Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Cara Mempekerjakan Penyandang Disabilitas?

29 Mei 2017   11:19 Diperbarui: 29 Mei 2017   11:23 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

www.urbanpost.it

Mari kita bayangkang sebuah keadaan bagi seorang disabilitas. Aku, misalnya …..

Aku memang seorang disabled, bukan sejak lahir, tetapi justru menjadi disabled setelah berumur 39 tahun karena ‘heavy stroke’. Lumpuh ½ tubuh sebelah kanan.

Aku seorang arsitek lapangan, sejak tahun  1994, dan sampai sekarang pun aku masih harus bekerja karena aku punya 2 orang anak menuju dewasa dan kuliah. Salah satu anakku yang kecil, perempuan, sekolah di Jepang. Jadi, bisa dibayangkan aku harus membiayai kehidupan kami dan sekolah anak2ku.

Ketika aku masih bekerja sampai sekarang, dengan keadaan 1/2 tubuh lumpuh, aku sagnat berusaha untuk membuat perusahaan tempat aku bekerja sekarang ini, tetap melihat bahwa AKU BISA!

Aku harus berusaha untuk tetap bekerja, kareja jika aku sampai dikeluarkan karena dianggap aku tidak mampu, maka akan sangat sulit untuk mencari pekerjaan baru dengan keadaanku yang sangat terbatas sebagai peyandang disabilitas, apalagi umurku sudah mendekati ½ abad.

Konsep pikirku inilah yang akan menyalurkan semangat ku untuk bekerja lebih baik, walau dalam keadaan terbatas. Dan aku sangat yakin, bahwa sebagian besar kaum disabilitas yang dengan semangat sama denganku, akan mempunyai pemikiran yang sama, yaitu menyalurkan semangat diri dan membangun energy positif untuk tetap bisa dan mampu berkarya bagi (minimal) diri sendiri, keluarga bahkan masyarakat.

***

Rangkuman tentang konsep pikir seorang disabled sangat nyata. Kami, kaum disabilitas akan lebih agrsif untuk menerima tugas2, dan juga berusaha untuk mempunyai performa yang produktif dibandingkan dengan pekerja2 non-disabilitas.

Kami, sebagai pekerja kaum disabilitas, merupakan pekerja yang (lebih berusaha) untuk bekerja lebih baik dan lebih bisa diandalkan, terutama dalam hal produktifitas, kemampuan dan kemauan yang lebih kuat, tingkat ‘kecelakaan kerja’ yang lebih kecil (karena trauma sebagai penyandang disabilitas), bahkan bisa dikatakan kami akan bisa lebih mampu untuk melakukan semua hal dalam keterbatasan,ASALKAN KAMI DIBERIKAN KESEMPATAN SELUAS2NYA,bersama dengan pekerja2 non-disabilitas ……

Jika Tuhan memberikan kami kaum disabilitas ini, keterbatasan fisik, tentu Tuhan juga memberikan kami kemampuan2 di bidang yang lain. Walau secara fisik kami terbatas, tetapi secara pemikiran, otak kami dinyatakan sama dan sebanding dengagn pereka non-disabilitas. Kecuali memang jika berhubungan dengan penyakit kami adalah tentang keterbatasan mental.

Tuhan bahkan pasti memberikan kami kelenihan2 untuk kami. Yang BIASANYA memiliki sumber keahlian dan bakat2 kami belum diketahu dan belum dimanfaatkan!

Misalnya,

Pemecahan masalah2 kerja kami, mungkin akan sedikit berbeda dengan pekerja yang lain. Karena sesungguhnya, KAMI MAMPU, tetapi memang KAMI BERBEDA …..

Dan yang jelas, ketika kami sebagai kaum disabilitas bekerja dalam sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut pasti suda mempunyai visi dan misi yang berbeda dengan perusahaan2 yang lain, yang belum mampu (dengan berbagai alasan), untuk merekrut ekerja dari penyandang disabilitas.

 Perusahaan yang merekrut pekerja sebagai penyadang disabilitas, berarti perusahaan tersebut akan memberikan kontribusi pada keberagaman, kreatifitas, semangat kerja, kepedulian, serta yang penting, perusahaan tersebut benar2 akan meningkatkan reputasi perusahaan tersebut, bersama seluruh karyawannya, serta manajemennya di masyarakat serta di kalangan konsumen ……

***

Untukku sendiri sebagai penyandang disabilitas yang sudah berada dalam lingkaran pekerja di Jakarta, serta sudah berada di tingkat pekerja senior, da sudah bekerja lebih dari 25 tahun, memang akan sangat berbeda dengan pekerja2 muda, fresh graduate, apalagi dalam keterbatasan secara fisik sebagai bagian dari kaum disabilitas.

Atau bahkan calon2 pekerja sebagai penyandang disabilitas muda, yang justru tidak mendapatkan akses bgus untuk awalnya dalam lingkungan pendidikan. Karena buka rahasia, bahwa kaum disabilitas Indonesia, berada di ujung tanduk, untuk hidup, sekolah dan bekerja. Banyak dari mereka, tidak bisa sekolah, bukan karena tidak punya uang juga, tetapi sekolah2 tidak mau menerimanya.

Seakan, kaum disabilitas merupakan warga negara kelas terbawah, yang hanya bisa dikasihani serta dijauhi, seperti menularkan penyakit menular. Itu benar2 bukan rahasia.

Tetapi, ketika kuya mau melihat dan berteman dengan kami, akan terasa manfaatnya, apalagi jika perusahaan2 mau mempekerjakan kami, yang mungkin awalnya hanya rasa kasihan saja. Itu sudah cukup bagi kami. Tetapi ketika lambat laun kai diberikan kepercayaan lebih baik, akan menjadi sebuah ‘simbiosis mutualisma’, yang saling menguntungkan.

Pekerja2 muda kaum disabilitas, memang harus ‘dilatih’. Bukan hanya dilatih secara fasilitas2 perusahaan itu pastinya tidak full ‘ramah disabled’, tetapi juga dilatih untuk bekerja, dimana secara manusiawi pekerja di perusahaan2 umum adalah pekerja2 non-disabilitas, sehingga kegiatan bekerja pun perlu terlatih.

Misalnya,

Jika seorang tuna netra bekerja di perusahaan sebagai penerima telpon, apakah pesawat telponnya ada fasilitas huruf Braille nya?

Jika seorang disabled dengan kursi roda bekerja di ruang lantai 2, adakah lift yang bisa membawa dia naik ke atas? Atau mungkin kah dia bekerja di tantai 1 saja?

Fasilitas2 dan kantor ‘ramah disabilitas’ in lah yang akan membuat ‘simbiosis mutualisma’ ini tercapai untuk kehidupan saling berinteraksi dan saling menguntungkan.

Bagi perusahaan dan bagi penyandang disabilitas yang sudah sama2 ingin saling berintearksi serta ingin saling berbagi, mungkin bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Melakukan pelatihan2 khusus bagi penyandang disabilitas, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran bagi seluruh elem masyarakat, termasuk pemilik perusahaan, untuk sebuah tercapainya dunia kerja yang inklusif.

 Sebuah perusahaan yang sudah mampu untuk menerapkan kepedulian bagi penyandang disabilitas lewat perekrutan pekerja disabilitas, tentu perusahaan tersebut harus mulai memperbaiki fasilitas2 nya. Mungkin tidak perlu semua titik di peruahaan tersebut memperbaiki fasilitas2nya.

Tetapkanlah titik2 tertentu dimana calon pekerja disabilitas bisa berinteraksi, dan tempatkanlah pekerja disabilitas tersebut sesuai dengan jenis pekerjaannya.

Misalnya,

Kemungkinan besar, pekerja disabilitas tidak harus kelapangan (proyek konstruksi), bukan? Sehingga bagian ini tidak harus diperbaiki untuk fasilitas bagi pekerja disabilitas.

Untuk pekerjaan di pabrik, letakkan lah mesin2 pabrik sesuai dengan posisi standard. Misalnya, antara mesin satu dengan yang lainnya, harus agak lebar, untuk pekerja disabilitas kursi roda.

Atau jika seorang disabilitas netra memakai tongkat khusus, berikan fasilitas penutup lantai dengagn keramik2 khusus, sehingga disabilitas netra mampu mengikuti arah kemana dia harus bekerja.

Kepedulian bagi semuanya, akan berdampak sangat luas.

Yaitu kepedulian nasional, dan karya nyata bagi Indonesia ……

Sebelumnya :

Akses Kaum Disabilitas untuk Bekerja

“Beban Negara”kah, Kaum Disabilitas?

Kisah Seorang Gadis Tuna Rungu

“Zona Nyaman” Bagi Disabilitas di Lingkungan Pribadi

“Dibalik Kelemahan Kami, Adalah Kekuatan Kami” [Dunia Disabilitas]

Penyakit ‘Multiple Sclerosis’ yang Meremukkan Seorang Sahabatku, Semakin Memburuk …..

Keterbatasan Mereka Justru adalah Kekuatan Mereka

Sekali Lagi, “Mereka Ada” : Catatan dari Rawinala

‘Mereka’ adalah Inspirasi yang Terpendam …..

“Mereka Ada ……”

Penyandang ‘Pasca Stroke’ Diminta Pensiun Dini? Sedih …..

Kaum Disabled Jangan Manja, Karena Kepedulian Itu Masih Lama!

Oda itu Adalah Sahabatku

‘Hidup di Jakarta itu Serasa Dalam Hutan, Siapa yang Kuat Dialah yang Menang!’

Terpuruk? Apalagi Sebagai Insan Pasca Stroke, Sangatlah Manusiawi!

Bersaksi untuk Indonesia, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’

Untukmu Indonesiaku, dari Aku ‘Ordinary Disabled Woman coz of Stroke’ …..

Cacat? Disabilitas? Mimpi Kita Semua Sama, koq!

Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan ‘Toilet Disabled?’

‘Peduli Disabilitas’ : Dunia Berharga Penuh Makna

Sebuah Catatan dari Kaum Disabled

Di Sebuah Kota yang Ramah bagi Warga 'Disabled', seperti Aku .....

Sudahkah Kita Menjamin Aksesibilitas bagi Warga 'Disabled' di Indonesia ?

Warga 'Disabled' Sebagai Asset dan Masa Depan Bangsa : Sebuah Perenungan Diri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun