4 Â Tahun pertama dalam hiddup Michelle, dia tidak bisa mendengar. Jika manusia biasa taraf pendengarannya sampai 20dB (disibel), dan bisa mendengar bisik2, tetapi Michelle hanya bisa mendengar 95dB, dimana hanya guntur yang menggelegar atau kita berteriak di kupingnya, dia baru mendengar. Dan jika taraf pendengarannya 100dB, kata dokter dia benar2 tuli!
4 Tahun aku bergumul untuk menyembuhkannya. Setiap minggu di RSCM, di kliknik Tumbuh Kembang, aku datangi untuk terapi. Di rumah dia harus dibekal headphone dengan suara2 lembut, lagu2 dengan walkman. Awalnya, dia sangat excited, tetapi lama kelamaan, dia bosan dan selalu membating walkmannya.
Aku memberikan terapi tersendiri di rumah, karena aku berhenti bekerja untuk Michelle. Aku ajari dia untuk dia bisa 'membaca' bibirku berbicara. Mulai dari belajar membaca huruf2 A, B, C , D dan sebagainya sampai aku tahu, bahwa dia bisa meresap terapiku, ketika 4 tahun kemudia, Tuhan memberikan dia sembuh .....
Dan akhirnya, dokter mengatakan bahwa nantinya Michelle akan bermasalah dengan syarafnya, karena obat2 syaraf yang diminumnya. Dengan sering step, 2 tahun Michelle harus minum luminal, obat syaraf yang akan memberikan effek dikemudian hari.
Tetapi ...... Puji Tuhan!
Michelle bertumbuh menjadi seorang anak yang sangat cantik, kecilnya sangat excited dan terus bergerak,mendekati hiperaktif dan ..... sangat pintar! Ternyata obat2an nya memang 'mengganggu' syarafnya, tetapi di sisi yang positif!
Tanpa belajar pun, Michelle selalu juara. Jika tidak juara pun, nilai2nya luar biasa! Tanpa belajar, dia mampu menyerap apa yang dia inginkan, dan memperlajari, apa yang seharusnya orang lain harus belajar keras! Salah satunya dia memang bermimpi untuk sekolah dan tinggal di Jepang sejak kecil .....
Berawal dari dia suka kucing Doraemon, lalu berlatih menggambar Manga, sampai tergila2 oleh boy-band Jepang (dan Korea), mimpi Michelle terus terajut, sampai sesaat sebelum dia terbang ke Jepang .....
Sejak SD, aku tahu bahwa dia ingin belajar Bahasa Jepang dengan huruf2 cacingnya, tetapi dia tidak mau untuk les, apalagi les privat. Malas, katanya. Jadi, dia benar2 belajar sendiri sampai aku sadar, ketika SMA aku belikan tablet dan dia benar2 hidup dengan tabletnya.
Dan waktu aku mengamati tabletnya, ternyata dia membaca novel berbahasa Inggris dan Jepang, di sebuah situs E-Book!
Astaga!Â