Dan banyak mix-used2 yang lainnya, berkembang pesat seperti jamur di musim hujan ……
Tetapi, pertanyaannya adalah,
“Apakah semua warga Jakarta mampu untuk membeli rumah dengan segala fasilitasnya untuk kehidupan yang lebih nyaman disana?”
TIDAK!
Mix-used2 yang bertumbuhan seperti jamur dimusim hujan di Jakarata dan sekitarnya, ternyata hanya diperuntukkan oleh pasar menengah keatas, bahkan ada mix-used untuk pasar golongan atas dan teratas saja! Dari sekitar 20 atau 30 tahun belakangan ini, mix-used justru menjadi sebuah titik klimax bagi pengembangan property di Jakarta. Bahwa, yang membeli property disana hanya orang yang itu-itu saja, bukan warga kota yang sebetulnya justru lebih membutuhkan. Dan yang membeli ini (karena orang yang itu-itu saja), berarti mereka hanya membeli untuk investasi saja …..
Akibatnya?
Jakarta bergelimang property kosong, dan “menghambur2kan” lahan kota (dan sekitarnya), padahal lahan itu sudah sempit dan semakin sempit. Dan karena yang beli itu-itu saja, lama2 pasar roperti semakin jenuh, karena yang justru membutuhkan malahan tidak bisa membelinya.
Lahan menyempit, pasar jenuh, bisnis terhenti, dan penyerapan pun berkurang …… banjir? Ya …. Datanglah …….
Kembali lagi dengan system transportasi beerkelanjutan.
Lalu, apa hubungannya antara mix-used dengan system transportasi berkelanjutan?
Jelas ada lah …..