakana bahwa bukan hanya masalah fisik Jakarta saja yang harus dibenahi, tetapi juga masalah2 jiwa2 warga Jakarta, yang harus dibenahi! Reformasi Jakarta itu awalnya harus dari warga kota dulu. Membenahi pemikiran warga kota.

Mind set nya harus diatur ulang. Bahwa Jakarta itu adalah temat tinggal kita, dimana sebagai warga kota, kita harus berusaha untuk memberikan ruang yang nyaman bagi tempat tinggal kita. Bukan malah menghambatnya, dengan saling tuduh bahkan saling mencelakai ....."

Atau juga ketika moderator bertanya tentang polusi di Jakarta, bukan sekedar polusi karena asap dan debu, bukan juga hanya sekedar kebisingan dan bau saja, tetapi ada yag lebih besar dari itu adalah, kesewenang2an memangun pabrik beton atau batching plan di perkotaan!

Nih, contoh polusi baud an bising di lingkungan permukiman, yang dibangun cafe2 dan warung2, dimana peruntukannya adalah untuk benar pemukiman! 'Rumah' Menjadi Rumah Makan? Caf? Warung?

Jangankan bikin pabrik beton, bahkan pabrik2 standarad saja sudah dialokasikan di beberapa titik lokasi di sekitar Jakarta. Seperti misalnya, sedikit di Pulo Gadung, atau di daerah kot2 mendukung Jakarta, seperti di Tangerang atau Kerawang.

Tulisanku tentang pabrik beton ini, membuat banyak warga di ekitar pabrik beton itu mengurun email untukku, untuk membantu mereka. Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]? Dan 'Batching Plant', Pencemaran Lingkungan, Rusaknya Ekosistem untuk "Pengorbanan" Pembangunan Perkotaan?

Tidak gampang melawan penguasa dan pengusaha. Merka mempunyai kekuatan yang tidak terjangkau, sedangkan, siapa kita? Aku sendiri hanya bisa menulisan dengan kata2, dari pengamatan dan sedikit riset2ku sendiri.

Hanya berharap, yang sebenarnya tidak bisa diharapkan. Hahaha.

***

Jadi, sebenarnya masih banyak sekali masalah2 perkotaan, khususnya Jakarta, yang 'tersembunyi'. Bahkan dalam 1 periode gubernurpun, mungkin belum bisa terbuka semuanya, karena saking banyak nya. Atau, juga bukan karena 'masalah yang tersembunyi', tetapi justru 'disembunyikan', untuk tidak melebarkan sayap permasalahan.

Dan tidak banyak warga kota yang mau bersusah payah untuk memikirkan kota kita. Buat apa, kata mereka. Toh, pada kenyataannya semuanya hanya bisa jadi wacana bagi diri sendiri. Bukan hanya tidak akan terjadi, bahkan terkuak pun belum tentu.

***

Antara takut dan tidak peduli itu, tipis perbedaannya. Tetapi, mimpiku bukan hanya mau menguak permasalahan2 yang 'tersembunyi' saja tentang Jakarta, bahkan aku ingin menata kembali kota Jakarta ini. Setidaknya, lewat tulisan2ku yang selalu aku share ke seluruh dunia.

Jika tidak ada yang peduli pun, aku sudah berusaa untuk melakukannya yang terbaik. Semoga di masa depan, jauh setelah aku dipanggil Tuhan, kota Jakarta benar2 mampu menata dirinya, lewat peninggalan2ku dalam bentuk tulisan2ku ini.

Gajah meninggalan gadingnya, harimau meninggalkan kulitnya,sementara aku meninggalkan tulisan2ku, ketika kita semua sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Sebelumnya :

Mimpiku untuk Jakarta : Launching Buku "The Series Jakarta Puzzle"

Kata "Jakarta yang Bernanah, Pengebirian Fasilitas Perkotaan atau Cemetary View", Membuat Mereka Terpengarah!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun