Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ruang Publik yang Harus 'Aksesibel' bagi Disabilitas

15 September 2017   13:03 Diperbarui: 15 September 2017   13:12 3720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://adwebcom.com

By Christie Damayanti

Banyak sekali jenis2 disabilitas, dan mereka mempunyai mimpi yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Dan mereka bisa mandiri, jika mereka mempunyai fasilitas disabilitas, sesuai dengan kebutuhannya.

***

Sebenarnya, semua bangunan umum serta ruang2 publik dimanapun, behak untuk dimasuki seluruh warga negara, termasuk kaum disabled. Karena kami, sebagai kaum disabled, juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama, sebagai warga negara.

Tetapi, secara spesifik, Himpunan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, MEWAJIBKAN untuk type2 bangunan terntentu untuk memenuhi persyaratan teknis, sebagai tambahan spesifikasi bangunan tersebut :

  • Bank, kantor pos dan kantor jasa pelayanan masyarakat sejenis. Paling tidak, sedikitnya harus menyediakan 1 buah meja atau counter pelayanan yang aksesibel bagi disabilitas.
  • Toko, pertokoan dan mall dan banngunan perdagangan sejenis, SELURUH area perdagangan harus aksesibel, karena toko adalah untuk pemenuhan kebutuhan manusia, termasuk disabilitas.
  • Hotel, penginapan, villa, asrama dan bangunan sejenis, setidaknya ada 1 kamar tamu dari setiap 200 kamar, dan kelipatannya, harus aksesibel. Sebaiknya kamar itu terletak di lantai dasar.  Itu pun termasuk toilet dan kamar mandinya.
  • Bangunan pertunjukan, bioskop, stadion dan bangunan sejenis, dimana paling tida 2 area tempat duduk untuk setiap 400 tempat duduk dan kelipatannya, harus aksesibel.
  • Bangunan keagamaan, seluruh area persembayangan harus aksesibel.
  • Restoran, tempat makan, caf,paling sedikit ada 1 meja untuk tiap 10 meja dan kelipatannya, harus aksesibel.
  • Bangunan parkir, tempat parkir umum,  harus menyediakan 1 ruang parkir untuk setiap 50 ruang parkir, harus dekat dengan pintu masuk.
  • Semua bangunan dimana masyarakat umum berada disana dalam jumlah besar, seperti supermarket, auditorium atau balai pertemuan, HARUS menyediakan TEMPAT DUDUKbagi disabilitas, orang2 lanjut usia atau perempuan hamil, yang memadai.
  • Semua bangunan umum, HARUS menyediakan ramp, toilet khusus diabilitas serta seluruh rambu2 yang mudah diakses, juga huruf2 Braille di semua titik bagi disabilitas.
  • Dan sebagainya

Ternyata idak gampang untuk menjadikan sebuah kota ramah disabilitas, bukan?

Ketika semua warga negara berhak mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam semua lini kehidupannya, apakah pernah terpikir, bagaimana kaum disabilitas bisa bersama2 dengan semua warga negara dalam satu ruang public besar, dan tanpa diskriminasi?

Pada kenyataannya, di Jakarta masih sangat sulit. Jangankan ruang public ramah disabilitas. Untuk kemungkinan2 adanya diskriminasi serta pelecehan2 di ruang public pun, kerap terjadi. Itulah sebabnya, ketika kaum disabilitas berada dalam ruang public, dan mekera tidak mendapatkan kenyamanan serta keamanan, denan fasilitas2 yang seadanya, mereka akan merasa 'tersingkir'.

Ditambah lagi, ketika masyarakat umum yang sehat dan kuat, melecehkan mereka, sengaja atau tidak sengaja, kaum disabilitas yang berada disana, semakin mundur, berdiri/duduk di pojok, dan 'melarikan diri', merasa mereka sebagai manusia yang tersingkir.

Apalagi, ketika ruang public "dengan sengaja", membangun ruang publiknya lewat arsitektur megah dengan tangga2 tinggi serta , tetapi tidak memberikan aksesibilitas bagi disabilitas, dan toiletnya pun tidak aksesibel, walau KATANYA toilet disabled. Semua membuat kaum disabilitas semakin tersingkir .....

Tidak heran, ketika aku bertanya kepada banyak teman disabilitas, kaum disabilitas merasa bahwa mall itu adalah tempt orang2 kaya, yang tidak menganggap disabled itu adalah warga negara kelas rendah!

***

Lingkungan dan ruang public bagi wilayah perkotaan yang ramah dan bersahabat, merupakan harapan bagi semua orang. Baik masyarakat umum yang sehat juga bagi kaum disabilitas, disemua jenis disabilitas. Sehingga, penyediaan aksesibilitas, bukan hanya untuk masyarakat umum saja, melainkan juga bagi penyandang disabilitas.

Secara umum, sebenarnyaa memang ruang public awalnya dibuat dan dibangun untuk mendapatkan fungsi dan tampilannnya saja. Misalnya, membangun mall hanya untuk transaksi jual beli. Membuat taman, hanya untuk penghijauan saja.

Mereka tidak memperhatikan tentang kenyamanan bahkan belum sapai bicara tentang keamanannya. Faktor2 ergonomisnya pun belum diperhatikan.

Tetapi lama kelamaan, kebutuhan bagi warga kota, menjadi tidak punya kenyamanan dan keamanan. Dan mereka memang membutuhkannya. Sehingga kebutuhan semakin melebar. Dan kebutuhan itu meman dirasakan bukan hanya sekeddar berbelanja jika di mall, atau bukan hanya sekedar mendapatkan penghijauan saja.

Demikian juga tentang kebutuhan2 argonimis. Bukan hanya untuk masyaraat umum yang sehat dan kuat saja, melainkan juga bagi penyandang disabilitas. Aksesibilitas akan member kemudahan bagi semua orang, khusus nya bagi penyandang disabilitas, dalam melakuukan aktifitasnya, sehingga kemandirian dan kenyamanan serta keamanan, bisa disarakan.

Dan untuk menciptakan interaksi dalam lingkungan dan ruang public yang nyaman tanpa diskriminasi, factor desain menjadi factor yang sangat penting dalam desain dan perancangan aksesibilitas fisik yang dibutuhkan. Salah satunya adalah dengan adanya pendekatan2 prinsip2 desain universal dalam penerapannya.

Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi kaum disabilitas di dunia, memang sudah diterapkan sejk lama, dan sudah mendapatkan ruang public yang ramah disabilitas. Tetapi tidak di Indonesia. Atau belum. Penyediaan aksesibilitas di Indonesia sekarang ini, masih sangat terbatas.

Sekarang ini, memang di Indoneisa, khususbya di Jakarta, sudah mulai untuk membangunruang2 publik ramah disabilitas. Karena dengan adanya aksesibilitas untuk kami, kaum disabilitas, akan membuka kesempatan untuk mandiri, dalam mampu melakukan kegiatan yang sama dengan masyarakat umum.

Pengadaan aksesibilitas, bukan hanya merupakan tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga masyarakat umum, terutama pemilik modal untuk membangun ruang2 publik amah disabilitas. Dan masyarakat umum, juga harus mulai merespon masalah ini, sehingga terciptalah kehidupan yang nyaman dan aman, dan tanpa diskriminasi, bagi semua warga negara, termasuk kaum disabilitas .....

Sebelumnya :

"Rute Aksesibel" pada Jembatan Penyeberangan [Juga Bagi Disablitas]

Aksesibilitas Bagi Disabilitas di Ruang Publik Luar Bangunan

Pedestrian untuk Disabilitas tanpa Diskriminasi

'Pedestrian Baru' Jakarta, Hasilnya Apa?

Dunia Ramah Disabilitas

Konsep 'Universal Design' Secara Internasional bagi Disabilitas

Dasar untuk Membangun "Kota Ramah Disabilitas"

Kami Belajar dengan Cara "Berbeda", Tidak Lebih Baik, Tidak Juga Lebih Buruk .....

Menyesuaikan Tempat Kerja, Bukan Berarti Perombakan Besar-Besaran

'Pergumulan' Penyandang Disabilitas

'Tampilan Bahasa' di Dunia Inklusi

Tersenyum dan Tertawalah Kepada Kami, untuk Berinteraksi 

Pekerja Disabilitas : Hak Mereka Sama, Mimpi Mereka pun Sama .....

'Analisa Pekerjaan' bagi Pekerja Disabilitas, Perlukah?

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

"Beban Negara"kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu 

"Zona Nyaman" Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

"Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami" [Dunia Disabilitas]

Penyakit 'Multiple Sclerosis' yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk .....

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, "Mereka Ada" : Catatan dari Rawinala

'Mereka' adalah Inspirasi yang Terpendam .....

"Mereka Ada ......"

Penyandang 'Pasca Stroke' Diminta Pensiun Dini? Sedih .....

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

'Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!'

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Untukmu Indonesiaku, dari Aku 'Ordinary Disabled Woman coz of Stroke' .....

 

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?'

'Peduli Disabilitas' : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun