Jika Tuhan memberikan kami kaum disabilitas ini, keterbatasan fisik, tentu Tuhan juga memberikan kami kemampuan2 di bidang yang lain. Walau secara fisik kami terbatas, tetapi secara pemikiran, otak kami dinyatakan sama dan sebanding dengagn pereka non-disabilitas. Kecuali memang jika berhubungan dengan penyakit kami adalah tentang keterbatasan mental.
Tuhan bahkan pasti memberikan kami kelenihan2 untuk kami. Yang BIASANYA memiliki sumber keahlian dan bakat2 kami belum diketahu dan belum dimanfaatkan!
Misalnya,
Pemecahan masalah2 kerja kami, mungkin akan sedikit berbeda dengan pekerja yang lain. Karena sesungguhnya, KAMI MAMPU, tetapi memang KAMI BERBEDA …..
Dan yang jelas, ketika kami sebagai kaum disabilitas bekerja dalam sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut pasti suda mempunyai visi dan misi yang berbeda dengan perusahaan2 yang lain, yang belum mampu (dengan berbagai alasan), untuk merekrut ekerja dari penyandang disabilitas.
 Perusahaan yang merekrut pekerja sebagai penyadang disabilitas, berarti perusahaan tersebut akan memberikan kontribusi pada keberagaman, kreatifitas, semangat kerja, kepedulian, serta yang penting, perusahaan tersebut benar2 akan meningkatkan reputasi perusahaan tersebut, bersama seluruh karyawannya, serta manajemennya di masyarakat serta di kalangan konsumen ……
***
Untukku sendiri sebagai penyandang disabilitas yang sudah berada dalam lingkaran pekerja di Jakarta, serta sudah berada di tingkat pekerja senior, da sudah bekerja lebih dari 25 tahun, memang akan sangat berbeda dengan pekerja2 muda, fresh graduate, apalagi dalam keterbatasan secara fisik sebagai bagian dari kaum disabilitas.
Atau bahkan calon2 pekerja sebagai penyandang disabilitas muda, yang justru tidak mendapatkan akses bgus untuk awalnya dalam lingkungan pendidikan. Karena buka rahasia, bahwa kaum disabilitas Indonesia, berada di ujung tanduk, untuk hidup, sekolah dan bekerja. Banyak dari mereka, tidak bisa sekolah, bukan karena tidak punya uang juga, tetapi sekolah2 tidak mau menerimanya.
Seakan, kaum disabilitas merupakan warga negara kelas terbawah, yang hanya bisa dikasihani serta dijauhi, seperti menularkan penyakit menular. Itu benar2 bukan rahasia.
Tetapi, ketika kuya mau melihat dan berteman dengan kami, akan terasa manfaatnya, apalagi jika perusahaan2 mau mempekerjakan kami, yang mungkin awalnya hanya rasa kasihan saja. Itu sudah cukup bagi kami. Tetapi ketika lambat laun kai diberikan kepercayaan lebih baik, akan menjadi sebuah ‘simbiosis mutualisma’, yang saling menguntungkan.