SFO ini memang merupakan salah satu bandara tersibuk di Amerika. Walau badai belum mereda 100%, kegiatan bandara pun harus tetap dilakukan.
Langit waktu itu, tidak ramah. Kelabu tanpa matahari. Dan awan mendung berarak dan bergerak cepat, menandakan angin besar terus terjadi.Rintik2 hujan mulai jatuh bahkan semakin besar. Dan mataku semakin sayu, mengingat trauma badai malam sebelumnya ..
“Ah… apakah aka nada badai lagi? Apakah pesawatku akan dituda lagi?”
Karena kalau ada angin kencang atau hujan deras, memang harus ditunda. Aku sebenarnya justru berharap pesawatku ditunda dulu, mengingat traumaku tentang badai malam itu. Tetapi Kuasa Tuhan memang akan terjadi, sehingga doaku selalu adalah yang terbaik untuk kami semua .
Akhurnya setelah menunggu beberapa jam lagi, pesawat kami benar2 terbang sekitar jam 12 siang itu menuju Osaka. Sempat aku berpikir, delay lagi karena dari kaca lebar tempat menunggu boarding, hujan terus turun dan langit kelabu. Ya, memang sempat delay 1 jam, dan jam 12 siang itu, pesawat kami benar2 terbang .
Di dalam pesawat, sepertinya badai enggan mengganggu kami lagi. Pesawat kami terbang dengan tenang menuju Osaka, dan sampai disana sekitar 13 jam. Dan sekitar jam 5 sore waktu setempat, pesawat kami mendarat di Osaka.
Kami bergegas diantar petugas bandara Kansai International Airport Osaka, yang tidak bisa berbahasa Inggris, tetapi sangat ramah! Dengan susah payah aku dan Michelle menjelaskan bahwa kami harus ke counter transit untuk mendapatkan tiket dan boarding pass untuk menuju Singapore, karena kami memang belum mendapatkan tiket penerbangan tersebut!
Itu yang aku sedikit takutkan. Karena delay belasan jam dari awal di Dallas, ‘efek domino’ itu harus kami dapatkan. Sehingga, dengan bahasa tarzan, petugas bandara berusaha mendapatkan tiket penerbangan untuk kami.
Dari awal di Jakarta waktu memesan tiket lewat teman kami di travel biro, pesawat kami adalah UA (United Airline) untuk penerbangan Singapore Amerika Singapore, dan dari Jakarta Singapore Jakarta, kami menumpang Garuda Indonesia.
Dan karena ‘efek domino’ itu, justru kami mendapatkan tiket baru yang lebih baik, dari Osaka ke Singapore kami menumpang pesawat SQ (Singapore Airline), sebuah maskapai penerbangan terbaik dan termahal di dunia, walau hanya di kelas ekonomi .
Catatan :