Memasak sendiri, jika dia tidak mau kehabisan uang ditengah2 bulan. Dia harus mencucui baju sendiri, walau ada laundry koin di bawah apartemennya. Dan dia harus mengejar kereta atau bus untuk ke sekolah tau ke tempat2 yang dia butuhkan untk kegiatannya, jika tidak mau terlambat kesana.
Sementara di Jakarta, dia hanya tinggal duduk dan memonopoli tabletnya dengan "Jepang"nya, karena supir yang kutugaskan untuk kemanapun yang dia butuhkan .....
Kemajaannya selama ini di Jakarta, memang membuat aku kangen dan sangat rindu, serta membuat aku kawatir apakah dia mampu bertahan hidup disana? Apakah dia mampu memasak? Mampu cuci baju sendiri atau mampu membaca jadwal kereta yang selalu on time, sementara bahasanya semua 'bahasa/tulisan cacing?'
Tetapi, di Nishis Funabashi ini, kemanjaan Michelle mulai berangsur pudar. Dan di Nishi Funabashi ini, kemandirian Michelle terus diasah. Dengan bantuan Hendra, yang mengurus anak2 dari Jakarta bersekolah di Jepang, dan kakak2 kelasnya serta sahabat2 berunya, di Nishi Funabashi ini, Michelle benar2 akan mampu bertahan sampai dia menjangkau semua mimpi2nya, yang sebenarnya aku tidak tahu, apa yang dia mau ......
Doaku untuknya adalah yang terbaik! Apapun yang dia inginkan, Tuhan akan selalu melibatkan Rencana NYA. Dan aku percaya itu .....
Untuk malaikat kecilku di Nishi Funabashi, doa mama terus besertamu, dan semua yang terbaik untukmu, sayang .....
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H